Senin, 19 Januari 2009
dma
DMA adalah sebuah prosesor khusus ( special purpose processor ) yang berguna untuk menghindari pembebanan CPU utama oleh program I/O (PIO). Untuk memulai sebuah transfer DMA, host akan menuliskan sebuah DMA command block yang berisi pointer yang menunjuk ke sumber transfer, pointer yang menunjuk ke tujuan / destinasi transfer, dan jumlah byte yang ditransfer, ke memori. CPU kemudian menuliskan alamat command block ini ke DMA controller, sehingga DMA controller dapat kemudian mengoperasikan bus memori secara langsung dengan menempatkan alamat-alamat pada bus tersebut untuk melakukan trans fer tanpa bantuan CPU.
Tiga Langkah Dalam Transfer DMA :
1. Prosesor menyiapkan DMA transfer dengan menyedia kan data-data dari device , operasi yang akan ditampilkan, alamat memori yang menjadi sumber dan tujuan data, dan banyaknya byte yang di transfer.
2.DMA controller memulai operasi (menyiapkan bus, menyediakan alamat, menulis dan membaca data), sampai seluruh blok sudah di transfer.
3.DMA controller meng-interupsi prosesor, dimana selanjutnya akan ditentukan tindakan berikutnya.
Pada dasarnya, DMA mempunyai dua metode yang berbeda dalam mentransfer data. Metode yang pertama adalah metode yang sangat baku dan simple disebut HALT, atau Burst Mode DMA, karena DMA controller memegang kontrol dari sistem bus dan men-transfer semua blok data ke atau dari memori pada single burst . Selagi transfer masih dalam progres, sistem mikroprosessor di-set idle, tidak melakukan instruksi operasi untuk menjaga internal register. Tipe operasi DMA seperti ini ada pada kebanyakan komputer.
Metode yang kedua, mengikutsertakan DMA controller untuk memegang kontrol dari sistem bus untuk jangka waktu yang lebih pendek pada periode dimana mikroprosessor sibuk dengan operasi internal dan tidak membutuhkan akses ke sistem bus. Metode DMA ini disebut cycle stealing mode . Cycle stealing DMA lebih kompleks untuk diimplementasikan dibandingkan HALT DMA, karena DMA controller harus mempunyai kepintaran untuk merasakan waktu pada saat sistem bus terbuka. Proses handshaking antara DMA controller dan device controller dilakukan melalui sepasang kabel yang disebut DMA- request dan DMA- acknowledge. Device controller mengirimkan sinyal melalui DMA- request ketika akan mentransfer data sebanyak satu word . Hal ini kemudian akan mengakibatkan DMA controller memasukkan alamat- alamat yang dinginkan ke kabel alamat memori, dan mengirimkan sinyal melalui kabel DMA- acknowledge. Setelah sinyal melalui kabel DMA- acknowledge diterima, device controller mengirimkan data yang dimaksud dan mematikan sinyal pada DMA-request .
Hal ini berlangsung berulang-ulang sehingga disebut handshaking . Pada saat DMA controller mengambil alih memori, CPU sementara tidak dapat mengakses memori (dihalangi), walaupun masih dapat mengaksees data pada cache primer dan sekunder. Hal ini disebut cycle stealing, yang walaupun memperlambat komputasi CPU, tidak menurunkan kinerja karena memindahkan pekerjaan data transfer ke DMA controller meningkatkan performa sistem secara keseluruhan.
Cara-cara Implementasi DMA
Dalam pelaksanaannya, beberapa komputer menggunakan memori fisik untuk proses DMA , sedangkan jenis komputer lain menggunakan alamat virtual dengan melalui tahap "penerjemahan" dari alamat memori virtual menjadi alamat memori fisik, hal ini disebut direct virtual-memory address atau DVMA. Keuntungan dari DVMA adalah dapat mendukung transfer antara dua memory mapped device tanpa intervensi CPU.
Senin, 12 Januari 2009
Bukti yang tidak terbantahkan
1. Ayah dan Ibu
Musa mempunyai seorang ayah dan seorang ibu. Muhammad juga mempunyai seorang ayah dan seorang ibu. Tetapi Yesus hanya mempunyai seorang ibu, dan ayahnya bukan seorang manusia. Apakah hal ini benar?"
Dia berkata, "Ya."
Saya berkata, "Daarom is Jesus nie soos moses nie, maar Muhummed is soos moses!" artinya: "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa!" (Sejak saat ini pembaca akan menyadari bahwa saya menggunakan bahasa Afika hanya bertujuan untuk latihan. Saya harus menghentikan penggunaannya dalam penjelasan ini).
2. Kelahiran Ajaib
Musa dan Muhammad lahir secara normal dan alamiah, yaitu melalui percampuran fisik antara seorang pria dan wanita, tetapi Yesus diciptakan dengan sebuah keajaiban istimewa. Dalam Kitab Matius 1: 18 "... sebelum mereka (Yusuf dan Maria) hidup sebagai suami istri, ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus ..." Dan, Lukas mengatakan bahwa ketika berita gembira atas kelahiran anak suci tersebut diberitahukan kepada Maria, dia memberi alasan: "... bagaimana hal itu mungkin terjadi, sedangkan aku belum bersuami? Jawab malaikat itu kepadanya, "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha Tinnggi akan menaungi engkau...." (Lukas l: 34-35).
Kitab Suci Al-Qur'an menegaskan kelahiran Yesus yang ajaib tersebut dalam istilah yang mulia dan luhur dalam menjawab pertanyaan yang logis dari Maria: "Ya Rabbku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun?"Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah" lalu jadilah dia."(QS. Ali Imran: 47). Bukanlah menjadi keharusan bagi Allah untuk menanam benih pada seseorang atau binatang. Jika Dia menghendakinya itu pasti akan terjadi. Ini adalah konsep umat Islam pada kelahiran Yesus. (Ketika sayamembandingkan versi Al-Qur'an dan Injil tentang kelahiran Yesus kepada pendeta Dunkers, pemimpin masyarakat penginjil, di kota terbesar kami ini, dan ketika saya bertanya, "Versi mana yang lebih Anda sukai untuk diberikan kepada anak perempuan Anda, Al-Qur'an atau Injil?"
Pria tersebut menundukkan kepalanya dan menjawab, "Versi Al-Qur'an."
Dengan cepat saya berkata kepada Doominee, "Apakah benar kelahiran Yesus yang ajaib berlawanan dengan kelahiran Musa dan Muhammad yang alami?"
Dia menjawab dengan bangga, "Ya!"
Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa tetapi Muhammad seperti Musa".
Dan, Tuhan berkata kepada Musa pada Ulangan 18: 18 "Like unto thee" (Seperti kamu, seperti Musa) dan Muhammad seperti Musa.
3. Ikatan Perkawinan
Musa dan Muhammad menikah dan mempunyai anak, tetapi Yesus tetap menjadi seorang bujangan selama hidupnya. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.
Dominee menjawab: "Ya."
Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa"
4.Yesus Ditolak Oleh Kaumnya
Musa dan Muhammad diterima sebagai nabi oleh kaumnya dalam kehidupan mereka. Tidak ada keraguan bahwa orang-orang Yahudi terus menerus memberi kesulitan kepada Musa, tetapi sebagai bangsa secara keseluruhan, mereka mengetahui bahwa Musa adalah utusan Allah yang dikirim untuk mereka. Orang-orang Arab juga membuat kehidupan Muhammad menjadi menderita. Beliau sangat menderita akibat ulah mereka. Setelah 13 tahun berda'wah di Makkah, beliau harus pindah dari kota kelahirannya.
Tetapi sebelum kematiannya, bangsa Arab secara keseluruhan telah menerimanya sebagai utusan Allah. Tetapi berdasarkan Injil - "Dia (Yesus) datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerimanya." (Yohanes 1: 11). Dan bahkan sampai hari ini, setelah 2000 tahun, kaumnya orang-orang Yahudi, secara keseluruhan telah menolaknya. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.
Dominee berkata, "Ya."
Saya berkata; "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa."
5. Kerajaan "Dunia Lain"
Musa dan Muhammad adalah nabi dan juga raja. Nabi berarti seorang manusia yang menerima wahyu untuk menunjuki manusia dan menyampaikan petunjuk ini kepada ciptaan Allah seperti yang diterimanya tanpa ada penambahan atau pengurangan. Raja adalah seorang manusia yang mempunyai kekuasaan atas hidup dan mati rakyatnya. Tidaklah penting apakah orang tersebut mengenakan mahkota atau tidak, atau apakah dia mengenakan pakaian raja; Jika seseorang mempunyai hak untuk memberikan hukuman mati -Dia adalah raja-. Musa memiliki kekuasaan tersebut. Ingatkah Anda orang Israel yang pada hari Sabbath ditemukan sedang mengumpulkan kayu bakar, dan Musa menghukum mati orang tersebut dengan dilontari batu? (Bilangan 15: 36). Terdapat tindakan kejahatan lainnya yang disebutkan dalam Injil yang karenanya Musa memberikan hukuman mati pada orang-orang Yahudi tersebut. Begitujuga Muhammad, beliau memiliki kekuasaan atas hidup dan mati kaumnya. Pada Injil terdapat beberapa contoh orang-orang yang hanya diberi kenabian, tetapi tidak dalam posisi untuk menerapkan petunjuk mereka. Beberapa orang suci Tuhan yang tidak berdaya menghadapi penolakan yang keras atas pesan yang disampaikan mereka ini adalah nabi Lot, Jonah, Daniel, Ezra dan Yohanes Pembaptis. Mereka hanya dapat menyampaikan pesan, tetapi tidak dapat memaksakan hukuman. Sayangnya nabi suci Yesus juga termasuk kategori ini. Para penginjil Kristen dengan jelas membenarkan hal ini: Ketika Yesus diseret sebelum Gubernur Roma (Pontius Pilate) menuduhnya sebagai pendusta, Yesus membuat sebuah pernyataan meyakinkan dalam pembelaannya untuk menyangkal tuduhan yang salah:
"Jawab Yesus, 'Kerajaanku bukan dari dunia ini; Jika kerajaanku dari dunia ini, pasti hamba-hambaku telah melawan, supaya aku jangan diserahkan kepada orang orang Yahudi, akan tetapi kerajaanku bukan dari sini. " (Yohanes 18: 36). Hal ini meyakinkan Pilatus (seorang penyembah berhala) dengan pemikiran bahwa Yesus tidak sepenuhnya berkuasa atas kemampuan ruhaninya, dia tidak menganggapnya orang yang membahayakan pemerintahannya. Yesus hanya menuntut sebuah kerajaan spiritual, dengan kata lain dia hanya menyatakan sebagai seorang nabi. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.
Dominee menjawab, "Ya."
Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa."
6. Tak Ada Hukum Baru
"Musa dan Muhammad membawa hukum dan aturan baru untuk kaumnya. Musa tidak hanya memberi 10 perintah Allah kepada orang-orang Israel, tetapi hukum-hukum peribadatan yang sangat luas sebagai petunjuk kaumnya. Muhammad datang kepada sebuah kaum yang sangat bodoh dan biadab. Mereka menikahi ibu tirinya, menguburkan anak perempuannya hidup-hidup, mabuk-mabukan, berzina, menyembah berhala dan berjudi dari hari ke hari. Gibbon melukiskan orang-orang Arab sebelum Islam dalam Decline and Fal1 of the Roman Empire (artinya: Kemunduran dan Keruntuhan Kekaisaran Romawi.), "Kebrutalan manusia, hampir tanpa perasaan, sulit dibedakan keburukannya dari sisa-sisa penciptaan hewan." Sukar mendapatkan sesuatu yang membedakan antara manusia dan hewan pada saat itu. Mereka adalah hewan dalam wujud manusia.
Dari kebiadaban yang hina ini, Muhammad meng-angkat mereka, dalam kata-kata Thomas Carlysle, "Menjadi pembawa obor penerangan dan pelajaran. Bagi bangsa Arab ini adalah kelahiran dari kegelapan menjadi cahaya. Untuk pertama kalinya Arab menjadi hidup karenanya. Masyarakat penggembala yang miskin, mengembara tidak dikenal di padang pasir sejak penciptaan dunia. Perhatikan, tidak dikenal menjadi terkemuka di dunia, yang kecil telah tumbuh menjadi dunia besar. Dalam satu abad kemudian Granada telah berada di tangan bangsa Arab dan Delhi di tangannya yang lain. Pandangan sekilas dalam keberanian, kemegahan, dan cahaya kecerdasan, Arab menyinari bagian yang besar dari dunia... " Kenyataannya adalah Muhammad memberikan kaumnya sebuah hukum dan peraturan yang belum pernah dimiliki mereka sebelumnya.
Mengenai Yesus, ketika orang-orang Yahudi merasa curiga terhadapnya bahwa ia mungkin seorang penipu dengan tujuan menyesatkan ajaran mereka, Yesus mengambil penderitaan untuk meyakinkan mereka bahwa dia tidak datang dengan agama baru. Tidak ada hukum baru dan tidak ada peraturan baru. Saya kutip kata-katanya: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau meniadakan kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi'. "(Matius 5: 17-18).
Dengan kata lain, dia tidak datang dengan hukum atau aturan baru. Dia datang hanya untuk menggenapi hukum lama. Hal inilah yang diberikannya kepada orang-orang Yahudi untuk dimengerti. Kecuali jika ia sedang mencoba menggertak orang-orang Yahudi, agar menerimanya sebagai utusan Allah dan dengan dalih mencoba memasukkan agama baru kepada mereka. Tidak! Utusan Tuhan ini tidak akan pernah berusaha dengan curang untuk menumbangkan agama Tuhan. Dia dengan sendirinya mematuhi hukum. Dia mematuhi perintah-perintah Musa, dan menghormati hari Sabbath. Tidak ada kesempatan seorang Yahudi menunjukkan jari padanya dan berkata, "Mengapa kamu tidak puasa" atau "Mengapa kamu tidak mencuci tanganmu sebelum membelah roti". Yesus menuduh mereka selalu mengatakan bertentangan dengan muridnya, tetapi tidak pernah bertentangan dengannya. Hal ini karena sebagai seorang Yahudi yang baik, ia menghormati hukum-hukum nabi yang men-dahuluinya. Singkatnya, ia tidak menciptakan agama baru dan tidak membawa hukum baru seperti Musa dan Muhammad.
"Apakah hal ini benar?" Saya bertanya kepada Domi-nee.
Dan, ia menjawab, "Ya."
Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa."
7. Bagaimana Mereka Pergi
Musa dan Muhammad meninggal dalam kematian yang wajar, tetapi menurut agama Kristen, Yesus dengan kejam dibunuh di tiang salib. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.
Dominee menjawab, "Ya."
Saya menegaskan, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa." .
8. Surga Sebagai Tempat Kediaman
Musa dan Muhammad terbaring dikubur dalam bumi, tetapi menurut Anda, Yesus beristirahat di surga. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee. Dominee setuju.
Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa."
Musa mempunyai seorang ayah dan seorang ibu. Muhammad juga mempunyai seorang ayah dan seorang ibu. Tetapi Yesus hanya mempunyai seorang ibu, dan ayahnya bukan seorang manusia. Apakah hal ini benar?"
Dia berkata, "Ya."
Saya berkata, "Daarom is Jesus nie soos moses nie, maar Muhummed is soos moses!" artinya: "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa!" (Sejak saat ini pembaca akan menyadari bahwa saya menggunakan bahasa Afika hanya bertujuan untuk latihan. Saya harus menghentikan penggunaannya dalam penjelasan ini).
2. Kelahiran Ajaib
Musa dan Muhammad lahir secara normal dan alamiah, yaitu melalui percampuran fisik antara seorang pria dan wanita, tetapi Yesus diciptakan dengan sebuah keajaiban istimewa. Dalam Kitab Matius 1: 18 "... sebelum mereka (Yusuf dan Maria) hidup sebagai suami istri, ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus ..." Dan, Lukas mengatakan bahwa ketika berita gembira atas kelahiran anak suci tersebut diberitahukan kepada Maria, dia memberi alasan: "... bagaimana hal itu mungkin terjadi, sedangkan aku belum bersuami? Jawab malaikat itu kepadanya, "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha Tinnggi akan menaungi engkau...." (Lukas l: 34-35).
Kitab Suci Al-Qur'an menegaskan kelahiran Yesus yang ajaib tersebut dalam istilah yang mulia dan luhur dalam menjawab pertanyaan yang logis dari Maria: "Ya Rabbku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun?"Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah" lalu jadilah dia."(QS. Ali Imran: 47). Bukanlah menjadi keharusan bagi Allah untuk menanam benih pada seseorang atau binatang. Jika Dia menghendakinya itu pasti akan terjadi. Ini adalah konsep umat Islam pada kelahiran Yesus. (Ketika sayamembandingkan versi Al-Qur'an dan Injil tentang kelahiran Yesus kepada pendeta Dunkers, pemimpin masyarakat penginjil, di kota terbesar kami ini, dan ketika saya bertanya, "Versi mana yang lebih Anda sukai untuk diberikan kepada anak perempuan Anda, Al-Qur'an atau Injil?"
Pria tersebut menundukkan kepalanya dan menjawab, "Versi Al-Qur'an."
Dengan cepat saya berkata kepada Doominee, "Apakah benar kelahiran Yesus yang ajaib berlawanan dengan kelahiran Musa dan Muhammad yang alami?"
Dia menjawab dengan bangga, "Ya!"
Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa tetapi Muhammad seperti Musa".
Dan, Tuhan berkata kepada Musa pada Ulangan 18: 18 "Like unto thee" (Seperti kamu, seperti Musa) dan Muhammad seperti Musa.
3. Ikatan Perkawinan
Musa dan Muhammad menikah dan mempunyai anak, tetapi Yesus tetap menjadi seorang bujangan selama hidupnya. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.
Dominee menjawab: "Ya."
Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa"
4.Yesus Ditolak Oleh Kaumnya
Musa dan Muhammad diterima sebagai nabi oleh kaumnya dalam kehidupan mereka. Tidak ada keraguan bahwa orang-orang Yahudi terus menerus memberi kesulitan kepada Musa, tetapi sebagai bangsa secara keseluruhan, mereka mengetahui bahwa Musa adalah utusan Allah yang dikirim untuk mereka. Orang-orang Arab juga membuat kehidupan Muhammad menjadi menderita. Beliau sangat menderita akibat ulah mereka. Setelah 13 tahun berda'wah di Makkah, beliau harus pindah dari kota kelahirannya.
Tetapi sebelum kematiannya, bangsa Arab secara keseluruhan telah menerimanya sebagai utusan Allah. Tetapi berdasarkan Injil - "Dia (Yesus) datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerimanya." (Yohanes 1: 11). Dan bahkan sampai hari ini, setelah 2000 tahun, kaumnya orang-orang Yahudi, secara keseluruhan telah menolaknya. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.
Dominee berkata, "Ya."
Saya berkata; "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa."
5. Kerajaan "Dunia Lain"
Musa dan Muhammad adalah nabi dan juga raja. Nabi berarti seorang manusia yang menerima wahyu untuk menunjuki manusia dan menyampaikan petunjuk ini kepada ciptaan Allah seperti yang diterimanya tanpa ada penambahan atau pengurangan. Raja adalah seorang manusia yang mempunyai kekuasaan atas hidup dan mati rakyatnya. Tidaklah penting apakah orang tersebut mengenakan mahkota atau tidak, atau apakah dia mengenakan pakaian raja; Jika seseorang mempunyai hak untuk memberikan hukuman mati -Dia adalah raja-. Musa memiliki kekuasaan tersebut. Ingatkah Anda orang Israel yang pada hari Sabbath ditemukan sedang mengumpulkan kayu bakar, dan Musa menghukum mati orang tersebut dengan dilontari batu? (Bilangan 15: 36). Terdapat tindakan kejahatan lainnya yang disebutkan dalam Injil yang karenanya Musa memberikan hukuman mati pada orang-orang Yahudi tersebut. Begitujuga Muhammad, beliau memiliki kekuasaan atas hidup dan mati kaumnya. Pada Injil terdapat beberapa contoh orang-orang yang hanya diberi kenabian, tetapi tidak dalam posisi untuk menerapkan petunjuk mereka. Beberapa orang suci Tuhan yang tidak berdaya menghadapi penolakan yang keras atas pesan yang disampaikan mereka ini adalah nabi Lot, Jonah, Daniel, Ezra dan Yohanes Pembaptis. Mereka hanya dapat menyampaikan pesan, tetapi tidak dapat memaksakan hukuman. Sayangnya nabi suci Yesus juga termasuk kategori ini. Para penginjil Kristen dengan jelas membenarkan hal ini: Ketika Yesus diseret sebelum Gubernur Roma (Pontius Pilate) menuduhnya sebagai pendusta, Yesus membuat sebuah pernyataan meyakinkan dalam pembelaannya untuk menyangkal tuduhan yang salah:
"Jawab Yesus, 'Kerajaanku bukan dari dunia ini; Jika kerajaanku dari dunia ini, pasti hamba-hambaku telah melawan, supaya aku jangan diserahkan kepada orang orang Yahudi, akan tetapi kerajaanku bukan dari sini. " (Yohanes 18: 36). Hal ini meyakinkan Pilatus (seorang penyembah berhala) dengan pemikiran bahwa Yesus tidak sepenuhnya berkuasa atas kemampuan ruhaninya, dia tidak menganggapnya orang yang membahayakan pemerintahannya. Yesus hanya menuntut sebuah kerajaan spiritual, dengan kata lain dia hanya menyatakan sebagai seorang nabi. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.
Dominee menjawab, "Ya."
Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa."
6. Tak Ada Hukum Baru
"Musa dan Muhammad membawa hukum dan aturan baru untuk kaumnya. Musa tidak hanya memberi 10 perintah Allah kepada orang-orang Israel, tetapi hukum-hukum peribadatan yang sangat luas sebagai petunjuk kaumnya. Muhammad datang kepada sebuah kaum yang sangat bodoh dan biadab. Mereka menikahi ibu tirinya, menguburkan anak perempuannya hidup-hidup, mabuk-mabukan, berzina, menyembah berhala dan berjudi dari hari ke hari. Gibbon melukiskan orang-orang Arab sebelum Islam dalam Decline and Fal1 of the Roman Empire (artinya: Kemunduran dan Keruntuhan Kekaisaran Romawi.), "Kebrutalan manusia, hampir tanpa perasaan, sulit dibedakan keburukannya dari sisa-sisa penciptaan hewan." Sukar mendapatkan sesuatu yang membedakan antara manusia dan hewan pada saat itu. Mereka adalah hewan dalam wujud manusia.
Dari kebiadaban yang hina ini, Muhammad meng-angkat mereka, dalam kata-kata Thomas Carlysle, "Menjadi pembawa obor penerangan dan pelajaran. Bagi bangsa Arab ini adalah kelahiran dari kegelapan menjadi cahaya. Untuk pertama kalinya Arab menjadi hidup karenanya. Masyarakat penggembala yang miskin, mengembara tidak dikenal di padang pasir sejak penciptaan dunia. Perhatikan, tidak dikenal menjadi terkemuka di dunia, yang kecil telah tumbuh menjadi dunia besar. Dalam satu abad kemudian Granada telah berada di tangan bangsa Arab dan Delhi di tangannya yang lain. Pandangan sekilas dalam keberanian, kemegahan, dan cahaya kecerdasan, Arab menyinari bagian yang besar dari dunia... " Kenyataannya adalah Muhammad memberikan kaumnya sebuah hukum dan peraturan yang belum pernah dimiliki mereka sebelumnya.
Mengenai Yesus, ketika orang-orang Yahudi merasa curiga terhadapnya bahwa ia mungkin seorang penipu dengan tujuan menyesatkan ajaran mereka, Yesus mengambil penderitaan untuk meyakinkan mereka bahwa dia tidak datang dengan agama baru. Tidak ada hukum baru dan tidak ada peraturan baru. Saya kutip kata-katanya: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau meniadakan kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi'. "(Matius 5: 17-18).
Dengan kata lain, dia tidak datang dengan hukum atau aturan baru. Dia datang hanya untuk menggenapi hukum lama. Hal inilah yang diberikannya kepada orang-orang Yahudi untuk dimengerti. Kecuali jika ia sedang mencoba menggertak orang-orang Yahudi, agar menerimanya sebagai utusan Allah dan dengan dalih mencoba memasukkan agama baru kepada mereka. Tidak! Utusan Tuhan ini tidak akan pernah berusaha dengan curang untuk menumbangkan agama Tuhan. Dia dengan sendirinya mematuhi hukum. Dia mematuhi perintah-perintah Musa, dan menghormati hari Sabbath. Tidak ada kesempatan seorang Yahudi menunjukkan jari padanya dan berkata, "Mengapa kamu tidak puasa" atau "Mengapa kamu tidak mencuci tanganmu sebelum membelah roti". Yesus menuduh mereka selalu mengatakan bertentangan dengan muridnya, tetapi tidak pernah bertentangan dengannya. Hal ini karena sebagai seorang Yahudi yang baik, ia menghormati hukum-hukum nabi yang men-dahuluinya. Singkatnya, ia tidak menciptakan agama baru dan tidak membawa hukum baru seperti Musa dan Muhammad.
"Apakah hal ini benar?" Saya bertanya kepada Domi-nee.
Dan, ia menjawab, "Ya."
Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa."
7. Bagaimana Mereka Pergi
Musa dan Muhammad meninggal dalam kematian yang wajar, tetapi menurut agama Kristen, Yesus dengan kejam dibunuh di tiang salib. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.
Dominee menjawab, "Ya."
Saya menegaskan, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa." .
8. Surga Sebagai Tempat Kediaman
Musa dan Muhammad terbaring dikubur dalam bumi, tetapi menurut Anda, Yesus beristirahat di surga. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee. Dominee setuju.
Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa."
Agama yang cepat Perkembangannya
Pedang Dari Orang Yang Pandai
Musuh-musuh, orang yang skeptis, juga kaum missionaris tidak pernah berhenti mengejek bahwa "Islam disebarkan dengan menggunakan pedang"; tetapi mereka tidak pernah berusaha menjawab pertanyaan kita: "... siapa yang menyuap carlyle!?" Di tahun 1840, ketika Carlyle membela Muhammad dan menyangkal pernyataan tentang pedang, tidak ada seorang pun yang disuap. Seluruh Muslim saat itu berada dalam kemiskinan. Negara-negara Islam berada di bawah kekuasaan bangsa Kristen kecuali untuk beberapa negara kecil seperti Iran, Afghanistan dan Turki yang tetap merdeka. Tidak ada kekayaan yang bisa disombongkan dan tidak ada uang untuk menyuap seseorang.
Ini adalah kondisi masa lalu, tetapi bagaimana dengan kondisi saat ini, dalam jaman modern? Ini terlihat pada grafik di bawah ini yang menggambarkan bahwa "Islam adalah agama yang paling cepat berkembang di dunia" Pertumbuhan agama Kristen dari total seluruh sekte dan agama di dunia ini adalah 138% dan pertumbuhan Islam adalah 235% pada periode yang sama selama setengah abad. Bahkan di Inggris dan Amerika Serikat, Islam merupakan agama yang berkembang paling cepat. Dapat dikatakan bahwa di Inggris "Ada lebih banyak Muslim dibanding Methodis" Kamu boleh saja bertanya "Pedang apa?"
Jawabannya adalah "tentu saja pedang!" Thomas Carlyle. Itu adalah pedang dari Intelektual! Ini adalah kenyataan dari ramalan.
"Dialah yang mengutus Rasul- Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan, cukuplah Allah sebagai saksi." (QS. Al-Fath: 28).
Tujuan dari Islam disebutkan di dalam ayat ini. Islam adalah pemimpin, penguasa dan pengganti semua agama dan kepercayaan-- Agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama---.
Dalam bahasa Arab, kata Dien (secara harfiah berarti "Cara hidup") untuk menggantikan semua agama, yaitu Hindu, Buddha, Kristen, Yahudi, Komunis dan isme-isme (paham-paham) lainnya. Inilah tujuan dari 'Dien Allah'.
Ayat yang sama juga diulang pada Surat Ash-Shaff ayat 9 dengan tambahan dibelakangnya:
"... meskipun orang-orang musyrik benci. "
Kejayaan Islam
Islam akan menang. Ini adalah janji Allah dan janji-Nya selalu benar. Tetapi bagaimana? Dengan pedang? Tidak, bahkan apabila kita mempunyai senjata laser! Bisakah kita menggunakannya? Dalam Al-Qur' an disebutkan bahwa kita dilarang menggunakan kekerasan dalam mengajak orang lain untuk masuk Islam. Namun ayat-ayat Kitab Suci meramalkan bahwa Islam akan menjadi ajaran yang paling dominan dari semua agama.
Kejayaan dari ajaran Islam ini sudah dimulai dan diperoleh dengan mengajarkan ideologi melalui sekolah-sekolah agama di seluruh dunia. Meskipun tidak dengan nama Islam, tetapi atas nama reformasi dan amandemen, Islam tetap bercabang menjadi berbagai aliran. Banyak hal-hal yang bersifat Islami tetapi bentuknya tidak diketahui atau sesuatu yang dulunya dilarang bahkan meskipun hanya diucapkan, kini mulai timbul di berbagai tempat.
"Persaudaraan sesama manusia
Penghilangan sistem kasta dan warna kulit
Emansipasi wanita
Pembukaan tempat beribadah bagi semua orang
Pelarangan minuman keras
Konsep yang benar tentang Tuhan Yang Maha Esa
dan lain-lain, dan lain-lain."
Hanya satu kata pada point terakhir, sebelum kita melangkah lebih jauh. Tanyakan pada tiap-tiap isme yang ada, baik polytheisme, pantheisme atau trinitas; berapa banyak Tuhan yang dia imani? Dia akan ngeri mengatakan tidak ada yang lain selain Yang Maha Esa! Ini adalah efek dari ajaran monotheisme dalam Islam.
"Keimanan Muhammad adalah bebas dari sifat mendua dan Al-Qur'an adalah bukti yang nyata dari keesaan Tuhan." {Gibbon dalam bukunya Decline and Fall of The Roman Empire (Kemunduran dan Keruntuhan Kekaisaran Romawi)}.
Pernyataan Kaum Orientalis non-Muslim
Hampir semua musuh Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang mengemukakan teori yang salah bahwa Beliau menyebarkan ajarannya dengan menggunakan pedang adalah orang Barat. Mari kita dengar apa yang dikatakan oleh bangsa non-Muslim Timur tentang hal tersebut:
8a. "Semakin saya pelajari semalam saya temukan bahwa kekuatan Islam bukan berasal dari pedang." Mahatma Gandhi, Bapak India Modern dalam "Young India" (India Muda).
b. "Mereka (pengkritik Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam) melihat api bukannya cahaya, mendapat kebodohan bukan kebaikan. Mereka mengubah setiap kebaikan dengan kejahatan yang besar. Ha1 ini menggambarkan kebejatan moral mereka....kritikan tersebut adalah buta. Mereka tidak bisa melihat bahwa satu-satunya pedang Muhammad adalah pedang kemurahan hati, petunjuk, persahabatan, kemauan untuk memafkan pedang yang menaklukan musuh-musuhnya dan membersihkan hati mereka. Pedangnya lebih tajam daripada pedang baja." {Pandit Gyanandra Dev Sharma Shastri, pada suatu rapat di Gorakhpur (India), 1928}.
c. "Beliau memilih untuk hijrah daripada harus berperang melawan rakyatnya sendiri; tetapi ketika penindasan mereka sudah di luar batas toleransi barulah beliau mengangkat pedang untuk membela diri. Mereka yang percaya bahwa suatu agama bisa disebarkan dengan kekerasan adalah orang yang bodoh yang tidak tahu jalannya suatu agama ataupun jalannya dunia. Mereka bangga dengan kepercayaannya karena mereka berada di suatu jalan, jalan yang jauh dari kebenaran" (Seorang jurnalis Sikh dalam Nawan Hindustan, New Delhi, 17 November 1947).
Rudyard Kipling berkata, "Timur adalah Timur dan Barat adalah Barat, keduanya tidak pernah bisa bertemu!" Dia salah besar Dalam penjagaan Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, semuanya, yang tidak dibutakan oleh prasangka, akan berkumpul.
Tiga Standar Lain
Empat belas tahun sesudah Thomas Carlyle mengantarkan kuliahnya dalam "Hero Prophet", seorang berkebangsaan Perancis, Lamartine menulis sejarah Turki. Kebetulan sebagian besar bangsa Turki adalah Muslim dan Lamartine menyentuh beberapa aspek Islam. Seperti Jules Masserman pada saat itu, yang mengemukakan tiga standar untuk pemimpin yang besar; Lamartine juga mengemukakan tiga standar lain yang menunjukkan kebesaran. Kita kagum pada mereka yang telah mengamati tipe ini. Pendapat Lamartine:
9a. "Jika kebesaran tujuan, keterbatasan peralatan dan hasil-hasil yang mencengangkan adalah tiga kriteria kebesaran manusia, siapa yang bisa mempertaruhkannya di jaman modern ini dengan sejarah Muhammad? (Lamartine mengakhiri buku karyanya yang panjang ini dengan kata--kata): .... Ahli filsafat, ahli pidato, rasul, pemimpin negara, pejuang, pencetus ide-ide, penemu keyakinan yang rasional, penemu 20 kekaisaran di bumi dan menjadikannya menjadi satu kekaisaran spiritual, dia adalah Muhammad. Berdasarkan semua standar kebesaran dan kejayaan yang bisa diukur, kita bisa bertanya, apakah ada orang lain yang lebih besar dari beliau?" {Lamartine dalam Historie de la Turquie (Sejarah Turki), Paris 1854}.
Jawaban dari pertanyaan, "Apakah ada orang lain yang lebih besar dari beliau? terletak pada pertanyaan itu sendiri. Pengertian dari pertanyaan itu adalah --- "tidak ada manusia yang lebih agung daripada muhammad. Muhammad adalah manusia yang paling agung yang pernah ada."
QS 94:4 "Dan, Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu." (QS. Alam Nasyrah: 4)
Maha Suci Engkau, ya Allah!
Sebelum kita membebaskan Lamartine dari persangkaan memihak ataupun disuap, kita akan meneliti dengan cermat ketiga standar tersebut dan apakah bisa dibenarkan dalam kasus Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sa1lam.
1. Kebesaran Tujuan
Sejarah memberitahukan bahwa ada suatu masa kegelapan dalam sejarah umat manusia ketika Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam pertama kali menjalankan missinya. Yang dibutuhkan adalah Rasul-rasul di setiap sudut dunia atau seorang Rasul yang ulung bagi seluruh umat manusia, untuk membawa mereka dari kepalsuan, tahyul, egoisme, polytheisme, kesalahan dan kebrutalan. Hal-hal tersebut harus dihilangkan dari kehidupan manusia. Dan, Allah yang Maha Bijaksana memilih Rasul-Nya dari tanah Arab sebagai utusan sedunia. Firman-Nya dalam Al-Qur'an,
"Dan; tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya': 107).
"Di sini tidak ada perbedaan antar ras atau bangsa, orang-orang terpilih; keturunan Ibrahim atau keturunan Daud; Hindu, Yahudi atau bukan; Arab atau Iran, Turki atau Tajik, Eropa atau Asia, kulit putih atau kulit berwarna, Bangsa Aria atau Semit, Mongol atau Afrika, Amerika, Australia atau Polenesia. Bagi setiap orang dan makhluk yang mempunyai tanggung jawab spiritual, semua prinsipnya adalah sama." (Abdullah Yusuf Ali)
Yesus Melakukan Diskriminasi
Rasul sebelum Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menasihatkan para murid-muridnya: "... jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing" (yang berarti non-Yahudi). "Dan,jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi" (Matius 7:6). Penulis kitab tersebut sepakat untuk mencatat bahwa Kristus hidup dengan murid-muridnya. Dalam hidupnya dia tidak mengajarkan pada non-Yahudi. Buktinya dia telah menolak seorang wanita bukan Yahudi yang hendak mengikuti acara spiritualnya. ("Wanita itu seorang Yunani" Mark 7: 26). Lalu ketika acara Paskah di Yerusalem, sewaktu Yesus dan murid-muridnya sedang berkumpul, beberapa orang Yunani yang mendengar acara tersebut datang dan ingin bergabung dengan mereka, tetapi Yesus memberi "cold shoulder" seperti yang dituliskan Yohanes:
"Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada Philipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus". Philipus pergi memberitahukannya pada Andreas; Andreas dan Philipus menyampaikannya kepada Yesus" (Yohanes 12: 20-23).
Pemujaan Diri
Ayat-ayat berikutnya bahkan tidak menyebutkan kesopan-santunan "Jika ya, hendaklah kamu katakan ya; atau jika tidak hendaklah kamu katakan tidak." (Matius 5:37). Mereka melanjutkan dengan pujian pada dirinya sendiri: "Tetapi Yesus menjawab mereka, katanya: 'Telah tiba saatnya anak manusia dimuliakan'… " (Yohanes 12: 23)
Standar Tertinggi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah bisa melakukan kebebasan seperti itu. Ingat, bagaimana Allah Yang Maha Besar mengingatkan Beliau tentang etika. Bahkan hal itu dilakukan melalui seorang yang buta (lihat: "Beliau Bermuka Masam"). Sebagai seorang utusan universal, Allah membentuk Beliau dengan standar yang mulia:
"Dan, sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS Al-Qalam: 4).
Dan; dimanakah ladang missinya? Seluruh umat manusia!"
Dan; tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS Al-Anbiya': 107).
Utusan Sedunia
Ini bukanlah basa basi belaka. Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam melaksanakan apa yang diajarkannya. Di antara sahabat-sahabatnya yang pertama dan orang-orang yang baru masuk Islam, ada yang bukan keturunan Arab seperti Bilal (Abbasia), Salman (Iran) dan Abdullah bin Salaam (Yahudi). Orang yang sinis mungkin akan mengatakan bahwa hal itu hanya kebetulan saja, tetapi apa yang bisa mereka katakan tentang kenyataan sejarah bahwa sebelum Beliau meninggal, Beliau mengirim 5 surat ke 5 negara-negara sekitarnya untuk mengajak mereka menerima Islam sebagai agamanya.
1. Kaisar Iran
2. Raja Mesir
3. Negus Abbasia (Ethiopia)
4. Kaisar Heraclius di Konstaninopel
5. Raja Yaman
Jadi Beliau memberi contoh untuk melengkapi missinya, "Kebesaran tujuan", mengumpulkan seluruh umat manusia dalam satu kesatuan. Apakah ada contoh lain yang menunjukkan kesatuan di antara agama yang lain? Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya memberikan kebenaran yang diberikan Allah melalui dirinya.
2. Keterbatasan Peralatan
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dilahirkan tanpa sendok perak di mulutnya. Hidupnya dimulai dengan dukungan yang pas-pasan. Ayahnya telah meninggal ketika beliau lahir. Ibunya meninggal ketika usianya baru enam tahun. Beliau yatim piatu pada usia yang sangat muda. Kakeknya memeliharanya setelah itu, tetapi 3 tahun kemudian, kakeknya meninggal dunia. Kemudian Beliau diasuh oleh pamannya Abu Thalib dan membantu pamannya dengan menggembala sapi dan kambing. Meskipun miskin, yatim piatu, Beliau mempunyai kepribadian yang religius dan Anda pasti kagum terhadap apa yang terdapat dalam dirinya.
Ibrahim Alaihis-salam yang merupakan nenek moyang dari Musa Alaihis-salam, Yesus dan Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah anak dari seorang pengusaha yang sukses pada jaman itu. Musa Alaihis-salam dibesarkan di istana Fir'aun. Yesus meskipun digambarkan sebagai "Tukang kayu dan anak dari tukang kayu" dilengkapi dengan pelajaran dan peralatan. Petrus, Philipus, Andreas dan lain-lain semuanya merupakan peralatan dan mereka mengikutinya untuk melindunginya, bukan karena dia mempunyai "halo" di atas kepalanya, tetapi karena pakaiannya yang bagus dan sikapnya yang mirip bangsawan. Dia menguasai rumah besar di Yerusalem bersama dengan murid-muridnya. Selama masa panen, dia akan mendapat sumbangan bahan makanan; Anda bisa mendengar celaan beliau kepada Yahudi yang materialistis.
Dan ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepadanya, "Rabbi, bilamana engkau tiba disini?
Yesus menjawab mereka, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang" (Yohanes 6: 25-26).
Tidak Ada Yang Ditawarkan
Muhammad Shallallahu Alalhi wa Sallam tidak mempunyai roti atau daging untuk ditawarkan pada pengikutnya. Yang bisa Beliau tawarkan adalah hidupnya yang miskin, yang penuh dengan cobaan dan kesengsaraan selama di dunia tetapi kesenangan dan kebahagiaan dari Allah di akhirat nanti. Kehidupan Rasulullah seperti buku yang terbuka yang menjadi panutan yang menunjukkan bagaimana karakter dirinya dan integritasnya terhadap tujuan hidup, kesungguhan dan semangatnya terhadap kebenaran yang beliau ajarkan. Mr. Stanley Lane mengagumi sikap dan kejujurannya seperti yang dikatakannya sebagai berikut:
"Dia adalah orang yang bersemangat terhadap nilai-nilai yang mulia dan antusias ini menjadi garam bagi dunia, yang menjaga manusia dari kerusakan hidup mereka.
Semangat ini kadang-kadang digunakan dengan salah karena digabungkan menjadi alasan bagi tindakan yang salah. Tapi tidak dengan Muhammad. Beliau bersemangat ketika semangat diperlukan untuk menyalakan dunia dan semangat ini adalah mulia untuk alasan yang mulia.
Beliau adalah orang yang membahagiakan bagi orang yang mengakui kebenaran akan kebenaran hidup.
Beliau adalah utusan dari satu Tuhan dan tidak pernah dalam hidupnya, beliau melupakan siapa dirinya dan tugas yang dibebankan pada dirinya. Beliau membawa berita kepada umatnya untuk meninggikan martabat manusia bersama dengan kerendahan hati dan pengetahuan dari kelemahan dirinya."
Mungkin mudah untuk mengakui bahwa Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam diberkahi dengan sejumlah sumber daya manusia. Kenyataannya rintangan banyak menghambat jalannya. Tetapi bagaimana dengan keberuntungan yang diperolehnya diakhir pelayanannya selanjutnya? Kita akan biarkan seorang missionaris Kristen menjawab bahwa,
"Dia adalah gabungan dari Kaisar dan Paus. Tetapi dia adalah Paus tanpa keinginan menjadi Paus, dan Kaisar tanpa tentara kerajaan. Tanpa tentara, tanpa bodyguard, tanpa sebuah istana, tanpa pendapatan tetap. Jika ada orang yang mempunyai hak untuk mengatakan bahwa dia diatur oleh tuhan yang benar, itu adalah Muhammad dimana dia mempunyai kekuatan tanpa peralatan dan tanpa dukungan." (R. Bosworth Smith, dalam Mohammed and Mohammedanism, London 1874, halaman 92).
Kelemahannya adalah kekuatannya. Buktinya adalah walaupun Beliau tidak mempunyai peralatan yang mendukungnya, tetapi Beliau tetap yakin pada Allah dan Allah Yang Maha Pengasih tidak membiarkannya sendiri. Keberhasilannya mencengangkan semua orang. Bisakah kita mengatakan bahwa hasil kerjanya adalah hasil kerja Allah? Dan, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah sebagai alat-Nya?
3. Hasil YangMengagumkan
Dalam istilah Thomas Carlyle -- "Seorang laki-laki melawan semua orang" untuk seratus dua puluh ribu pada musim haji pertama. Berapa banyak lagi sesudahnya, laki-laki, wanita dan anak-anak yang menjadi pengikutnya? Pada 12 Rabiul Awal, tahun ke-11 Hijriah, tepatnya 8 Juni 632 Masehi, Rasulullah menghembuskan napas terakhir menuju "tempat tertinggi di sisi Allah" (Ibnu Hisham).
Umarbin Khattab RadhiyallahuAnhu (salah seorang sahabat Beliau) setelah mendengar berita tentang meninggalnya Rasulullah sangat terkejut dan berteriak "Jika ada yang mengatakan bahwa Muhammad telah meninggal, saya akan memenggal kepalanya!" Abu Bakar Shiddiq Radhiyallahu Anhu membenarkan bahwa Rasulullah benar telah meninggal dan dia mengingatkan Umar dengan kata-kata, "Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam telah meninggal dunia. Bagi mereka yang menyembah Muhammad" Dia melanjutkan, "ketahuilah bahwa Muhammad sudah meninggal, tetapi bagi mereka yang menyembah Allah, ketahuilah bahwa Allah hidup selamanya!"
Mendengar perkataan ini; Umar bin Khattab RadhiyallahuAnhu kembali sadar. Bisakah laki-laki yang akhirnya menjadi Khalifah Islam yang kedua, pada saat itu membayangkan bahwa empat belas abad kemudian ada satu milyar lebih pengikut Muhammad? Bisakah dia membayangkan bahwa agama Rasulullah menjadi agama yang paling cepat berkembang di dunia?"
Kristen telah dimulai 600 tahun sebelum Islam. Orang Kristen mengaku bahwa pengikut agama Kristen secara statistik melebihi pengikut agama-agama lain. Ini adalah benar, tetapi mari kita lihat gambaran yang benar.
"Di dunia ini, ada lebih banyak yang mengaku sebagai Kristen daripada mengaku Muslim, tetapi lebih banyak yang berlaku sebagai Muslim daripada berlaku sebagai Kristen. " {R.VC. Bodley (orang Amerika) dalam The Messenger: The life of Muhammad (Rasul: Kehidupan Muhammad), USA, 1969}.
Saya mengerti bahwa Mr. Bodley mencoba mengatakan pada kita bahwa di dunia ini ada orang-orang yang ketika diadakan sensus, mereka mengaku bahwa agama mereka adalah Kristen. Ini tidak berarti mereka menganut kepercayaan Kristen. Mereka sebenarnya adalah Atheis atau 'bush -Baptist' dan menentang Yahudi, Hindu atau Muslim. Walau berasal dari Kristen, mereka tidak mau mengaku dirinya Kristen. Dari segi pandang bahwa seseorang yang melaksanakan apa yang mereka percayai, maka lebih banyak Islam di dunia ini dibandingkan Kristen.
Berdasarkan urutan waktu, Islam berada 600 tahun di belakang Kristen, tetapi secara mengagumkan, Islam berkembang dengan cepat. "Satu Milyard". Ini gambaran tentang keunggulan dan kesungguhan penganut Islam.
Berdasarkan ketiga standar objektif (a) "Kebesaran Tujuan" (b) "Keterbatasan Peralatan" dan (c) "Keunggulan Hasil", apakah Lamartine mempunyai calon lain yang lebih agung daripada Muhammad ShalIallahu Alaihi wa Sallam? Dan, dia secara lebih jauh, mempesonakan pembacanya dengan mengemukakan sifat-sifat Muhammad yang dia kagumi yaitu "... Ahli filsafat, ahli pidato, rasul, pemimpin negara, pejuang, pencetus ide-ide, penemu keyakinan yang rasional, penemu 20 kekaisaran di bumi dan menjadikannya menjadi satu kekaisaran spiritual, dia adalah Muhammad. Berdasarkan semua standar kebesaran dan kejayaan yang bisa diukur, kita bisa bertanya, apakah ada orang lain yang lebih besar dari beliau?" Tidak! Muhammad adalah orang yang paling agung yang pernah hidup!" Menurut Lamartine ahli sejarah berkebangsaan Perancis. Dan firman Allah:
"Dan, Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. " (QS. Alam Nasyrah: 4)
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
Kualitas Kebaikan Hati
Propagandis Kristen menyombongkan diri bahwa dalam sejarah umat manusia tidak ada yang paling baik hati dan pemaaf dibandingkan Yesus, yang sewaktu disalib berkata,
"Yesus berkata, 'Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka Iakukan', " (Lukas 23: 34).
Kedengarannya luar biasa, dari empat penulis resmi Kitab Injil, hanya Lukas yang diilhami oleh Roh Kudus untuk menuliskan kata-kata di atas. Ketiga penulis yang lain, Matius, Markus dan Yohanes tidak pernah mendengar kata-kata tersebut atau mereka merasa bahwa kata-kata itu tidak terlalu penting untuk dicatat. Lukas bukanlah salah satu dari dua belas murid terpilih Yesus. Berdasarkan Injil revisi dari 'Revised Standard Version' (RVS: versi revisi standar), kata-kata tersebut tidak ada dalam catatan asli yang berarti bahwa kata-kata tersebut merupakan tambahan yang tidak resmi.
Dalam versi King James baru (diterbit ulang oleh Thomas Nelson Publisher tahun 1984), dikatakan bahwa kata-kata itu 'bukanlah original teks' dari catatan Lukas. Dengan kata lain bahwa kata-kata tersebut dibuat oleh beberapa orang yang fanatik. Meskipun pernyataan itu tidak otentik, kita mengetahui bahwa itu menunjukkan keimanan seseorang dan sifat pemaaf dari pemimpinnya.
Karena sifat pemaaf merupakan sesuatu yang berharga, orang yang memaafkan harus berada dalam posisi pemaaf. Jika korban dari ketidakadilan masih berada dalam genggaman musuhnya dan dalam posisi tersebut dia berteriak, "Saya maafkan Kamu!" Itu tidak akan berarti apa-apa. Akan tetapi apabila korban ketidakadilan itu sudah terlepas dari genggaman musuh dan menang melawan musuh tersebut, dan dalam posisi tersebut ia berkata, "Ya, saya maafkan kamu", barulah itu berarti sangat besar
Sifat Pemaaf Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Berlawanan sekali pernyataan maaf dari "Salib" dengan sejarah pertumpahan darah penaklukan kota Mekkah oleh Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, dihadapan sahabat-sahabatnya.
"Kota yang telah memperlakukannya dengan sangat kejam, menindas, mengutuk dirinya dan pengikutnya, berada di bawah kakinya kini. Orang-orang yang dulu menindas dan menganiaya dirinya dengan tanpa belas kasihan sekarang berada di bawah belas kasihan beliau. Tetapi di saat kemenangannya, segala kesalahan mereka dimaafkan dan mereka dibebaskan untuk tetap tinggal di Makkah." {Sayed Amir Ali dalam Spirit of Islam (Semangat Islam) }.
Sebelum beliau membebaskan mereka untuk tetap tinggal di kota tersebut, Beliau bertanya kepada mereka "Apa yang kamu harapkan dari tanganku hari ini?" Orang-orang yang telah mengenal Beliau bahkan sejak masa kanak-kanak itu berkata, "Kemurahan hati, wahai saudara dan keponakanku!" Air mata keluar dari kedua mata Rasulullah dan Beliau berkata, "Saya akan berbuat seperti apa yang diperbuat Yusuf pada saudara-saudaranya. Kalian boleh bebas pergi!"
Dan, sekarang peristiwa seperti ini tidak ada persamaannya yang lain dalam sejarah dunia. Sekelompok demi sekelompok manusia datang dan masuk Islam. Firman Allah yang menggambarkan sifat agung Rasulullah:
"Sesungguhnya telah ada pada (din) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."
Seperti yang Lamartine katakan, "Berdasarkan semua standar kebesaran dan kejayaan yang bisa diukur, kita bisa bertanya, apakah ada orang lain yang lebih besar dari beliau?"
Saya ulangi, kita juga bisa mengatakan sekali lagi, "Tidak! Tidak ada manusia yang lebih agung dari Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah orang yang paling agung yang pernah hidup!"
Sejauh ini, pahlawan kita mendapat penghormatan dan penghargaan dari banyak non-Muslim yang berasal dari berbagai agama dan berbagai bidang intelektual. Tetapi semuanya masih belum lengkap tanpa putusan Yesus - pendahulu Muhammad. Kita sekarang akan melihat standarnya dalam menganalisa kebesaran.
Yohanes Pembaptis
Yahanes Pembaptis seperti yang dalam dunia Islam dikenal sebagai Yahya Alaihis-salam adalah Rasul yang sejaman dengan Al-Masih. Mereka adalah sepupu. Ini adalah apa yang dikatakan Al-Masih tentang sepupunya itu:
Aku berkata kepadamu, "Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis" (Matius 11: 11 ).
Setiap anak manusia 'dilahirkan oleh seorang perempuan'. Dengan kenyataan ini berarti Yohanes Pembaptis lebih besar daripada Musa, Daud, Sulaiman, Ibrahim atau Isaiah. Tak satu pun dari nabi keturunan Bani Israel ini masuk. Apa yang membuat Yohanes lebih besar dibanding Nabi yang lain?
Itu tak mungkin karena mukjizatnya sebab tak satu pun ayat di Injil yang mencatatnya. Itu tak mungkin karena ajarannya, karena dia tidak membawa hukum atau peraturan baru. Lalu apa yang membuatnya besar? Mudah, karena dia adalah pembawa berita, pembawa tanda-tanda dari berita gembira akan kedatangan A1-Masih. Inilah yang membuat Yohanes Pembaptis menjadi besar tetapi Yesus mengaku bahwa dirinya lebih agung dibandingkan yang paling agung (misalnya Yohanes). Mengapa?
"Tetapi aku mempunyai kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaku supaya aku melaksanakan Nya." (Yohanes 5: 36).
Jadi "persaksian" yang diberikan Tuhan Yang Maha Besarlah yang membuat Yesus lebih besar daripada Yohanes. Berdasarkan standar dari Al-Masih ini, kita menemukan bahwa:
1. Yohanes Pembaptis adalah Nabi yang paling besar di antara Nabi-nabi keturunan Bani Israel, karena dia pembawa berita kedatangan Al-Masih (Yesus). Hampir sama, Yesus adalah lebih besar daripada Yohanes karena dia pembawa berita kedatangan "Roh kebenaran, Pembawa Kebahagiaan" yang akan mengantarkan umat manusia kepada segala kebenaran (Dari Kitab Injil, Yohanes pasal 16)
2. Keuskupan, missi Yesus, atau "Pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Nya supaya dilaksanakan-Nya" dibatasi menjadi penggembala kambing dari rumah Israel (Matius 15: 24), sedangkan missi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah universal. Beliau telah diberitahukan,
"Dan, tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" (QS Al--Anbiya': 107).
Dalam menjaga tugas besarnya, Muhammad selalu menyampaikan Firman-Nya kepada orang-orang yang mau mendengarnya, tanpa perbedaan ras, kelas atau keturunan. Beliau menerima mereka semua dalam agama Tuhan tanpa diskriminasi. Beliau tidak pernah berpikir untuk membedakan makhluk Tuhan menjadi "Anjing dan Babi" (Matius 7: 6) atau menjadi "Kambing dan Sapi" (Matius 25: 32). Beliau adalah utusan dari Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat bagi seluruh umat manusia, dan Beliau tidak pernah lupa dengan missinya bahkan di saat akhir hidupnya.
Menjelang akhir hayatnya, ketika beliau bisa melihat kembali masa lalu yang susah dan berbahaya, dan masa sekarang yang penuh dengan kesuksesan, Beliau sekarang merasa bisa menikmati hidup dengan tenang dan rileks.
Tetapi tidak buat Beliau! Tidak ada waktu untuk beristirahat atau bersantai bagi dirinya. Masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkannya,
"Dan, Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. Saba': 28).
Bagaimana Beliau menanggapi tugas ini selama masa tuanya? Pada masa itu tidak ada peralatan komunikasi elektronik modern untuk mengatur tugasnya. Tidak ada teleks dan mesin facsimile yang bisa digunakan. Apa yang Beliau lakukan? Karena Beliau adalah seorang yang Ummi (buta hurufj, Beliau mendiktekan 5 surat-surat yang ditujukan pada Kaisar Konstantinopel, Raja Mesir, Negus Abbesinia, Raja Yaman dan Kaisar Iran. Beliau memanggil 5 sahabatnya dan memberikan masing-masing 5 kuda Arab, lalu menugaskan mereka mengirim surat-surat tersebut untuk mengajak Raja-raja tersebut masuk dalam agama Allah.
Saya beruntung karena bisa melihat surat-surat tersebut di Museum Topkapi di Istambul, Turki. Surat-surat tersebut sudah berdebu! Turki sebenarnya mempunyai pengawet untuk kulit. tetapi surat-surat itu sudah terlalu lama. Surat itu dimulai, "Dari Muhammad Rasulullah, kepada Heraclius, Kaisar di Konstantinopel; Terimalah Islam dan Anda akan beruntung."
Diikuti oleh kalimat dalam Al-Qur'an:
"Katakanlah: 'Hai Ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bah wa tidak kami sembah kecual iAllah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpalig maka katakanlah kepada mereka, 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang orang yang berserah diri (kepada Allah)'… " (QS. Ali Imran: 64).
Setelah penyisipan ayat Al-Qur'an dalam surat tersebut, lalu diakhiri dengan ucapan selamat dan disegel dengan kalimat - "Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya."
Surat di Turki menimbulkan rasa penasaran dan ketertarikan kita untuk menjaganya, tetapi penjagaannya juga sering dirusak oleh pelancong. Ayat-ayat Al-Qur'an yang sama juga berada di hampir setiap rumah Muslim, dibaca dan dibaca ulang ratusan kali, akan tetapi seringkali pembaca tidak mengamalkan apa yang dibacanya dalam kehidupan sehari-hari.
Kita teliti sekali lagi ayat-ayat di atas. Ayat ini ditujukan kepada "Ahli Kitab" --Yahudi dan Kristen. Tetapi setelah lebih dari seribu tahun, kita telah mengacuhkan bahwa tujuan umum dari ayat itu adalah untuk diri kita sendiri. Kita duduk mendengarkan ayat tersebut tetapi kita tidak melaksanakannya. Pengabaian ini akan terus berlanjut pada umat kita generasi selanjutnya.
Setelah lebih dari 14 abad, ayat-ayat Al-Qur'an masih tetap sama. Kita masih mendengar kalimat,
"Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Saba':28).
Ini adalah kesimpulan dari ayat yang turun 14 abad yang lalu. Ini adalah situasi yang sebenarnya dari dunia keagamaan. Pertanyaannya adalah, "Apakah ada yang berbeda sekarang ini?" Tidak ada sama sekali! Sekarang ini lebih banyak Musyrik di dunia ini daripada orang yang percaya pada Allah Yang Maha Esa.
Apakah ada harapan untuk merubah situasi ini?
Allah menugaskan Rasul-Nya, lalu Dia memerintahkan kita sekarang melalui ayat pertama dari surat Muddatstsir (surat 74):
A. Hai orang-orang yang berkemul (berselimut),
"Seperti biasa, ada beberapa pengertian dari ayat ini (termasuk yang di atas), tiga pemikiran itu adalah:
1. Suatu peristiwa atau individu tertentu yang ditunjuk. Rasulullah sedang merenungkan diri dengan menggunakan selimut, Beliau sedang memikirkan bagaimana menyampaikan wahyu Allah dan menyiarkan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan Yang Benar. Hatinya selalu bersih, tetapi sekarang kegiatan menyiarkan agama Allah akan bertentangan dengan kebiasaan kaumnya selama ini. Pekerjaannya sebagai utusan Allah adalah pekerjaan yang paling sesuai dengan kepribadiannya, tetapi tidak akan ada balasan dan penghargaan yang dapat diharapkan dari masyarakatnya. Tetapi sebaliknya, diperlukan banyak kesabaran, dan kepuasan hati akan diperoleh dari Allah.
2. Suatu pelajaran spiritual umum sedang diajarkan. Tahap yang hampir sama dalam tingkatan hidup setiap laki-laki yang baik, dimana dalam hidup Rasulullah adalah contoh yang universal.
3. Anjuran tentang adanya khayalan mistik yang lebih Kaum sufi mengerti, bahwa dengan berselimut dan berkemul, keadaan lebih menyenangkan, yang diperlukan bagi fisik kita pada suatu tahap. Tetapi kita akan segera bangkit dan sifat dasar kita akan menegaskan diri sendiri. Walaupun itu tidak membawa keberuntungan dan penghargaan dari orang-orang, tetapi akan membawa keberuntungan dari Tuhan.
B. Bangunlah; lalu berilah peringatan
C. Dan Tuhanmu Agungkanlah
D. Dan pakaianmu bersihkanlah
E. Dan perbuatan dosa (menyembab berhala) tinggalkanllah
Rujz atau Rijz berarti penyembahan dan biasanya juga berarti pemujaan. Mungkin di sana ada idola yang disebut Rujz. Tetapi sekararig ini, bisa berarti luas menjadi mental yang melawan pemujaan yang benar atau tahap keraguan.
F. Dan janganlah kamu membeli (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Menurut kebiasaan, jika kamu memberi adalah agar menerima apa yang berharga bagimu lebih dari apa yang kamu berikan. Tetapi jangan mengharapkan apa-apa dari penerima. Kamu melayani Tuhan dan Makhluk Tuhan.
G. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. Kemauan kita untuk melayani Tuhan memerlukan kesabaran dan kita harus menunjukkan konsistensi dalam pelayanan kita. Karena kita yakin, kita tahu bahwa Dia-lah Yang Maha Besar, Maha Bijaksana dan Maha Kuasa dan segala sesuatu pasti akan baik. (Abdullah Yusuf Ali).
Bagi bangsa Arab secara umum dan khususnya bagi Rasulullah "selimut" adalah penutup untuk melindungi matahari, angin dan pasir. Dia berarti harus bersiap-siap, menyingsingkan lengan baju untuk menyelesaikan tugasnya. Meskipun sebagian besar Muslim di dunia tidak menutupi dirinya dengan selimut, dalam kehidupan sehari-hari, mereka mengenakan mantel untuk menutup rasa rendah diri.
"Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat cahaya Ilahi bersinar menerangi kegelapan di sekitar kita? Pertama-tama kita harus membiarkannya bersinar dalam diri kita yang sebenarnya. Dengan adanya sinar tersebut dalam lubuk hati kita, kita bisa berjalan dengan langkah yang yakin dan mantap. Kita dengan rendah hati dapat melanjutkan langkah-langkah yang berat dan membimbing langkah-langkah kita. Bukan kita, tetapi cahaya yang akan membimbing! Tetapi oh! Kesenangan menemukan cahaya dan untuk mengatakan pada saudara kita; 'Saya juga berada dalam kegelapan, kesusahan dan akhirnya saya telah menemukan kebahagiaan dan takdir yang menyenangkan!' Lalu, haruskah kita mengajak saudara kita, dengan berjalan berdampingan dalam jalan Tuhan, dengan saling membantu dan kerjasama, dan sepenuh hati berdoa, diikuti dengan tindakan. Itu adalah maksud baik Allah yang bisa dilakukan oleh kita bersama-sama." (Abdullah Yusuf Ali.).
"Tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. Saba': 28).
Lalu Sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada siapapun kami memohonkan rahmat bagi semua dan selamanya. Amien.
LAMPIRAN I
Beliau mencapai tingkat keunggulan dengan kesem-purnaannya
Beliau menerangi kegelapan (dunia) dengan cahayanya
Kesempurnaan adalah semua kualitasnya
Rahmat bagi dirinya dan keturunannya
(Shaikh Sa'di Sheeraazi)
LAMPIRAN II
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang Paling Agung
"Jika kebesaran tujuan
Keterbatasan Peralatan
Dan Hasil Yang Mengagumkan"
Adalah tiga kriteria dari kejeniusan manusia, siapa yang berani bertaruh apakah ada orang lain dalam sejarah modern yang lebih besar daripada Muhammad?
Hampir semua orang terkenal menciptakan senjata-senjata, hukum-hukum dan kerajaan-kerajaan. Mereka menemukan, yang semuanya tidak lebih dari kekuatan materi yang mudah hancur di depan mata. Muhammad menghasilkan tidak hanya tentara, undang-undang, kekaisaran, rakyat dan menyatukan jutaan orang, altar-altar, dewa-dewa, agama-agama, ide-ide, kepercayaan-kepercayaan dan roh-roh.
Sebagai dasar dari suatu buku, setiap huruf menjadi hukum, Beliau menciptakan nasionalisme spiritual yang menyatukan orang-orang dari berbagai bahasa dan ras.
Ide Tuhan Yang Maha Esa, yang dikemukakan di tengah-tengah teologi yang
menakjubkan adalah suatu keajaiban yang sering diucapkan yang mengubah semua pemujaan terhadap nenek moyang dan tahayul.
Ibadahnya yang terakhir, komunikasi mistik dengan Tuhan, kematiannya, kejayaan setelah kematiannya; semuanya membuktikan bahwa Beliau memiliki kemampuan untuk memberikan ajaran agama. Ajaran ini mempunyai 2 pokok, yaitu: Keesaan Allah dan Keberadaan Allah;
"....Ahli filsafat, ahli pidato, rasul, pemimpin negara pejuang, pencetus ide-ide, penemu keyakinan yang rasional, penemu 20 kekaisaran di bumi dan menjadikannya menjadi satu kekaisaran spiritual, dia adalah Muhammad. Berdasarkan semua standar kebesaran dan kejayaan yang bisa diukur, kita bisa bertanya, apakah ada orang lain yang lebih besar dari beliau?"
(Lamartine, Sejarah Turki, Paris, 1854, volume II, halaman 276-277)
LAMPIRAN III
JULES MASSERMAN, PSYKOANALIS AMERIKA
TIME, 15 Juli, 1974
Pemimpin harus memenuhi tiga fungsi ---Menyediakan kesejahteraan bagi pengikutnya, menyediakan organisasi sosial di mana rakyatnya merasa aman, dan menyediakan mereka dengan suatu bentuk kepercayaan. Orang-orang seperti Pasteur dan Salk adalah pemimpin dalam fungsi yang pertama.
Orang-orang seperti Gandhi dan Confucius, di satu pihak, dan Alexander, Caesar dan Hitler di pihak lain, adalah pemimpin yang memenuhi fungsi yang kedua atau mungkin yang ketiga. Yesus dan Buddha memenuhi fungsi ketiga. Mungkin pemimpin yang terbesar sepanjang waktu adalah Muhammad yang mengkombinasikan ketiga fungsi. Untuk kriteria yang sama, Musa menduduki tempat kedua.
LAMPIRAN IV
"Kesetiaan dikatakan menjadi sifat manusia. Yang membuat perbedaan antara manusia beradab dengan yang tidak beradab. Tetapi kesetiaan yang sejati, merupakan pembawaan sejak lahir. Yang menandai seorang teman sejati. Pada manusia, hal ini jarang ditemukan!" (Suatu sajak Afrika Selatan).
Musuh-musuh, orang yang skeptis, juga kaum missionaris tidak pernah berhenti mengejek bahwa "Islam disebarkan dengan menggunakan pedang"; tetapi mereka tidak pernah berusaha menjawab pertanyaan kita: "... siapa yang menyuap carlyle!?" Di tahun 1840, ketika Carlyle membela Muhammad dan menyangkal pernyataan tentang pedang, tidak ada seorang pun yang disuap. Seluruh Muslim saat itu berada dalam kemiskinan. Negara-negara Islam berada di bawah kekuasaan bangsa Kristen kecuali untuk beberapa negara kecil seperti Iran, Afghanistan dan Turki yang tetap merdeka. Tidak ada kekayaan yang bisa disombongkan dan tidak ada uang untuk menyuap seseorang.
Ini adalah kondisi masa lalu, tetapi bagaimana dengan kondisi saat ini, dalam jaman modern? Ini terlihat pada grafik di bawah ini yang menggambarkan bahwa "Islam adalah agama yang paling cepat berkembang di dunia" Pertumbuhan agama Kristen dari total seluruh sekte dan agama di dunia ini adalah 138% dan pertumbuhan Islam adalah 235% pada periode yang sama selama setengah abad. Bahkan di Inggris dan Amerika Serikat, Islam merupakan agama yang berkembang paling cepat. Dapat dikatakan bahwa di Inggris "Ada lebih banyak Muslim dibanding Methodis" Kamu boleh saja bertanya "Pedang apa?"
Jawabannya adalah "tentu saja pedang!" Thomas Carlyle. Itu adalah pedang dari Intelektual! Ini adalah kenyataan dari ramalan.
"Dialah yang mengutus Rasul- Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan, cukuplah Allah sebagai saksi." (QS. Al-Fath: 28).
Tujuan dari Islam disebutkan di dalam ayat ini. Islam adalah pemimpin, penguasa dan pengganti semua agama dan kepercayaan-- Agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama---.
Dalam bahasa Arab, kata Dien (secara harfiah berarti "Cara hidup") untuk menggantikan semua agama, yaitu Hindu, Buddha, Kristen, Yahudi, Komunis dan isme-isme (paham-paham) lainnya. Inilah tujuan dari 'Dien Allah'.
Ayat yang sama juga diulang pada Surat Ash-Shaff ayat 9 dengan tambahan dibelakangnya:
"... meskipun orang-orang musyrik benci. "
Kejayaan Islam
Islam akan menang. Ini adalah janji Allah dan janji-Nya selalu benar. Tetapi bagaimana? Dengan pedang? Tidak, bahkan apabila kita mempunyai senjata laser! Bisakah kita menggunakannya? Dalam Al-Qur' an disebutkan bahwa kita dilarang menggunakan kekerasan dalam mengajak orang lain untuk masuk Islam. Namun ayat-ayat Kitab Suci meramalkan bahwa Islam akan menjadi ajaran yang paling dominan dari semua agama.
Kejayaan dari ajaran Islam ini sudah dimulai dan diperoleh dengan mengajarkan ideologi melalui sekolah-sekolah agama di seluruh dunia. Meskipun tidak dengan nama Islam, tetapi atas nama reformasi dan amandemen, Islam tetap bercabang menjadi berbagai aliran. Banyak hal-hal yang bersifat Islami tetapi bentuknya tidak diketahui atau sesuatu yang dulunya dilarang bahkan meskipun hanya diucapkan, kini mulai timbul di berbagai tempat.
"Persaudaraan sesama manusia
Penghilangan sistem kasta dan warna kulit
Emansipasi wanita
Pembukaan tempat beribadah bagi semua orang
Pelarangan minuman keras
Konsep yang benar tentang Tuhan Yang Maha Esa
dan lain-lain, dan lain-lain."
Hanya satu kata pada point terakhir, sebelum kita melangkah lebih jauh. Tanyakan pada tiap-tiap isme yang ada, baik polytheisme, pantheisme atau trinitas; berapa banyak Tuhan yang dia imani? Dia akan ngeri mengatakan tidak ada yang lain selain Yang Maha Esa! Ini adalah efek dari ajaran monotheisme dalam Islam.
"Keimanan Muhammad adalah bebas dari sifat mendua dan Al-Qur'an adalah bukti yang nyata dari keesaan Tuhan." {Gibbon dalam bukunya Decline and Fall of The Roman Empire (Kemunduran dan Keruntuhan Kekaisaran Romawi)}.
Pernyataan Kaum Orientalis non-Muslim
Hampir semua musuh Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang mengemukakan teori yang salah bahwa Beliau menyebarkan ajarannya dengan menggunakan pedang adalah orang Barat. Mari kita dengar apa yang dikatakan oleh bangsa non-Muslim Timur tentang hal tersebut:
8a. "Semakin saya pelajari semalam saya temukan bahwa kekuatan Islam bukan berasal dari pedang." Mahatma Gandhi, Bapak India Modern dalam "Young India" (India Muda).
b. "Mereka (pengkritik Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam) melihat api bukannya cahaya, mendapat kebodohan bukan kebaikan. Mereka mengubah setiap kebaikan dengan kejahatan yang besar. Ha1 ini menggambarkan kebejatan moral mereka....kritikan tersebut adalah buta. Mereka tidak bisa melihat bahwa satu-satunya pedang Muhammad adalah pedang kemurahan hati, petunjuk, persahabatan, kemauan untuk memafkan pedang yang menaklukan musuh-musuhnya dan membersihkan hati mereka. Pedangnya lebih tajam daripada pedang baja." {Pandit Gyanandra Dev Sharma Shastri, pada suatu rapat di Gorakhpur (India), 1928}.
c. "Beliau memilih untuk hijrah daripada harus berperang melawan rakyatnya sendiri; tetapi ketika penindasan mereka sudah di luar batas toleransi barulah beliau mengangkat pedang untuk membela diri. Mereka yang percaya bahwa suatu agama bisa disebarkan dengan kekerasan adalah orang yang bodoh yang tidak tahu jalannya suatu agama ataupun jalannya dunia. Mereka bangga dengan kepercayaannya karena mereka berada di suatu jalan, jalan yang jauh dari kebenaran" (Seorang jurnalis Sikh dalam Nawan Hindustan, New Delhi, 17 November 1947).
Rudyard Kipling berkata, "Timur adalah Timur dan Barat adalah Barat, keduanya tidak pernah bisa bertemu!" Dia salah besar Dalam penjagaan Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, semuanya, yang tidak dibutakan oleh prasangka, akan berkumpul.
Tiga Standar Lain
Empat belas tahun sesudah Thomas Carlyle mengantarkan kuliahnya dalam "Hero Prophet", seorang berkebangsaan Perancis, Lamartine menulis sejarah Turki. Kebetulan sebagian besar bangsa Turki adalah Muslim dan Lamartine menyentuh beberapa aspek Islam. Seperti Jules Masserman pada saat itu, yang mengemukakan tiga standar untuk pemimpin yang besar; Lamartine juga mengemukakan tiga standar lain yang menunjukkan kebesaran. Kita kagum pada mereka yang telah mengamati tipe ini. Pendapat Lamartine:
9a. "Jika kebesaran tujuan, keterbatasan peralatan dan hasil-hasil yang mencengangkan adalah tiga kriteria kebesaran manusia, siapa yang bisa mempertaruhkannya di jaman modern ini dengan sejarah Muhammad? (Lamartine mengakhiri buku karyanya yang panjang ini dengan kata--kata): .... Ahli filsafat, ahli pidato, rasul, pemimpin negara, pejuang, pencetus ide-ide, penemu keyakinan yang rasional, penemu 20 kekaisaran di bumi dan menjadikannya menjadi satu kekaisaran spiritual, dia adalah Muhammad. Berdasarkan semua standar kebesaran dan kejayaan yang bisa diukur, kita bisa bertanya, apakah ada orang lain yang lebih besar dari beliau?" {Lamartine dalam Historie de la Turquie (Sejarah Turki), Paris 1854}.
Jawaban dari pertanyaan, "Apakah ada orang lain yang lebih besar dari beliau? terletak pada pertanyaan itu sendiri. Pengertian dari pertanyaan itu adalah --- "tidak ada manusia yang lebih agung daripada muhammad. Muhammad adalah manusia yang paling agung yang pernah ada."
QS 94:4 "Dan, Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu." (QS. Alam Nasyrah: 4)
Maha Suci Engkau, ya Allah!
Sebelum kita membebaskan Lamartine dari persangkaan memihak ataupun disuap, kita akan meneliti dengan cermat ketiga standar tersebut dan apakah bisa dibenarkan dalam kasus Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sa1lam.
1. Kebesaran Tujuan
Sejarah memberitahukan bahwa ada suatu masa kegelapan dalam sejarah umat manusia ketika Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam pertama kali menjalankan missinya. Yang dibutuhkan adalah Rasul-rasul di setiap sudut dunia atau seorang Rasul yang ulung bagi seluruh umat manusia, untuk membawa mereka dari kepalsuan, tahyul, egoisme, polytheisme, kesalahan dan kebrutalan. Hal-hal tersebut harus dihilangkan dari kehidupan manusia. Dan, Allah yang Maha Bijaksana memilih Rasul-Nya dari tanah Arab sebagai utusan sedunia. Firman-Nya dalam Al-Qur'an,
"Dan; tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya': 107).
"Di sini tidak ada perbedaan antar ras atau bangsa, orang-orang terpilih; keturunan Ibrahim atau keturunan Daud; Hindu, Yahudi atau bukan; Arab atau Iran, Turki atau Tajik, Eropa atau Asia, kulit putih atau kulit berwarna, Bangsa Aria atau Semit, Mongol atau Afrika, Amerika, Australia atau Polenesia. Bagi setiap orang dan makhluk yang mempunyai tanggung jawab spiritual, semua prinsipnya adalah sama." (Abdullah Yusuf Ali)
Yesus Melakukan Diskriminasi
Rasul sebelum Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menasihatkan para murid-muridnya: "... jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing" (yang berarti non-Yahudi). "Dan,jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi" (Matius 7:6). Penulis kitab tersebut sepakat untuk mencatat bahwa Kristus hidup dengan murid-muridnya. Dalam hidupnya dia tidak mengajarkan pada non-Yahudi. Buktinya dia telah menolak seorang wanita bukan Yahudi yang hendak mengikuti acara spiritualnya. ("Wanita itu seorang Yunani" Mark 7: 26). Lalu ketika acara Paskah di Yerusalem, sewaktu Yesus dan murid-muridnya sedang berkumpul, beberapa orang Yunani yang mendengar acara tersebut datang dan ingin bergabung dengan mereka, tetapi Yesus memberi "cold shoulder" seperti yang dituliskan Yohanes:
"Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada Philipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus". Philipus pergi memberitahukannya pada Andreas; Andreas dan Philipus menyampaikannya kepada Yesus" (Yohanes 12: 20-23).
Pemujaan Diri
Ayat-ayat berikutnya bahkan tidak menyebutkan kesopan-santunan "Jika ya, hendaklah kamu katakan ya; atau jika tidak hendaklah kamu katakan tidak." (Matius 5:37). Mereka melanjutkan dengan pujian pada dirinya sendiri: "Tetapi Yesus menjawab mereka, katanya: 'Telah tiba saatnya anak manusia dimuliakan'… " (Yohanes 12: 23)
Standar Tertinggi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah bisa melakukan kebebasan seperti itu. Ingat, bagaimana Allah Yang Maha Besar mengingatkan Beliau tentang etika. Bahkan hal itu dilakukan melalui seorang yang buta (lihat: "Beliau Bermuka Masam"). Sebagai seorang utusan universal, Allah membentuk Beliau dengan standar yang mulia:
"Dan, sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS Al-Qalam: 4).
Dan; dimanakah ladang missinya? Seluruh umat manusia!"
Dan; tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS Al-Anbiya': 107).
Utusan Sedunia
Ini bukanlah basa basi belaka. Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam melaksanakan apa yang diajarkannya. Di antara sahabat-sahabatnya yang pertama dan orang-orang yang baru masuk Islam, ada yang bukan keturunan Arab seperti Bilal (Abbasia), Salman (Iran) dan Abdullah bin Salaam (Yahudi). Orang yang sinis mungkin akan mengatakan bahwa hal itu hanya kebetulan saja, tetapi apa yang bisa mereka katakan tentang kenyataan sejarah bahwa sebelum Beliau meninggal, Beliau mengirim 5 surat ke 5 negara-negara sekitarnya untuk mengajak mereka menerima Islam sebagai agamanya.
1. Kaisar Iran
2. Raja Mesir
3. Negus Abbasia (Ethiopia)
4. Kaisar Heraclius di Konstaninopel
5. Raja Yaman
Jadi Beliau memberi contoh untuk melengkapi missinya, "Kebesaran tujuan", mengumpulkan seluruh umat manusia dalam satu kesatuan. Apakah ada contoh lain yang menunjukkan kesatuan di antara agama yang lain? Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya memberikan kebenaran yang diberikan Allah melalui dirinya.
2. Keterbatasan Peralatan
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dilahirkan tanpa sendok perak di mulutnya. Hidupnya dimulai dengan dukungan yang pas-pasan. Ayahnya telah meninggal ketika beliau lahir. Ibunya meninggal ketika usianya baru enam tahun. Beliau yatim piatu pada usia yang sangat muda. Kakeknya memeliharanya setelah itu, tetapi 3 tahun kemudian, kakeknya meninggal dunia. Kemudian Beliau diasuh oleh pamannya Abu Thalib dan membantu pamannya dengan menggembala sapi dan kambing. Meskipun miskin, yatim piatu, Beliau mempunyai kepribadian yang religius dan Anda pasti kagum terhadap apa yang terdapat dalam dirinya.
Ibrahim Alaihis-salam yang merupakan nenek moyang dari Musa Alaihis-salam, Yesus dan Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah anak dari seorang pengusaha yang sukses pada jaman itu. Musa Alaihis-salam dibesarkan di istana Fir'aun. Yesus meskipun digambarkan sebagai "Tukang kayu dan anak dari tukang kayu" dilengkapi dengan pelajaran dan peralatan. Petrus, Philipus, Andreas dan lain-lain semuanya merupakan peralatan dan mereka mengikutinya untuk melindunginya, bukan karena dia mempunyai "halo" di atas kepalanya, tetapi karena pakaiannya yang bagus dan sikapnya yang mirip bangsawan. Dia menguasai rumah besar di Yerusalem bersama dengan murid-muridnya. Selama masa panen, dia akan mendapat sumbangan bahan makanan; Anda bisa mendengar celaan beliau kepada Yahudi yang materialistis.
Dan ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepadanya, "Rabbi, bilamana engkau tiba disini?
Yesus menjawab mereka, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang" (Yohanes 6: 25-26).
Tidak Ada Yang Ditawarkan
Muhammad Shallallahu Alalhi wa Sallam tidak mempunyai roti atau daging untuk ditawarkan pada pengikutnya. Yang bisa Beliau tawarkan adalah hidupnya yang miskin, yang penuh dengan cobaan dan kesengsaraan selama di dunia tetapi kesenangan dan kebahagiaan dari Allah di akhirat nanti. Kehidupan Rasulullah seperti buku yang terbuka yang menjadi panutan yang menunjukkan bagaimana karakter dirinya dan integritasnya terhadap tujuan hidup, kesungguhan dan semangatnya terhadap kebenaran yang beliau ajarkan. Mr. Stanley Lane mengagumi sikap dan kejujurannya seperti yang dikatakannya sebagai berikut:
"Dia adalah orang yang bersemangat terhadap nilai-nilai yang mulia dan antusias ini menjadi garam bagi dunia, yang menjaga manusia dari kerusakan hidup mereka.
Semangat ini kadang-kadang digunakan dengan salah karena digabungkan menjadi alasan bagi tindakan yang salah. Tapi tidak dengan Muhammad. Beliau bersemangat ketika semangat diperlukan untuk menyalakan dunia dan semangat ini adalah mulia untuk alasan yang mulia.
Beliau adalah orang yang membahagiakan bagi orang yang mengakui kebenaran akan kebenaran hidup.
Beliau adalah utusan dari satu Tuhan dan tidak pernah dalam hidupnya, beliau melupakan siapa dirinya dan tugas yang dibebankan pada dirinya. Beliau membawa berita kepada umatnya untuk meninggikan martabat manusia bersama dengan kerendahan hati dan pengetahuan dari kelemahan dirinya."
Mungkin mudah untuk mengakui bahwa Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam diberkahi dengan sejumlah sumber daya manusia. Kenyataannya rintangan banyak menghambat jalannya. Tetapi bagaimana dengan keberuntungan yang diperolehnya diakhir pelayanannya selanjutnya? Kita akan biarkan seorang missionaris Kristen menjawab bahwa,
"Dia adalah gabungan dari Kaisar dan Paus. Tetapi dia adalah Paus tanpa keinginan menjadi Paus, dan Kaisar tanpa tentara kerajaan. Tanpa tentara, tanpa bodyguard, tanpa sebuah istana, tanpa pendapatan tetap. Jika ada orang yang mempunyai hak untuk mengatakan bahwa dia diatur oleh tuhan yang benar, itu adalah Muhammad dimana dia mempunyai kekuatan tanpa peralatan dan tanpa dukungan." (R. Bosworth Smith, dalam Mohammed and Mohammedanism, London 1874, halaman 92).
Kelemahannya adalah kekuatannya. Buktinya adalah walaupun Beliau tidak mempunyai peralatan yang mendukungnya, tetapi Beliau tetap yakin pada Allah dan Allah Yang Maha Pengasih tidak membiarkannya sendiri. Keberhasilannya mencengangkan semua orang. Bisakah kita mengatakan bahwa hasil kerjanya adalah hasil kerja Allah? Dan, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah sebagai alat-Nya?
3. Hasil YangMengagumkan
Dalam istilah Thomas Carlyle -- "Seorang laki-laki melawan semua orang" untuk seratus dua puluh ribu pada musim haji pertama. Berapa banyak lagi sesudahnya, laki-laki, wanita dan anak-anak yang menjadi pengikutnya? Pada 12 Rabiul Awal, tahun ke-11 Hijriah, tepatnya 8 Juni 632 Masehi, Rasulullah menghembuskan napas terakhir menuju "tempat tertinggi di sisi Allah" (Ibnu Hisham).
Umarbin Khattab RadhiyallahuAnhu (salah seorang sahabat Beliau) setelah mendengar berita tentang meninggalnya Rasulullah sangat terkejut dan berteriak "Jika ada yang mengatakan bahwa Muhammad telah meninggal, saya akan memenggal kepalanya!" Abu Bakar Shiddiq Radhiyallahu Anhu membenarkan bahwa Rasulullah benar telah meninggal dan dia mengingatkan Umar dengan kata-kata, "Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam telah meninggal dunia. Bagi mereka yang menyembah Muhammad" Dia melanjutkan, "ketahuilah bahwa Muhammad sudah meninggal, tetapi bagi mereka yang menyembah Allah, ketahuilah bahwa Allah hidup selamanya!"
Mendengar perkataan ini; Umar bin Khattab RadhiyallahuAnhu kembali sadar. Bisakah laki-laki yang akhirnya menjadi Khalifah Islam yang kedua, pada saat itu membayangkan bahwa empat belas abad kemudian ada satu milyar lebih pengikut Muhammad? Bisakah dia membayangkan bahwa agama Rasulullah menjadi agama yang paling cepat berkembang di dunia?"
Kristen telah dimulai 600 tahun sebelum Islam. Orang Kristen mengaku bahwa pengikut agama Kristen secara statistik melebihi pengikut agama-agama lain. Ini adalah benar, tetapi mari kita lihat gambaran yang benar.
"Di dunia ini, ada lebih banyak yang mengaku sebagai Kristen daripada mengaku Muslim, tetapi lebih banyak yang berlaku sebagai Muslim daripada berlaku sebagai Kristen. " {R.VC. Bodley (orang Amerika) dalam The Messenger: The life of Muhammad (Rasul: Kehidupan Muhammad), USA, 1969}.
Saya mengerti bahwa Mr. Bodley mencoba mengatakan pada kita bahwa di dunia ini ada orang-orang yang ketika diadakan sensus, mereka mengaku bahwa agama mereka adalah Kristen. Ini tidak berarti mereka menganut kepercayaan Kristen. Mereka sebenarnya adalah Atheis atau 'bush -Baptist' dan menentang Yahudi, Hindu atau Muslim. Walau berasal dari Kristen, mereka tidak mau mengaku dirinya Kristen. Dari segi pandang bahwa seseorang yang melaksanakan apa yang mereka percayai, maka lebih banyak Islam di dunia ini dibandingkan Kristen.
Berdasarkan urutan waktu, Islam berada 600 tahun di belakang Kristen, tetapi secara mengagumkan, Islam berkembang dengan cepat. "Satu Milyard". Ini gambaran tentang keunggulan dan kesungguhan penganut Islam.
Berdasarkan ketiga standar objektif (a) "Kebesaran Tujuan" (b) "Keterbatasan Peralatan" dan (c) "Keunggulan Hasil", apakah Lamartine mempunyai calon lain yang lebih agung daripada Muhammad ShalIallahu Alaihi wa Sallam? Dan, dia secara lebih jauh, mempesonakan pembacanya dengan mengemukakan sifat-sifat Muhammad yang dia kagumi yaitu "... Ahli filsafat, ahli pidato, rasul, pemimpin negara, pejuang, pencetus ide-ide, penemu keyakinan yang rasional, penemu 20 kekaisaran di bumi dan menjadikannya menjadi satu kekaisaran spiritual, dia adalah Muhammad. Berdasarkan semua standar kebesaran dan kejayaan yang bisa diukur, kita bisa bertanya, apakah ada orang lain yang lebih besar dari beliau?" Tidak! Muhammad adalah orang yang paling agung yang pernah hidup!" Menurut Lamartine ahli sejarah berkebangsaan Perancis. Dan firman Allah:
"Dan, Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. " (QS. Alam Nasyrah: 4)
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
Kualitas Kebaikan Hati
Propagandis Kristen menyombongkan diri bahwa dalam sejarah umat manusia tidak ada yang paling baik hati dan pemaaf dibandingkan Yesus, yang sewaktu disalib berkata,
"Yesus berkata, 'Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka Iakukan', " (Lukas 23: 34).
Kedengarannya luar biasa, dari empat penulis resmi Kitab Injil, hanya Lukas yang diilhami oleh Roh Kudus untuk menuliskan kata-kata di atas. Ketiga penulis yang lain, Matius, Markus dan Yohanes tidak pernah mendengar kata-kata tersebut atau mereka merasa bahwa kata-kata itu tidak terlalu penting untuk dicatat. Lukas bukanlah salah satu dari dua belas murid terpilih Yesus. Berdasarkan Injil revisi dari 'Revised Standard Version' (RVS: versi revisi standar), kata-kata tersebut tidak ada dalam catatan asli yang berarti bahwa kata-kata tersebut merupakan tambahan yang tidak resmi.
Dalam versi King James baru (diterbit ulang oleh Thomas Nelson Publisher tahun 1984), dikatakan bahwa kata-kata itu 'bukanlah original teks' dari catatan Lukas. Dengan kata lain bahwa kata-kata tersebut dibuat oleh beberapa orang yang fanatik. Meskipun pernyataan itu tidak otentik, kita mengetahui bahwa itu menunjukkan keimanan seseorang dan sifat pemaaf dari pemimpinnya.
Karena sifat pemaaf merupakan sesuatu yang berharga, orang yang memaafkan harus berada dalam posisi pemaaf. Jika korban dari ketidakadilan masih berada dalam genggaman musuhnya dan dalam posisi tersebut dia berteriak, "Saya maafkan Kamu!" Itu tidak akan berarti apa-apa. Akan tetapi apabila korban ketidakadilan itu sudah terlepas dari genggaman musuh dan menang melawan musuh tersebut, dan dalam posisi tersebut ia berkata, "Ya, saya maafkan kamu", barulah itu berarti sangat besar
Sifat Pemaaf Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Berlawanan sekali pernyataan maaf dari "Salib" dengan sejarah pertumpahan darah penaklukan kota Mekkah oleh Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, dihadapan sahabat-sahabatnya.
"Kota yang telah memperlakukannya dengan sangat kejam, menindas, mengutuk dirinya dan pengikutnya, berada di bawah kakinya kini. Orang-orang yang dulu menindas dan menganiaya dirinya dengan tanpa belas kasihan sekarang berada di bawah belas kasihan beliau. Tetapi di saat kemenangannya, segala kesalahan mereka dimaafkan dan mereka dibebaskan untuk tetap tinggal di Makkah." {Sayed Amir Ali dalam Spirit of Islam (Semangat Islam) }.
Sebelum beliau membebaskan mereka untuk tetap tinggal di kota tersebut, Beliau bertanya kepada mereka "Apa yang kamu harapkan dari tanganku hari ini?" Orang-orang yang telah mengenal Beliau bahkan sejak masa kanak-kanak itu berkata, "Kemurahan hati, wahai saudara dan keponakanku!" Air mata keluar dari kedua mata Rasulullah dan Beliau berkata, "Saya akan berbuat seperti apa yang diperbuat Yusuf pada saudara-saudaranya. Kalian boleh bebas pergi!"
Dan, sekarang peristiwa seperti ini tidak ada persamaannya yang lain dalam sejarah dunia. Sekelompok demi sekelompok manusia datang dan masuk Islam. Firman Allah yang menggambarkan sifat agung Rasulullah:
"Sesungguhnya telah ada pada (din) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."
Seperti yang Lamartine katakan, "Berdasarkan semua standar kebesaran dan kejayaan yang bisa diukur, kita bisa bertanya, apakah ada orang lain yang lebih besar dari beliau?"
Saya ulangi, kita juga bisa mengatakan sekali lagi, "Tidak! Tidak ada manusia yang lebih agung dari Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah orang yang paling agung yang pernah hidup!"
Sejauh ini, pahlawan kita mendapat penghormatan dan penghargaan dari banyak non-Muslim yang berasal dari berbagai agama dan berbagai bidang intelektual. Tetapi semuanya masih belum lengkap tanpa putusan Yesus - pendahulu Muhammad. Kita sekarang akan melihat standarnya dalam menganalisa kebesaran.
Yohanes Pembaptis
Yahanes Pembaptis seperti yang dalam dunia Islam dikenal sebagai Yahya Alaihis-salam adalah Rasul yang sejaman dengan Al-Masih. Mereka adalah sepupu. Ini adalah apa yang dikatakan Al-Masih tentang sepupunya itu:
Aku berkata kepadamu, "Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis" (Matius 11: 11 ).
Setiap anak manusia 'dilahirkan oleh seorang perempuan'. Dengan kenyataan ini berarti Yohanes Pembaptis lebih besar daripada Musa, Daud, Sulaiman, Ibrahim atau Isaiah. Tak satu pun dari nabi keturunan Bani Israel ini masuk. Apa yang membuat Yohanes lebih besar dibanding Nabi yang lain?
Itu tak mungkin karena mukjizatnya sebab tak satu pun ayat di Injil yang mencatatnya. Itu tak mungkin karena ajarannya, karena dia tidak membawa hukum atau peraturan baru. Lalu apa yang membuatnya besar? Mudah, karena dia adalah pembawa berita, pembawa tanda-tanda dari berita gembira akan kedatangan A1-Masih. Inilah yang membuat Yohanes Pembaptis menjadi besar tetapi Yesus mengaku bahwa dirinya lebih agung dibandingkan yang paling agung (misalnya Yohanes). Mengapa?
"Tetapi aku mempunyai kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaku supaya aku melaksanakan Nya." (Yohanes 5: 36).
Jadi "persaksian" yang diberikan Tuhan Yang Maha Besarlah yang membuat Yesus lebih besar daripada Yohanes. Berdasarkan standar dari Al-Masih ini, kita menemukan bahwa:
1. Yohanes Pembaptis adalah Nabi yang paling besar di antara Nabi-nabi keturunan Bani Israel, karena dia pembawa berita kedatangan Al-Masih (Yesus). Hampir sama, Yesus adalah lebih besar daripada Yohanes karena dia pembawa berita kedatangan "Roh kebenaran, Pembawa Kebahagiaan" yang akan mengantarkan umat manusia kepada segala kebenaran (Dari Kitab Injil, Yohanes pasal 16)
2. Keuskupan, missi Yesus, atau "Pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Nya supaya dilaksanakan-Nya" dibatasi menjadi penggembala kambing dari rumah Israel (Matius 15: 24), sedangkan missi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah universal. Beliau telah diberitahukan,
"Dan, tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" (QS Al--Anbiya': 107).
Dalam menjaga tugas besarnya, Muhammad selalu menyampaikan Firman-Nya kepada orang-orang yang mau mendengarnya, tanpa perbedaan ras, kelas atau keturunan. Beliau menerima mereka semua dalam agama Tuhan tanpa diskriminasi. Beliau tidak pernah berpikir untuk membedakan makhluk Tuhan menjadi "Anjing dan Babi" (Matius 7: 6) atau menjadi "Kambing dan Sapi" (Matius 25: 32). Beliau adalah utusan dari Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat bagi seluruh umat manusia, dan Beliau tidak pernah lupa dengan missinya bahkan di saat akhir hidupnya.
Menjelang akhir hayatnya, ketika beliau bisa melihat kembali masa lalu yang susah dan berbahaya, dan masa sekarang yang penuh dengan kesuksesan, Beliau sekarang merasa bisa menikmati hidup dengan tenang dan rileks.
Tetapi tidak buat Beliau! Tidak ada waktu untuk beristirahat atau bersantai bagi dirinya. Masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkannya,
"Dan, Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. Saba': 28).
Bagaimana Beliau menanggapi tugas ini selama masa tuanya? Pada masa itu tidak ada peralatan komunikasi elektronik modern untuk mengatur tugasnya. Tidak ada teleks dan mesin facsimile yang bisa digunakan. Apa yang Beliau lakukan? Karena Beliau adalah seorang yang Ummi (buta hurufj, Beliau mendiktekan 5 surat-surat yang ditujukan pada Kaisar Konstantinopel, Raja Mesir, Negus Abbesinia, Raja Yaman dan Kaisar Iran. Beliau memanggil 5 sahabatnya dan memberikan masing-masing 5 kuda Arab, lalu menugaskan mereka mengirim surat-surat tersebut untuk mengajak Raja-raja tersebut masuk dalam agama Allah.
Saya beruntung karena bisa melihat surat-surat tersebut di Museum Topkapi di Istambul, Turki. Surat-surat tersebut sudah berdebu! Turki sebenarnya mempunyai pengawet untuk kulit. tetapi surat-surat itu sudah terlalu lama. Surat itu dimulai, "Dari Muhammad Rasulullah, kepada Heraclius, Kaisar di Konstantinopel; Terimalah Islam dan Anda akan beruntung."
Diikuti oleh kalimat dalam Al-Qur'an:
"Katakanlah: 'Hai Ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bah wa tidak kami sembah kecual iAllah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpalig maka katakanlah kepada mereka, 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang orang yang berserah diri (kepada Allah)'… " (QS. Ali Imran: 64).
Setelah penyisipan ayat Al-Qur'an dalam surat tersebut, lalu diakhiri dengan ucapan selamat dan disegel dengan kalimat - "Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya."
Surat di Turki menimbulkan rasa penasaran dan ketertarikan kita untuk menjaganya, tetapi penjagaannya juga sering dirusak oleh pelancong. Ayat-ayat Al-Qur'an yang sama juga berada di hampir setiap rumah Muslim, dibaca dan dibaca ulang ratusan kali, akan tetapi seringkali pembaca tidak mengamalkan apa yang dibacanya dalam kehidupan sehari-hari.
Kita teliti sekali lagi ayat-ayat di atas. Ayat ini ditujukan kepada "Ahli Kitab" --Yahudi dan Kristen. Tetapi setelah lebih dari seribu tahun, kita telah mengacuhkan bahwa tujuan umum dari ayat itu adalah untuk diri kita sendiri. Kita duduk mendengarkan ayat tersebut tetapi kita tidak melaksanakannya. Pengabaian ini akan terus berlanjut pada umat kita generasi selanjutnya.
Setelah lebih dari 14 abad, ayat-ayat Al-Qur'an masih tetap sama. Kita masih mendengar kalimat,
"Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Saba':28).
Ini adalah kesimpulan dari ayat yang turun 14 abad yang lalu. Ini adalah situasi yang sebenarnya dari dunia keagamaan. Pertanyaannya adalah, "Apakah ada yang berbeda sekarang ini?" Tidak ada sama sekali! Sekarang ini lebih banyak Musyrik di dunia ini daripada orang yang percaya pada Allah Yang Maha Esa.
Apakah ada harapan untuk merubah situasi ini?
Allah menugaskan Rasul-Nya, lalu Dia memerintahkan kita sekarang melalui ayat pertama dari surat Muddatstsir (surat 74):
A. Hai orang-orang yang berkemul (berselimut),
"Seperti biasa, ada beberapa pengertian dari ayat ini (termasuk yang di atas), tiga pemikiran itu adalah:
1. Suatu peristiwa atau individu tertentu yang ditunjuk. Rasulullah sedang merenungkan diri dengan menggunakan selimut, Beliau sedang memikirkan bagaimana menyampaikan wahyu Allah dan menyiarkan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan Yang Benar. Hatinya selalu bersih, tetapi sekarang kegiatan menyiarkan agama Allah akan bertentangan dengan kebiasaan kaumnya selama ini. Pekerjaannya sebagai utusan Allah adalah pekerjaan yang paling sesuai dengan kepribadiannya, tetapi tidak akan ada balasan dan penghargaan yang dapat diharapkan dari masyarakatnya. Tetapi sebaliknya, diperlukan banyak kesabaran, dan kepuasan hati akan diperoleh dari Allah.
2. Suatu pelajaran spiritual umum sedang diajarkan. Tahap yang hampir sama dalam tingkatan hidup setiap laki-laki yang baik, dimana dalam hidup Rasulullah adalah contoh yang universal.
3. Anjuran tentang adanya khayalan mistik yang lebih Kaum sufi mengerti, bahwa dengan berselimut dan berkemul, keadaan lebih menyenangkan, yang diperlukan bagi fisik kita pada suatu tahap. Tetapi kita akan segera bangkit dan sifat dasar kita akan menegaskan diri sendiri. Walaupun itu tidak membawa keberuntungan dan penghargaan dari orang-orang, tetapi akan membawa keberuntungan dari Tuhan.
B. Bangunlah; lalu berilah peringatan
C. Dan Tuhanmu Agungkanlah
D. Dan pakaianmu bersihkanlah
E. Dan perbuatan dosa (menyembab berhala) tinggalkanllah
Rujz atau Rijz berarti penyembahan dan biasanya juga berarti pemujaan. Mungkin di sana ada idola yang disebut Rujz. Tetapi sekararig ini, bisa berarti luas menjadi mental yang melawan pemujaan yang benar atau tahap keraguan.
F. Dan janganlah kamu membeli (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Menurut kebiasaan, jika kamu memberi adalah agar menerima apa yang berharga bagimu lebih dari apa yang kamu berikan. Tetapi jangan mengharapkan apa-apa dari penerima. Kamu melayani Tuhan dan Makhluk Tuhan.
G. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. Kemauan kita untuk melayani Tuhan memerlukan kesabaran dan kita harus menunjukkan konsistensi dalam pelayanan kita. Karena kita yakin, kita tahu bahwa Dia-lah Yang Maha Besar, Maha Bijaksana dan Maha Kuasa dan segala sesuatu pasti akan baik. (Abdullah Yusuf Ali).
Bagi bangsa Arab secara umum dan khususnya bagi Rasulullah "selimut" adalah penutup untuk melindungi matahari, angin dan pasir. Dia berarti harus bersiap-siap, menyingsingkan lengan baju untuk menyelesaikan tugasnya. Meskipun sebagian besar Muslim di dunia tidak menutupi dirinya dengan selimut, dalam kehidupan sehari-hari, mereka mengenakan mantel untuk menutup rasa rendah diri.
"Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat cahaya Ilahi bersinar menerangi kegelapan di sekitar kita? Pertama-tama kita harus membiarkannya bersinar dalam diri kita yang sebenarnya. Dengan adanya sinar tersebut dalam lubuk hati kita, kita bisa berjalan dengan langkah yang yakin dan mantap. Kita dengan rendah hati dapat melanjutkan langkah-langkah yang berat dan membimbing langkah-langkah kita. Bukan kita, tetapi cahaya yang akan membimbing! Tetapi oh! Kesenangan menemukan cahaya dan untuk mengatakan pada saudara kita; 'Saya juga berada dalam kegelapan, kesusahan dan akhirnya saya telah menemukan kebahagiaan dan takdir yang menyenangkan!' Lalu, haruskah kita mengajak saudara kita, dengan berjalan berdampingan dalam jalan Tuhan, dengan saling membantu dan kerjasama, dan sepenuh hati berdoa, diikuti dengan tindakan. Itu adalah maksud baik Allah yang bisa dilakukan oleh kita bersama-sama." (Abdullah Yusuf Ali.).
"Tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. Saba': 28).
Lalu Sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada siapapun kami memohonkan rahmat bagi semua dan selamanya. Amien.
LAMPIRAN I
Beliau mencapai tingkat keunggulan dengan kesem-purnaannya
Beliau menerangi kegelapan (dunia) dengan cahayanya
Kesempurnaan adalah semua kualitasnya
Rahmat bagi dirinya dan keturunannya
(Shaikh Sa'di Sheeraazi)
LAMPIRAN II
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang Paling Agung
"Jika kebesaran tujuan
Keterbatasan Peralatan
Dan Hasil Yang Mengagumkan"
Adalah tiga kriteria dari kejeniusan manusia, siapa yang berani bertaruh apakah ada orang lain dalam sejarah modern yang lebih besar daripada Muhammad?
Hampir semua orang terkenal menciptakan senjata-senjata, hukum-hukum dan kerajaan-kerajaan. Mereka menemukan, yang semuanya tidak lebih dari kekuatan materi yang mudah hancur di depan mata. Muhammad menghasilkan tidak hanya tentara, undang-undang, kekaisaran, rakyat dan menyatukan jutaan orang, altar-altar, dewa-dewa, agama-agama, ide-ide, kepercayaan-kepercayaan dan roh-roh.
Sebagai dasar dari suatu buku, setiap huruf menjadi hukum, Beliau menciptakan nasionalisme spiritual yang menyatukan orang-orang dari berbagai bahasa dan ras.
Ide Tuhan Yang Maha Esa, yang dikemukakan di tengah-tengah teologi yang
menakjubkan adalah suatu keajaiban yang sering diucapkan yang mengubah semua pemujaan terhadap nenek moyang dan tahayul.
Ibadahnya yang terakhir, komunikasi mistik dengan Tuhan, kematiannya, kejayaan setelah kematiannya; semuanya membuktikan bahwa Beliau memiliki kemampuan untuk memberikan ajaran agama. Ajaran ini mempunyai 2 pokok, yaitu: Keesaan Allah dan Keberadaan Allah;
"....Ahli filsafat, ahli pidato, rasul, pemimpin negara pejuang, pencetus ide-ide, penemu keyakinan yang rasional, penemu 20 kekaisaran di bumi dan menjadikannya menjadi satu kekaisaran spiritual, dia adalah Muhammad. Berdasarkan semua standar kebesaran dan kejayaan yang bisa diukur, kita bisa bertanya, apakah ada orang lain yang lebih besar dari beliau?"
(Lamartine, Sejarah Turki, Paris, 1854, volume II, halaman 276-277)
LAMPIRAN III
JULES MASSERMAN, PSYKOANALIS AMERIKA
TIME, 15 Juli, 1974
Pemimpin harus memenuhi tiga fungsi ---Menyediakan kesejahteraan bagi pengikutnya, menyediakan organisasi sosial di mana rakyatnya merasa aman, dan menyediakan mereka dengan suatu bentuk kepercayaan. Orang-orang seperti Pasteur dan Salk adalah pemimpin dalam fungsi yang pertama.
Orang-orang seperti Gandhi dan Confucius, di satu pihak, dan Alexander, Caesar dan Hitler di pihak lain, adalah pemimpin yang memenuhi fungsi yang kedua atau mungkin yang ketiga. Yesus dan Buddha memenuhi fungsi ketiga. Mungkin pemimpin yang terbesar sepanjang waktu adalah Muhammad yang mengkombinasikan ketiga fungsi. Untuk kriteria yang sama, Musa menduduki tempat kedua.
LAMPIRAN IV
"Kesetiaan dikatakan menjadi sifat manusia. Yang membuat perbedaan antara manusia beradab dengan yang tidak beradab. Tetapi kesetiaan yang sejati, merupakan pembawaan sejak lahir. Yang menandai seorang teman sejati. Pada manusia, hal ini jarang ditemukan!" (Suatu sajak Afrika Selatan).
Bunga rampai Perzinahan
Pada umumnya pembaca akan kaget mendapatkan judul seperti itu di dalam sebuah kitab yang diatributkan kepada Tuhan. Anda harus membacanya sendiri agar dapat percaya. Pembaca dengan cepat mengacu ke halaman 13 untuk merasakan lebih dahulu bagian yang paling senonoh dari "Combat Kit". Di awal halaman terdapat definisi dari Kamus New Collins (New Collins Dictionary).
INCEST: "Hubungan seksual antara 2 orang yang mempunyai hubungan yang sangat dekat." Kamus Oxford menambahkan kalimat - "Untuk menikah."
Pada hari Miriggu pagi, ketika sedang meneliti hal ini, saya dikunjungi oleh dua orang penginjil keliling. Mereka datang untuk memberi saya solusi dalam mengatasi masalah dunia dari Injil yang "Suci". Saya mengalihkan pembicaraan, dan memberitahukan mereka bahwa saya hampir menyelesaikan tulisan tentang bunga rampai "Incest". Saya bertanya, "Apakah mereka merigetahui arti kata tersebut?" Mereka mengatakan bahwa mereka mengetahui. Saya menjelaskan arti kata tersebut kepada mereka. Yaitu tentang hubungan seksual antara .... Ayah dan anak perempuannya, antara anak laki-laki dan ibunya, antara ayah dan menantu perempuannya, antara kakak dan adik.
Saya menanyakan apa yang akan mereka katakan jika setelah esai tentang masalah tersebut selesai, saya memberikannya kepada adik atau anak perempuan mereka yang masih muda untuk membacanya. Mereka berdua bereaksi dengan mengatakan akan menahan saya!
Saya bertanya mengapa? Mereka mengatakan bahwa perbuatan saya memberikan buku yang mesum, kotor dan tidak bermoral kepada orang yang mereka cintai adalah sebuah serangan terhadap kesucian mereka. Saya mengatakan tidak akan menyalahkan mereka atas reaksi keras tersebut. Tetapi bagaimana jika ajaran mesum dan perzinahan yang tidak bermoral tersebut diambil dari yang dinamakan "Kitab Tuhan", kitab suci Injil. "Tidak mungkin", mereka berseru dengan marah. Injil tidak berisi pornografi seperti itu! Buktikan! Mereka meminta!"
Saya bertanya, "Buku yang berada di tangan Anda, apakah itu Injil?" (Para penginjil selalu membawa sebuah Injil) "Ya!"jawabnya. "Bolehkah saya melihatnya?" Injil tersebut diberikan kepada saya. Saya membuka Kejadian pasal 19 dan menunjukkan ayat 30, saya meminta salah seorang dari mereka membacanya. Penginjil tersebut melihat ayat itu lalu "tersenyum menyeringai". Dia ingin mengalihkan permasalahan. Saya bertanya, "Ada apa, apakah itu bukan Firman Tuhan?", "Ya," jawab mereka tanpa berfikir lagi "tetapi ... tetapi .... " Namun ketika didesak, apa yang dibaca orang Kristen tersebut? Lihatlah salinan aktual dari kitab suci tersebut pada bagian bawah bab ini.
Kedua salinan tersebut berasal dari Versi King James (KJV). Anda akan melihat adanya sedikit variasi antara kedua salinan tersebut. Pada ayat 32 versi pertama dibicarakan anak-anak perempuan Lot (Nabi Luth) yang ingin "mempertahankan benih ayah kita," sementara pada versi kedua ditulis dengan "mempertahankan keturunan ayah kita," tetapi terjemahan Injil yang lebih modern berbicara terus terang. Mereka berbicara secara jujur dan terus terang:-
"Pada malam itu mereka (kedua anak perempuan Lot) memberi ayah mereka (Lot) minum anggur, lalu anak perempuan yang lebih tua berhubungan seksual dengannya .... "
Keesokan harinya berkatalah sang kakak kepada adik-nya: "Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; Sebaiknya malam ini kita beri dia minum anggur lagi; masuk1ah engkau untuk tidur dengan dia, sehingga masing-masing kita akan mempunyai anak dari ayah kita. Demikianlah pada malam itu juga mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu anak perempuan yang lebih muda berhubungan seksual juga dengan ayahnya; ....
Dengan cara ini mengandung kedua anak Lotitu dari ayah mereka. "
(Injil - Kejadian 19: 33-36*) (Dari Good News Bible in Today's English)
Sebagai hasil dari hubungan haram dan perzinahan ini, kedua anak Lot masing-masing mendapatkan seorang anak yang terkenal dalam Injil sebagai nenek moyang Amon dan Moab, komunitas yang dijaga dan dilindungi secara khusus dalam "Kitab Tuhan". Bangsa Yahudi harus memusnahkan orang-orang Palestina tanpa kecuali, tetapi bagi keturunan Lot dari hasil perbuatan zinah, Tuhan mempunyai perlakuan khusus yang lunak:
"Tuhan berkata kepadaku (Musa). Pada hari ini engkau (bangsa Israel) akan berjalan melintasi perbatasan Moab, yakni Ar, maka engkau sampai ke dekat bani Amon. Janganlah melawan mereka dan janganlah menyerang mereka, sebab Aku tidak akan memberikan kepadamu apa pun dari negeri Bani Amon itu menjadi milikmu, karena Aku telah memberikannya kepada Bani Lot menjadi miliknya." (Injil - Ulangan 2: 18-19).
Bangsa Amon dan Moab tidaklah lebih baik dari sepupu Palestina mereka. Dalam pandangan Injil mereka hanyalah benih dari Lot, seorang keturunan zinah! Tanyakan kepada para penginjil, "Apa kandungan moral, pelajaran yang bisa dipelajari dari cerita mesum yang vulgar ini?" Jika tidak ada kandungan moral -dan memang tidak ada- lalu mengapa Tuhan tidak mencela Lot atau mendatangkan syphillis, gonorrhoe atau AIDS kepadanya? Bahkan sebaliknya, keturunannya adalah bangsa yang diberkahi dalam pandangan Tuhan. Nilai moral bagaimana yang bisa Anda dapatkan?
Penegasan Seorang Psikolog
Dr. Vernon Jones, seorang psikolog Amerika yang ter-nama, melakukan eksperimen pada sekelompok anak sekolah yang usia dan status pendidikannya sama. Cerita tertentu dengan bias khusus diceritakan ke anak-anak tersebut. Kesimpulannya adalah, cerita-cerita ini membuat "perubahan kecil tetapi permanen pada karakter anak-anak ini, meski di dalam situasi kelas yang terbatas." Yang agak mengherankan, seorang penginjil Evangelist yang berpengaruh, Jimmy Swaggart, dalam bukunya tentang "Incest" (perzinahan) meratapi adanya perzinahan antara para ayah dan anak perempuannya yang telah mencapai proporsi yang endemik di USA. Ada sebuah hukum yang berlaku: secara fisik Anda adalah apa yang Anda makan dan secara moral dan mental Anda adalah apa yang Anda baca!
Sebelum melangkah lebih lanjut, bukalah Injil Anda pada Kejadian bab 19 ayat 30-36, dan beri bingkai ayat-ayat ini seperti Anda lihat pada bagian bawah bab ini, dan tulis pada bagian atas halaman tersebut dengan tulisan yang besar, dicetak tebal dan diberi garis bawah: "Perzinahan antara ayah dan anak perempuannya". Di bagian bawah halaman tersebut terdapat referensi berikutnya dalam topik: "Perzinahan antara ibu dan anak laki-lakinya Hal. ...?" dengan tipe ketebalan huruf yang sama.
Dapatkan referensi berikutnya dalam Injil Anda - Ke-jadian 35: 32, dan isikan dalam nomor halaman (seperti yang Anda lihat telah dilakukan) pada bagian bawah bab ini. Perhatikanlah nomor halaman yang berbeda-beda dalam Injil yang berbeda. Jadi yakinkan nomor halaman tersebut sebelum memberi nomor dalam Injil Anda.
Dengan Kejadian 35 dalam keadaan terbuka, beri bingkai ayat 22 seperti terlihat pada halaman 264 dan 265, dan tulis judul dalam huruf tebal: "Perzinahan antara anak laki-laki dan ibunya, " dan garis bawahi. Pada bagian bawah halaman tersebut, tulis: "Perzinahan antara mertua dan menantu perempuannya Hal. ...?" Lihat Kejadian 38 ayat 15-18 dan ulangi latihan memberikan nomor halaman dan membingkai ayat tersebut seperti yang telah Anda lakukan dalam 2 contoh sebelumnya. Kemudian kembali ke "Combat Kit" halaman 13 dan 14, dan selesaikan latihan menandai Injil Anda untuk menghadapi setiap "penginjil Kristen" yang mengetuk pintu Anda. Semakin baik persiapan Anda, maka penginjil tersebut akan menjadikan layang-layang sebagai pesawatnya.
Secara sekilas lihat kembali 2 halaman dibelakang (264 dan 265), danjudulnya: "Perzinahan antara Anak Laki-laki dan Ibunya."
Baca ayat 22 di sana. Kedua salinan tersebut berasal dari versi King James (KJV yang paling terkenal. Tipe yang lebih besar berasal dari KJV dalam "Revisi Utama Kelima"nya. Sesudah merevisi kitab tersebut lima kali, orang--orang Kristen masih menyebutnya versi King James (!). Bandingkan kedua salinan tersebut. Mereka mulai -"Dan terjadilah," dan "Dan maka terjadilah." Umat Kristen belum membebaskan diri mereka dari sindrom "Pada mulanya". Lihat The Choice jilid I, tentang penyakit abadi ini.
Terjemahan Modern Lebih Eksplisit
Kedua kutipan tersebut membicarakan- "Ruben pergi dan berbaring dengan Bilhah." Injil Katholik Roma versi Douay menggunakan pilihan kata yang berbeda, yaitu "Ruben pergi dan tidur dengan Bala," (maksudnya Bilhah). Tulisan yang berlainan ini tidak mengatakan kepada kita berapa usia Ruben. Tidak ada seorang pun yang heran mendengar seorang anak berusia 5 atau 10 tahun tidur dengan ibunya atau ibu tirinya, untuk menghangatkan diri. Versi "The New Century" dalam Injil Anak-anak Internasional (diterbitkan oleh "Word Bibles" Word (ITK) Ltd, Milton Keynes, Inggris) tidak menghendaki anak-anak Kristen menerka-nerka arti kata "berbaring" atau "tidur". Mereka bahkan mengeluarkan para penginjil dari kesulitan menerangkan kata-kata sederhana yang mereka sendiri ragu atas interpretasinya. Terjemahannya adalah -"Ruben melakukan hubungan seksual dengan seorang budak wanita Israel yang bernama Bilhah."
Dapatkah mereka menyatakannya dalam bentuk yang lebih sederhana bagi "para penganut kelahiran kembali" yang tidak pernah menjadi dewasa?
Dari 12 anak Yakob, Ruben adalah "anak pertama", putra tertua, yang dalam usianya yang sebaik-baiknya, memperkosa ibunya! Meski disebut "budak wanita" atau "gundik", dia adalah istri ayahnya, (dan istri ayah Anda adalah seorang ibu dalam definisi apa pun).
"Istri" dan "gundik" adalah istilah yang sinonim dalam Injil. Periksa dalam Injil Anda di rumah:
(a) Ibrahim mengambil pula seorang istri, namanya Ketura. (Injil - Kejadian 25: 1)
Kitab Kejadian dikenal sebagai kitab pertama Musa Alaihis salam. Tuhan Yang Maha Kuasalah yang dianggap telah mendiktekan kelima kitab Taurat Yahudi yang sekarang diterima oleh semua umat Kristen sebagai Firman Tuhan. Pada kitab pertama dari lima kitab ini, Tuhan Yang Maha Kuasa mengatakan kepada Musa Alaihis-salam bahwa "istri" ketiga dari temannya, Ibrahim Alaihis-salam adalah Keturah, dua yang sebelumnya adalah Sarah dan Hajar. Jika Tuhan Musa Alaihis salam sendiri mengetahui bahwa Keturah sebagai "istri" Ibrahim, lalu siapa yang mempunyai keberanian menentang-Nya dan mencemarkan nama Keturah? Tetapi "beberapa penulis yang "tidak diketahui" dari kitab 1 Tawarikh, bab satu, ayat 32, berani mengubah kata-kata yang didiktekan Tuhan kepada Musa Alalhis-salam dari "Istri" menjadi "Gundik", kecuali jika yang dimaksud sama. Sebaliknya, penginjil seharusnya mengetahui bahwa masih terdapat kontradiksi yang lain di dalam Injil. Lihat pada indeks "Combat Kit" dalam kontradiksi dalam injil dan tam-bahkan point ini dalam daftar Anda.
--------------
Perzinahan antara Ayah Dengan Anak Perempuannya
LOT DAN KEDUA ANAKNYA
[30] Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar, maka diamlah ia dalam suatu gua beserta kedua anaknya. [31] Kata kakaknya kepada adiknya: "Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. [32] Marilah kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita. [33] Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. [34] Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: "Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita." [35] Demikianlah juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur; lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan / ketika ia bangun. [36] Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka.
Perzinahan Antara Anak Laki-laki Dengan Ibunya
[22.a] Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal ini kepada Israel.
[1 Tawarikh 1:32] Keturunan Ketura, gundik Abraham: perempuan itu melahirkan Zimran, Yokasan, Medan, Midian, Isybak dan Suah. Anak-anak Yoksan ialah Syeba dan Dedan.
[Kejadian 25:1] Abraham mengambil pula seorang istri, namanya Ketura.
Gundik: Lihat, istri dan gundik adalah istilah yang sinonim dalam Injil. Jika tidak, itu sebuah kontradiksi.
INCEST: "Hubungan seksual antara 2 orang yang mempunyai hubungan yang sangat dekat." Kamus Oxford menambahkan kalimat - "Untuk menikah."
Pada hari Miriggu pagi, ketika sedang meneliti hal ini, saya dikunjungi oleh dua orang penginjil keliling. Mereka datang untuk memberi saya solusi dalam mengatasi masalah dunia dari Injil yang "Suci". Saya mengalihkan pembicaraan, dan memberitahukan mereka bahwa saya hampir menyelesaikan tulisan tentang bunga rampai "Incest". Saya bertanya, "Apakah mereka merigetahui arti kata tersebut?" Mereka mengatakan bahwa mereka mengetahui. Saya menjelaskan arti kata tersebut kepada mereka. Yaitu tentang hubungan seksual antara .... Ayah dan anak perempuannya, antara anak laki-laki dan ibunya, antara ayah dan menantu perempuannya, antara kakak dan adik.
Saya menanyakan apa yang akan mereka katakan jika setelah esai tentang masalah tersebut selesai, saya memberikannya kepada adik atau anak perempuan mereka yang masih muda untuk membacanya. Mereka berdua bereaksi dengan mengatakan akan menahan saya!
Saya bertanya mengapa? Mereka mengatakan bahwa perbuatan saya memberikan buku yang mesum, kotor dan tidak bermoral kepada orang yang mereka cintai adalah sebuah serangan terhadap kesucian mereka. Saya mengatakan tidak akan menyalahkan mereka atas reaksi keras tersebut. Tetapi bagaimana jika ajaran mesum dan perzinahan yang tidak bermoral tersebut diambil dari yang dinamakan "Kitab Tuhan", kitab suci Injil. "Tidak mungkin", mereka berseru dengan marah. Injil tidak berisi pornografi seperti itu! Buktikan! Mereka meminta!"
Saya bertanya, "Buku yang berada di tangan Anda, apakah itu Injil?" (Para penginjil selalu membawa sebuah Injil) "Ya!"jawabnya. "Bolehkah saya melihatnya?" Injil tersebut diberikan kepada saya. Saya membuka Kejadian pasal 19 dan menunjukkan ayat 30, saya meminta salah seorang dari mereka membacanya. Penginjil tersebut melihat ayat itu lalu "tersenyum menyeringai". Dia ingin mengalihkan permasalahan. Saya bertanya, "Ada apa, apakah itu bukan Firman Tuhan?", "Ya," jawab mereka tanpa berfikir lagi "tetapi ... tetapi .... " Namun ketika didesak, apa yang dibaca orang Kristen tersebut? Lihatlah salinan aktual dari kitab suci tersebut pada bagian bawah bab ini.
Kedua salinan tersebut berasal dari Versi King James (KJV). Anda akan melihat adanya sedikit variasi antara kedua salinan tersebut. Pada ayat 32 versi pertama dibicarakan anak-anak perempuan Lot (Nabi Luth) yang ingin "mempertahankan benih ayah kita," sementara pada versi kedua ditulis dengan "mempertahankan keturunan ayah kita," tetapi terjemahan Injil yang lebih modern berbicara terus terang. Mereka berbicara secara jujur dan terus terang:-
"Pada malam itu mereka (kedua anak perempuan Lot) memberi ayah mereka (Lot) minum anggur, lalu anak perempuan yang lebih tua berhubungan seksual dengannya .... "
Keesokan harinya berkatalah sang kakak kepada adik-nya: "Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; Sebaiknya malam ini kita beri dia minum anggur lagi; masuk1ah engkau untuk tidur dengan dia, sehingga masing-masing kita akan mempunyai anak dari ayah kita. Demikianlah pada malam itu juga mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu anak perempuan yang lebih muda berhubungan seksual juga dengan ayahnya; ....
Dengan cara ini mengandung kedua anak Lotitu dari ayah mereka. "
(Injil - Kejadian 19: 33-36*) (Dari Good News Bible in Today's English)
Sebagai hasil dari hubungan haram dan perzinahan ini, kedua anak Lot masing-masing mendapatkan seorang anak yang terkenal dalam Injil sebagai nenek moyang Amon dan Moab, komunitas yang dijaga dan dilindungi secara khusus dalam "Kitab Tuhan". Bangsa Yahudi harus memusnahkan orang-orang Palestina tanpa kecuali, tetapi bagi keturunan Lot dari hasil perbuatan zinah, Tuhan mempunyai perlakuan khusus yang lunak:
"Tuhan berkata kepadaku (Musa). Pada hari ini engkau (bangsa Israel) akan berjalan melintasi perbatasan Moab, yakni Ar, maka engkau sampai ke dekat bani Amon. Janganlah melawan mereka dan janganlah menyerang mereka, sebab Aku tidak akan memberikan kepadamu apa pun dari negeri Bani Amon itu menjadi milikmu, karena Aku telah memberikannya kepada Bani Lot menjadi miliknya." (Injil - Ulangan 2: 18-19).
Bangsa Amon dan Moab tidaklah lebih baik dari sepupu Palestina mereka. Dalam pandangan Injil mereka hanyalah benih dari Lot, seorang keturunan zinah! Tanyakan kepada para penginjil, "Apa kandungan moral, pelajaran yang bisa dipelajari dari cerita mesum yang vulgar ini?" Jika tidak ada kandungan moral -dan memang tidak ada- lalu mengapa Tuhan tidak mencela Lot atau mendatangkan syphillis, gonorrhoe atau AIDS kepadanya? Bahkan sebaliknya, keturunannya adalah bangsa yang diberkahi dalam pandangan Tuhan. Nilai moral bagaimana yang bisa Anda dapatkan?
Penegasan Seorang Psikolog
Dr. Vernon Jones, seorang psikolog Amerika yang ter-nama, melakukan eksperimen pada sekelompok anak sekolah yang usia dan status pendidikannya sama. Cerita tertentu dengan bias khusus diceritakan ke anak-anak tersebut. Kesimpulannya adalah, cerita-cerita ini membuat "perubahan kecil tetapi permanen pada karakter anak-anak ini, meski di dalam situasi kelas yang terbatas." Yang agak mengherankan, seorang penginjil Evangelist yang berpengaruh, Jimmy Swaggart, dalam bukunya tentang "Incest" (perzinahan) meratapi adanya perzinahan antara para ayah dan anak perempuannya yang telah mencapai proporsi yang endemik di USA. Ada sebuah hukum yang berlaku: secara fisik Anda adalah apa yang Anda makan dan secara moral dan mental Anda adalah apa yang Anda baca!
Sebelum melangkah lebih lanjut, bukalah Injil Anda pada Kejadian bab 19 ayat 30-36, dan beri bingkai ayat-ayat ini seperti Anda lihat pada bagian bawah bab ini, dan tulis pada bagian atas halaman tersebut dengan tulisan yang besar, dicetak tebal dan diberi garis bawah: "Perzinahan antara ayah dan anak perempuannya". Di bagian bawah halaman tersebut terdapat referensi berikutnya dalam topik: "Perzinahan antara ibu dan anak laki-lakinya Hal. ...?" dengan tipe ketebalan huruf yang sama.
Dapatkan referensi berikutnya dalam Injil Anda - Ke-jadian 35: 32, dan isikan dalam nomor halaman (seperti yang Anda lihat telah dilakukan) pada bagian bawah bab ini. Perhatikanlah nomor halaman yang berbeda-beda dalam Injil yang berbeda. Jadi yakinkan nomor halaman tersebut sebelum memberi nomor dalam Injil Anda.
Dengan Kejadian 35 dalam keadaan terbuka, beri bingkai ayat 22 seperti terlihat pada halaman 264 dan 265, dan tulis judul dalam huruf tebal: "Perzinahan antara anak laki-laki dan ibunya, " dan garis bawahi. Pada bagian bawah halaman tersebut, tulis: "Perzinahan antara mertua dan menantu perempuannya Hal. ...?" Lihat Kejadian 38 ayat 15-18 dan ulangi latihan memberikan nomor halaman dan membingkai ayat tersebut seperti yang telah Anda lakukan dalam 2 contoh sebelumnya. Kemudian kembali ke "Combat Kit" halaman 13 dan 14, dan selesaikan latihan menandai Injil Anda untuk menghadapi setiap "penginjil Kristen" yang mengetuk pintu Anda. Semakin baik persiapan Anda, maka penginjil tersebut akan menjadikan layang-layang sebagai pesawatnya.
Secara sekilas lihat kembali 2 halaman dibelakang (264 dan 265), danjudulnya: "Perzinahan antara Anak Laki-laki dan Ibunya."
Baca ayat 22 di sana. Kedua salinan tersebut berasal dari versi King James (KJV yang paling terkenal. Tipe yang lebih besar berasal dari KJV dalam "Revisi Utama Kelima"nya. Sesudah merevisi kitab tersebut lima kali, orang--orang Kristen masih menyebutnya versi King James (!). Bandingkan kedua salinan tersebut. Mereka mulai -"Dan terjadilah," dan "Dan maka terjadilah." Umat Kristen belum membebaskan diri mereka dari sindrom "Pada mulanya". Lihat The Choice jilid I, tentang penyakit abadi ini.
Terjemahan Modern Lebih Eksplisit
Kedua kutipan tersebut membicarakan- "Ruben pergi dan berbaring dengan Bilhah." Injil Katholik Roma versi Douay menggunakan pilihan kata yang berbeda, yaitu "Ruben pergi dan tidur dengan Bala," (maksudnya Bilhah). Tulisan yang berlainan ini tidak mengatakan kepada kita berapa usia Ruben. Tidak ada seorang pun yang heran mendengar seorang anak berusia 5 atau 10 tahun tidur dengan ibunya atau ibu tirinya, untuk menghangatkan diri. Versi "The New Century" dalam Injil Anak-anak Internasional (diterbitkan oleh "Word Bibles" Word (ITK) Ltd, Milton Keynes, Inggris) tidak menghendaki anak-anak Kristen menerka-nerka arti kata "berbaring" atau "tidur". Mereka bahkan mengeluarkan para penginjil dari kesulitan menerangkan kata-kata sederhana yang mereka sendiri ragu atas interpretasinya. Terjemahannya adalah -"Ruben melakukan hubungan seksual dengan seorang budak wanita Israel yang bernama Bilhah."
Dapatkah mereka menyatakannya dalam bentuk yang lebih sederhana bagi "para penganut kelahiran kembali" yang tidak pernah menjadi dewasa?
Dari 12 anak Yakob, Ruben adalah "anak pertama", putra tertua, yang dalam usianya yang sebaik-baiknya, memperkosa ibunya! Meski disebut "budak wanita" atau "gundik", dia adalah istri ayahnya, (dan istri ayah Anda adalah seorang ibu dalam definisi apa pun).
"Istri" dan "gundik" adalah istilah yang sinonim dalam Injil. Periksa dalam Injil Anda di rumah:
(a) Ibrahim mengambil pula seorang istri, namanya Ketura. (Injil - Kejadian 25: 1)
Kitab Kejadian dikenal sebagai kitab pertama Musa Alaihis salam. Tuhan Yang Maha Kuasalah yang dianggap telah mendiktekan kelima kitab Taurat Yahudi yang sekarang diterima oleh semua umat Kristen sebagai Firman Tuhan. Pada kitab pertama dari lima kitab ini, Tuhan Yang Maha Kuasa mengatakan kepada Musa Alaihis-salam bahwa "istri" ketiga dari temannya, Ibrahim Alaihis-salam adalah Keturah, dua yang sebelumnya adalah Sarah dan Hajar. Jika Tuhan Musa Alaihis salam sendiri mengetahui bahwa Keturah sebagai "istri" Ibrahim, lalu siapa yang mempunyai keberanian menentang-Nya dan mencemarkan nama Keturah? Tetapi "beberapa penulis yang "tidak diketahui" dari kitab 1 Tawarikh, bab satu, ayat 32, berani mengubah kata-kata yang didiktekan Tuhan kepada Musa Alalhis-salam dari "Istri" menjadi "Gundik", kecuali jika yang dimaksud sama. Sebaliknya, penginjil seharusnya mengetahui bahwa masih terdapat kontradiksi yang lain di dalam Injil. Lihat pada indeks "Combat Kit" dalam kontradiksi dalam injil dan tam-bahkan point ini dalam daftar Anda.
--------------
Perzinahan antara Ayah Dengan Anak Perempuannya
LOT DAN KEDUA ANAKNYA
[30] Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar, maka diamlah ia dalam suatu gua beserta kedua anaknya. [31] Kata kakaknya kepada adiknya: "Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. [32] Marilah kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita. [33] Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. [34] Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: "Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita." [35] Demikianlah juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur; lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan / ketika ia bangun. [36] Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka.
Perzinahan Antara Anak Laki-laki Dengan Ibunya
[22.a] Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal ini kepada Israel.
[1 Tawarikh 1:32] Keturunan Ketura, gundik Abraham: perempuan itu melahirkan Zimran, Yokasan, Medan, Midian, Isybak dan Suah. Anak-anak Yoksan ialah Syeba dan Dedan.
[Kejadian 25:1] Abraham mengambil pula seorang istri, namanya Ketura.
Gundik: Lihat, istri dan gundik adalah istilah yang sinonim dalam Injil. Jika tidak, itu sebuah kontradiksi.
Jadi Hacker...???
Hacker dengan keahliannya dapat melihat & memperbaiki kelemahan perangkat lunak di komputer; biasanya kemudian di publikasikan secara terbuka di Internet agar sistem menjadi lebih baik. Sialnya, segelintir manusia berhati jahat menggunakan informasi tersebut untuk kejahatan - mereka biasanya disebut cracker. Pada dasarnya dunia hacker & cracker tidak berbeda dengan dunia seni, disini kita berbicara seni keamanan jaringan Internet.
Saya berharap ilmu keamanan jaringan di tulisan ini digunakan untuk hal-hal yang baik - jadilah Hacker bukan Cracker. Jangan sampai anda terkena karma karena menggunakan ilmu untuk merusak milik orang lain. Apalagi, pada saat ini kebutuhan akan hacker semakin bertambah di Indonesia dengan semakin banyak dotcommers yang ingin IPO di berbagai bursa saham. Nama baik & nilai sebuah dotcom bisa jatuh bahkan menjadi tidak berharga jika dotcom di bobol. Dalam kondisi ini, para hacker di harapkan bisa menjadi konsultan keamanan bagi para dotcommers tersebut - karena SDM pihak kepolisian & aparat keamanan Indonesia amat sangat lemah & menyedihkan di bidang Teknologi Informasi & Internet. Apa boleh buat cybersquad, cyberpatrol swasta barangkali perlu di budayakan untuk survival dotcommers Indonesia di Internet.
Berbagai teknik keamanan jaringan Internet dapat di peroleh secara mudah di Internet antara lain di http://www.sans.org, http://www.rootshell.com, http://www.linuxfirewall.org/, http://www.linuxdoc.org, http://www.cerias.purdue.edu/coast/firewalls/, http://www.redhat.com/mirrors/LDP/HOWTO/. Sebagian dari teknik ini berupa buku-buku yang jumlah-nya beberapa ratus halaman yang dapat di ambil secara cuma-cuma (gratis). Beberapa Frequently Asked Questions (FAQ) tentang keamanan jaringan bisa diperoleh di http://www.iss.net/vd/mail.html, http://www.v-one.com/documents/fw-faq.htm. Dan bagi para experimenter beberapa script / program yang sudah jadi dapat diperoleh antara lain di http://bastille-linux.sourceforge.net/, http://www.redhat.com/support/docs/tips/firewall/firewallservice.html.
Bagi pembaca yang ingin memperoleh ilmu tentang jaringan dapat di download secara cuma-cuma dari http://pandu.dhs.org, http://www.bogor.net/idkf/, http://louis.idaman.com/idkf. Beberapa buku berbentuk softcopy yang dapat di ambil gratis dapat di ambil dari http://pandu.dhs.org/Buku-Online/. Kita harus berterima kasih terutama kepada team Pandu yang dimotori oleh I Made Wiryana untuk ini. Pada saat ini, saya tidak terlalu tahu adanya tempat diskusi Indonesia yang aktif membahas teknik-teknik hacking ini - tetapi mungkin bisa sebagian di diskusikan di mailing list lanjut seperti kursus-linux@yahoogroups.com & linux-admin@linux.or.id yang di operasikan oleh Kelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI) http://www.kpli.or.id.
Cara paling sederhana untuk melihat kelemahan sistem adalah dengan cara mencari informasi dari berbagai vendor misalnya di http://www.sans.org/newlook/publications/roadmap.htm#3b tentang kelemahan dari sistem yang mereka buat sendiri. Di samping, memonitoring berbagai mailing list di Internet yang berkaitan dengan keamanan jaringan seperti dalam daftar http://www.sans.org/newlook/publications/roadmap.htm#3e.
Dijelaskan oleh Front-line Information Security Team, "Techniques Adopted By 'System Crackers' When Attempting To Break Into Corporate or Sensitive Private Networks," fist@ns2.co.uk http://www.ns2.co.uk. Seorang Cracker umumnya pria usia 16-25 tahun. Berdasarkan statistik pengguna Internet di Indonesia maka sebetulnya mayoritas pengguna Internet di Indonesia adalah anak-anak muda pada usia ini juga. Memang usia ini adalah usia yang sangat ideal dalam menimba ilmu baru termasuk ilmu Internet, sangat disayangkan jika kita tidak berhasil menginternetkan ke 25000 sekolah Indonesia s/d tahun 2002 - karena tumpuan hari depan bangsa Indonesia berada di tangan anak-anak muda kita ini.
Nah, para cracker muda ini umumnya melakukan cracking untuk meningkatkan kemampuan / menggunakan sumber daya di jaringan untuk kepentingan sendiri. Umumnya para cracker adalah opportunis. Melihat kelemahan sistem dengan mejalankan program scanner. Setelah memperoleh akses root, cracker akan menginstall pintu belakang (backdoor) dan menutup semua kelemahan umum yang ada.
Seperti kita tahu, umumnya berbagai perusahaan / dotcommers akan menggunakan Internet untuk (1) hosting web server mereka, (2) komunikasi e-mail dan (3) memberikan akses web / internet kepada karyawan-nya. Pemisahan jaringan Internet dan IntraNet umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik / software Firewall dan Proxy server. Melihat kondisi penggunaan di atas, kelemahan sistem umumnya dapat di tembus misalnya dengan menembus mailserver external / luar yang digunakan untuk memudahkan akses ke mail keluar dari perusahaan. Selain itu, dengan menggunakan agressive-SNMP scanner & program yang memaksa SNMP community string dapat mengubah sebuah router menjadi bridge (jembatan) yang kemudian dapat digunakan untuk batu loncatan untuk masuk ke dalam jaringan internal perusahaan (IntraNet).
Agar cracker terlindungi pada saat melakukan serangan, teknik cloacking (penyamaran) dilakukan dengan cara melompat dari mesin yang sebelumnya telah di compromised (ditaklukan) melalui program telnet atau rsh. Pada mesin perantara yang menggunakan Windows serangan dapat dilakukan dengan melompat dari program Wingate. Selain itu, melompat dapat dilakukan melalui perangkat proxy yang konfigurasinya kurang baik.
Setelah berhasil melompat dan memasuki sistem lain, cracker biasanya melakukan probing terhadap jaringan dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara, misalnya (1) menggunakan nslookup untuk menjalankan perintah 'ls
Langkah selanjutnya, cracker akan mengidentifikasi komponen jaringan yang dipercaya oleh system apa saja. Komponen jaringan tersebut biasanya mesin administrator dan server yang biasanya di anggap paling aman di jaringan. Start dengan check akses & eksport NFS ke berbagai direktori yang kritis seperti /usr/bin, /etc dan /home. Eksploitasi mesin melalui kelemahan Common Gateway Interface (CGI), dengan akses ke file /etc/hosts.allow.
Selanjutnya cracker harus mengidentifikasi komponen jaringan yang lemah dan bisa di taklukan. Cracker bisa mengunakan program di Linux seperti ADMhack, mscan, nmap dan banyak scanner kecil lainnya. Program seperti 'ps' & 'netstat' di buat trojan (ingat cerita kuda troya? dalam cerita klasik yunani kuno) untuk menyembunyikan proses scanning. Bagi cracker yang cukup advanced dapat mengunakan aggressive-SNMP scanning untuk men-scan peralatan dengan SNMP.
Setelah cracker berhasil mengidentifikasi komponen jaringan yang lemah dan bisa di taklukan, maka cracker akan menjalan program untuk menaklukan program daemon yang lemah di server. Program daemon adalah program di server yang biasanya berjalan di belakang layar (sebagai daemon / setan). Keberhasilan menaklukan program daemon ini akan memungkinkan seorang Cracker untuk memperoleh akses sebagai 'root' (administrator tertinggi di server).
Untuk menghilangkan jejak, seorang cracker biasanya melakukan operasi pembersihan 'clean-up' operation dengan cara membersihkan berbagai log file. Dan menambahkan program untuk masuk dari pintu belakang 'backdooring'. Mengganti file .rhosts di /usr/bin untuk memudahkan akses ke mesin yang di taklukan melalui rsh & csh.
Selanjutnya seorang cracker dapat menggunakan mesin yang sudah ditaklukan untuk kepentingannya sendiri, misalnya mengambil informasi sensitif yang seharusnya tidak dibacanya; mengcracking mesin lain dengan melompat dari mesin yang di taklukan; memasang sniffer untuk melihat / mencatat berbagai trafik / komunikasi yang lewat; bahkan bisa mematikan sistem / jaringan dengan cara menjalankan perintah 'rm -rf / &'. Yang terakhir akan sangat fatal akibatnya karena sistem akan hancur sama sekali, terutama jika semua software di letakan di harddisk. Proses re-install seluruh sistem harus di lakukan, akan memusingkan jika hal ini dilakukan di mesin-mesin yang menjalankan misi kritis.
Oleh karena itu semua mesin & router yang menjalankan misi kritis sebaiknya selalu di periksa keamanannya & di patch oleh software yang lebih baru. Backup menjadi penting sekali terutama pada mesin-mesin yang menjalankan misi kritis supaya terselamatkan dari ulah cracker yang men-disable sistem dengan 'rm -rf / &'.
Bagi kita yang sehari-hari bergelut di Internet biasanya justru akan sangat menghargai keberadaan para hacker (bukan Cracker). Karena berkat para hacker-lah Internet ada dan dapat kita nikmati seperti sekarang ini, bahkan terus di perbaiki untuk menjadi sistem yang lebih baik lagi. Berbagai kelemahan sistem di perbaiki karena kepandaian rekan-rekan hacker yang sering kali mengerjakan perbaikan tsb. secara sukarela karena hobby-nya. Apalagi seringkali hasil hacking-nya di sebarkan secara cuma-cuma di Internet untuk keperluan masyarakat Internet. Sebuah nilai & budaya gotong royong yang mulia justru tumbuh di dunia maya Internet yang biasanya terkesan futuristik dan jauh dari rasa sosial.
Pengembangan para hobbiest hacker ini menjadi penting sekali untuk keberlangsungan / survival dotcommers di wahana Internet Indonesia. Sebagai salah satu bentuk nyatanya, dalam waktu dekat Insya Allah sekitar pertengahan April 2001 akan di adakan hacking competition di Internet untuk membobol sebuah server yang telah di tentukan terlebih dahulu. Hacking competition tersebut di motori oleh anak-anak muda di Kelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI) Semarang yang digerakan oleh anak muda seperti Kresno Aji (masaji@telkom.net), Agus Hartanto (hartx@writeme.com) & Lekso Budi Handoko (handoko@riset.dinus.ac.id). Seperti umumnya anak-anak muda lainnya, mereka umumnya bermodal cekak - bantuan & sponsor tentunya akan sangat bermanfaat dan dinantikan oleh rekan-rekan muda ini.
Mudah-mudahan semua ini akan menambah semangat pembaca, khususnya pembaca muda, untuk bergerak di dunia hacker yang mengasyikan dan menantang. Kalau kata Captain Jean Luc Picard di Film Startrek Next Generation, "To boldly go where no one has gone before".
Kebudayaan Islam
Dua kebudayaan: Islam dan Barat
MUHAMMAD telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh dunia. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, dan akan demikian, bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.
Kalau pun kebudayaan Islam ini didasarkan kepada metoda-metoda ilmu pengetahuan dan kemampuan rasio, - dan dalam hal ini sama seperti yang menjadi pegangan kebudayaan Barat masa kita sekarang, dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang pada pemikiran yang subyektif dan pada pemikiran metafisika namun hubungan antara ketentuan-ketentuan agama dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. Soalnya ialah karena cara pemikiran yang metafisik dan perasaan yang subyektif di satu pihak, dengan kaidah-kaidah logika dan kemampuan ilmu pengetahuan di pihak lain oleh Islam dipersatukan dengan satu ikatan, yang mau tidak mau memang perlu dicari sampai dapat ditemukan, untuk kemudian tetap menjadi orang Islam dengan iman yang kuat pula. Dari segi ini kebudayaan Islam berbeda sekali dengan kebudayaan Barat yang sekarang menguasai dunia, juga dalam melukiskan hidup dan dasar yang menjadi landasannya berbeda. Perbedaan kedua kebudayaan ini, antara yang satu dengan yang lain sebenarnya prinsip sekali, yang sampai menyebabkan dasar keduanya itu satu sama lain saling bertolak belakang.
Pertentangan gereja dan negara
Timbulnya pertentangan ini ialah karena alasan-alasan sejarah, seperti sudah kita singgung dalam prakata dan kata pengantar cetakan kedua buku ini. Pertentangan di Barat antara kekuasaan agama dan kekuasaan temporal1 sebagai bangsa yang menganut agama Kristen atau dengan bahasa sekarang antara gereja dengan negara menyebabkan keduanya itu harus berpisah, dan kekuasaan negara harus ditegakkan untuk tidak mengakui kekuasaan gereja. Adanya konflik kekuasaan itu ada juga pengaruhnya dalam pemikiran Barat secara keseluruhan. Akibat pertama dari pengaruh itu ialah adanya permisahan antara perasaan manusia dengar pikiran manusia, antara pemikiran metafisik dengan ketentuan-ketentuan ilmu positif (knowledge of reality) yang berlandaskan tinjauan materialisma. Kemenangan pikiran materialisma ini besar sekali pengaruhnya terhadap lahirnya suatu sistem ekonomi yang telah menjadi dasar utama kebudayaan Barat.
Sistem ekonomi dasar kebudayaan Barat
Sebagai akibatnya, di Barat telah timbul pula aliran-aliran yang hendak membuat segala yang ada di muka bumi ini tunduk kepada kehidupan dunia ekonomi. Begitu juga tidak sedikit orang rang ingin menempatkan sejarah umat manusia dari segi agamanya, seni, f1lsafat, cara berpikir dan pengetahuannya - dalam segala pasang surutnya pada berbagai bangsa - dengan ukuran ekonomi. Pikiran ini tidak terbatas hanya pada sejarah dan penulisannya, bahkan beberapa aliran filsafat Barat telah pula membuat pola-pola etik atas dasar kemanfaatan materi ini semata-mata. Sungguh pun aliran-aliran demikian ini dalam pemikirannya sudah begitu tinggi dengan daya ciptanya yang besar sekali, namun perkembangan pikiran di Barat itu telah membatasinya pada batas-batas keuntungan materi yang secara kolektif dibuat oleh pola-pola etik itu secara keseluruhan. Dan dari segi pembahasan ilmiah hal ini sudah merupakan suatu keharusan yang sangat mendesak.
Sebaliknya mengenai masalah rohani, masalah spiritual, dalam pandangan kebudayaan Barat ini adalah masalah pribadi semata, orang tidak perlu memberikan perhatian bersama untuk itu. Oleh karenanya membiarkan masalah kepercayaan ini secara bebas di Barat merupakan suatu hal yang diagungkan sekali, melebihi kebebasan dalam soal etik. Sudah begitu rupa mereka mengagungkan masalah kebebasan etik itu demi kebebasan ekonomi yang sudah sama sekali terikat oleh undang-undang. Undang-undang ini akan dilaksanakan oleh tentara atau oleh negara dengan segala kekuatan yang ada.
Kisah kebudayaan Barat mencari kebahagiaan umat manusia
Kebudayaan yang hendak menjadikan kehidupan ekonomi sebagai dasarnya, dan pola-pola etik didasarkan pula pada kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap penting arti kepercayaan dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat manusia mencapai kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu, menurut hemat saya tidak akan mencapai tujuan. Bahkan tanggapan terhadap hidup demikian ini sudah sepatutnya bila akan menjerumuskan umat manusia ke dalam penderitaan berat seperti yang dialami dalam abad-abad belakangan ini. Sudah seharusnya pula apabila segala pikiran dalam usaha mencegah perang dan mengusahakan perdamaian dunia tidak banyak membawa arti dan hasilnya pun tidak seberapa. Selama hubungan saya dengan saudara dasarnya adalah sekerat roti yang saya makan atau yang saudara makan, kita berebut, bersaing dan bertengkar untuk itu, masing-masing berpendirian atas dasar kekuatan hewaninya, maka akan selalu kita masing-masing menunggu kesempatan baik untuk secara licik memperoleh sekerat roti yang di tangan temannya itu. Masing-masing kita satu sama lain akan selalu melihat teman itu sebagai lawan, bukan sebagai saudara. Dasar etik yang tersembunyi dalam diri kita ini akan selalu bersifat hewani, sekali pun masih tetap tersembunyi sampai pada waktunya nanti ia akan timbul. Yang selalu akan menjadi pegangan dasar etik ini satu-satunya ialah keuntungan. Sementara arti perikemanusiaan yang tinggi, prinsip-prinsip akhlak yang terpuji, altruisma, cinta kasih dan persaudaraan akan jatuh tergelincir, dan hampir-harnpir sudah tak dapat dipegang lagi.
Apa yang terjadi dalam dunia dewasa ini ialah bukti yang paling nyata atas apa yang saya sebutkan itu. Persaingan dan pertentangan ialah gejala pertama dalam sistem ekonomi, dan itu pula gejala pertamanya dalam kebudayaan Barat, baik dalam paham yang individualistis, maupun sosialistis sama saja adanya. Dalam paham individualisma, buruh bersaing dengan buruh, pemilik modal dengan pemilik modal. Buruh dengan pemilik modal ialah dua lawan yang saling bersaing. Pendukung-pendukung paham ini berpendapat bahwa persaingan dan pertentangan ini akan membawa kebaikan dan kemajuan kepada umat manusia. Menurut mereka ini merupakan perangsang supaya bekerja lebih tekun dan perangsang untuk pembagian kerja, dan akan menjadi neraca yang adil dalam membagi kekayaan.
Sebaliknya paham sosialisma yang berpendapat bahwa perjuangan kelas yang harus disudahi dengan kekuasaan berada di tangan kaum buruh, merupakan salah satu keharusan alam. Selama persaingan dan perjuangan mengenai harta itu dijadikan pokok kehidupan, selama pertentangan antar-kelas itu wajar, maka pertentangan antar-bangsa juga wajar, dengan tujuan yang sama seperti pada perjuangan kelas. Dari sinilah konsepsi nasionalisma itu, dengan sendirinya, memberi pengaruh yang menentukan terhadap sistem ekonomi. Apabila perjuangan bangsa-bangsa untuk menguasai harta itu wajar, apabila adanya penjajahan untuk itu wajar pula, bagaimana mungkin perang dapat dicegah dan perdamaian di dunia dapat dijamin? Pada menjelang akhir abad ke-20 ini kita telah dapat menyaksikan - dan masih dapat kita saksikan - adanya bukti-bukti, bahwa perdamaian di muka bumi dengan dasar kebudayaan yang semacam ini hanya dalam impian saja dapat dilaksanakan, hanya dalam cita-cita yang manis bermadu, tetapi dalam kenyataannya tiada lebih dari suatu fatamorgana yang kosong belaka.
Dasar kebudayaan Islam
Kebudayaan Islam lahir atas dasar yang bertolak belakang dengan dasar kebudayaan Barat. Ia lahir atas dasar rohani yang mengajak manusia supaya pertama sekali dapat menyadari hubungannya dengan alam dan tempatnya dalam alam ini dengan sebaik-baiknya. Kalau kesadaran demikian ini sudah sampai ke batas iman, maka imannya itu mengajaknya supaya ia tetap terus-menerus mendidik dan melatih diri, membersihkan hatinya selalu, mengisi jantung dan pikirannya dengan prinsip-prinsip yang lebih luhur - prinsip-prinsip harga diri, persaudaraan, cinta kasih, kebaikan dan berbakti. Atas dasar prinsip-prinsip inilah manusia hendaknya menyusun kehidupan ekonominya. Cara bertahap demikian ini adalah dasar kebudayaan Islam, seperti wahyu yang telah diturunkan kepada Muhammad, yakni mula-mula kebudayaan rohani, dan sistem kerohanian disini ialah dasar sistem pendidikan serta dasar pola-pola etik (akhlak). Dan prinsip-prinsip etik ini ialah dasar sistem ekonominya. Tidak dapat dibenarkan tentunya dengan cara apa pun mengorbankan prinsip-prinsip etik ini untuk kepentingan sistem ekonomi tadi.
Tanggapan Islam tentang kebudayaan demikian ini menurut hemat saya ialah tanggapan yang sesuai dengan kodrat manusia, yang akan menjamin kebahagiaan baginya. Kalau ini yang ditanamkan dalam jiwa kita dan kehidupan seperti dalam kebudayaan Barat itu kesana pula jalannya, niscaya corak umat manusia itu akan berubah, prinsip-prinsip yang selama ini menjadi pegangan orang akan runtuh, dan sebagai gantinya akan timbul prinsip-prinsip yang lebih luhur, yang akan dapat mengobati krisis dunia kita sekarang ini sesuai dengan tuntunannya yang lebih cemerlang.
Sekarang orang di Barat dan di Timur berusaha hendak mengatasi krisis ini, tanpa mereka sadari - dan kaum Muslimin sendiri pun tidak pula menyadari - bahwa Islam dapat menjamin mengatasinya. Orang-orang di Barat dewasa ini sedang mencari suatu pegangan rohani yang baru, yang akan dapat menanting mereka dari paganisma yang sedang menjerumuskan mereka; dan sebab timbulnya penderitaan mereka itu, penyakit yang menancapkan mereka ke dalam kancah peperangan antara sesama mereka, ialah mammonisma - penyembahan kepada harta. Orang-orang Barat mencari pegangan baru itu didalam beberapa ajaran di India dan di Timur Jauh; padahal itu akan dapat mereka peroleh tidak jauh dari mereka, akan mereka dapati itu sudah ada ketentuannya didalam Qu'ran, sudah dilukiskan dengan indah sekali dengan teladan yang sangat baik diberikan oleh Nabi kepada manusia selama masa hidupnya.
Bukan maksud saya hendak melukiskan kebudayaan Islam dengan segala ketentuannya itu disini. Lukisan demikian menghendaki suatu pembahasan yang mendalam, yang akan meminta tempat sebesar buku ini atau lebih besar lagi. Akan tetapi - setelah dasar rohani yang menjadi landasannya itu saya singgung seperlunya - lukisan kebudayaan itu disini ingin saya simpulkan, kalau-kalau dengan demikian ajaran Islam dalam keseluruhannya dapat pula saya gambarkan dan dengan penggambaran itu saya akan merambah jalan ke arah pembahasan yang lebih dalam lagi. Dan sebelum melangkah ke arah itu kiranya akan ada baiknya juga saya memberi sekadar isyarat, bahwa sebenarnya dalam sejarah Islam memang tak ada pertentangan antara kekuasaan agama (theokrasi) dengan kekuasaan temporal, yakni antara gereja dengan negara. Hal ini dapat menyelamatkan Islam dari pertentangan yang telah ditinggalkan Barat dalam pikiran dan dalam haluan sejarahnya.
Dalam Islam tak ada pertentangan agama dengan negara
Islam dapat diselamatkan dari pertentangan serta segala pengaruhnya itu, sebabnya ialah karena Islam tidak kenal apa yang namanya gereja itu atau kekuasaan agama seperti yang dikenal oleh agama Kristen. Belum ada orang di kalangan Muslimin - sekalipun ia seorang khalifah - yang akan mengharuskan sesuatu perintah kepada orang, atas nama agama, dan akan mendakwakan dirinya mampu memberi pengampunan dosa kepada siapa saja yang melanggar perintah itu. Juga belum ada di kalangan Muslimin - sekalipun ia seorang khalifah - yang akan mengharuskan sesuatu kepada orang selain yang sudah ditentukan Tuhan di dalam Qur'an. Bahkan semua orarg Islam sama di hadapan Tuhan. Yang seorang tidak lebih mulia dari yang lain, kecuali tergantung kepada takwanya - kepada baktinya. Seorang penguasa tidak dapat menuntut kesetiaan seorang Muslim apabila dia sendiri melakukan perbuatan dosa dan melanggar penntah Tuhan. Atau seperti kata Abu Bakr ash-Shiddiq kepada kaum Muslimin dalam pidato pelantikannya sebagai Khalifah "Taatilah saya selama saya taat kepada (perintah) Allah dan RasulNya. Tetapi apabila saya melanggar (perintah) Allah dan Rasul maka gugurkanlah kesetiaanmu kepada saya."
Kendatipun pemerintahan dalam Islam sesudah itu kemudian dipegang oleh seorang raja tirani, kendatipun di kalangan Muslimin pernah timbul perang saudara, namun kaum Muslimin tetap berpegang kepada kebebasan pribadi yang besar itu, yang sudah ditentukan oleh agama, kebebasan yang sampai menempatkan akal sebagai patokan dalam segala hal, bahkan dijadikan patokan didalam agama dan iman sekalipun. Kebebasan ini tetap mereka pegang sekalipun sampai pada waktu datangnya penguasa-penguasa orang-orang Islam yang mendakwakan diri sebagai pengganti Tuhan di muka bumi ini - bukan lagi sebagai pengganti Rasulullah. Padahal segala persoalan Muslimin sudah mereka kuasai belaka, sampai-sampai ke soal hidup dan matinya.
Sebagai bukti misalnya apa yang sudah terjadi pada masa Ma'mun, tatkala orang berselisih mengenai Qur'an: makhluk atau bukan makhluk - yang diciptakan atau bukan diciptakan! Banyak sekali orang yang menentang pendapat Khalifah waktu itu, padahal mereka mengetahui akibat apa yang akan mereka terima jika berani menentangnya.
Dalam segala hal akallah patokan dalam Islam
Dalam segala hal akal pikiran oleh Islam telah dijadikan patokan. Juga dalam hal agama dan iman ia dijadikan patokan. Dalam firman Tuhan:
"Perumpamaan orang-orang yang tidak beriman ialah seperti (gembala) yang meneriakkan (ternaknya) yang tidak mendengar selain suara panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, sebab mereka tidak menggunakan akal pikiran." (Qur'an, 2: 171)
Oleh Syaikh Muhammad Abduh ditafsirkan, dengan mengatakan: "Ayat ini jelas sekali menyebutkan, bahwa taklid (menerima begitu saja) tanpa pertimbangan akal pikiran atau suatu pedoman ialah bawaan orang-orang tidak beriman. Orang tidak bisa beriman kalau agamanya tidak disadari dengan akalnya, tidak diketahuinya sendiri sampai dapat ia yakin. Kalau orang dibesarkan dengan biasa menerima begitu saja tanpa disadari dengan akal pikirannya, maka dalam melakukan suatu perbuatan, meskipun perbuatan yang baik, tanpa diketahuinya benar, dia bukan orang beriman. Dengan beriman bukan dimaksudkan supaya orang merendah-rendahkan diri melakukan kebaikan seperti binatang yang hina, tapi yang dimaksudkan supaya orang dapat meningkatkan daya akal pikirannya, dapat meningkatkan diri dengan ilmu pengetahuan, sehingga dalam berbuat kebaikan itu benar-benar ia sadar, bahwa kebaikannya itu memang berguna, dapat diterima Tuhan. Dalam meninggalkan kejahatan pun juga dia mengerti benar bahaya dan berapa jauhnya kejahatan itu akan membawa akibat."
Inilah yang dikatakan Syaikh Muhammad Abduh dalam menafsirkan ayat ini, yang di dalam Qur'an, selain ayat tersebut sudah banyak pula ayat-ayat lain yang disebutkan secara jelas sekali. Qur'an menghendaki manusia supaya merenungkan alam semesta ini, supaya mengetahui berita-berita sekitar itu, yang kelak renungan demikian itu akan mengantarkannya kepada kesadaran tentang wujud Tuhan, tentang keesaanNya, seperti dalam firman Allah:
"Bahwasanya dalam penciptaan langit dan bumi, dalam pergantian malam dan siang, bahtera yang mengarungi lautan membawa apa yang berguna buat umat manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkanNya bumi yang sudah mati kering, kemudian disebarkanNya di bumi itu segala jenis hewan, pengisaran angin dan awan yang dikemudikan dari antara langit dan bumi - adalah tanda-tanda (akan keesaan dan kebesaran Tuhan) buat mereka yang menggunakan akal pikiran." (Qur'an, 2: 164) "
Dan sebagai suatu tanda buat mereka, ialah bumi yang mati kering. Kami hidupkan kembali dan Kami keluarkan dari sana benih yang sebagian dapat dimakan. Disana Kami adakan kebun-kebun kurma dan palm dan anggur dan disana pula Kami pancarkan mata air - supaya dapat mereka makan buahnya. Semua itu bukan usaha tangan mereka. Kenapa mereka tidak berterima kasih. Maha Suci Yang telah menciptakan semua yang ditumbuhkan bumi berpasang-pasangan, dan dalam diri mereka sendiri serta segala apa yang tiada mereka ketahui. Juga sebagai suatu tanda buat mereka - ialah malam. Kami lepaskan siang, maka mereka pun berada dalam kegelapan. Matahari pun beredar menurut ketetapan yang sudah ditentukan. Itulah ukuran dari Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. Juga bulan, sudah Kami tentukan tempat-tempatnya sampai ia kembali lagi seperti mayang yang sudah tua. Matahari tiada sepatutnya akan mengejar bulan dan malam pun tiada akan mendahului siang. Masing-masing berjalan dalam peredarannya. Juga sebagai suatu tanda buat mereka - ialah turunan mereka yang Kami angkut dalam kapal yang penuh muatan. Dan buat mereka Kami ciptakan pula yang serupa, yang dapat mereka kendarai. Kalau Kami kehendaki, Kami karamkan mereka. Tiada penolong lagi buat mereka, juga mereka tak dapat diselamatkan. Kecuali dengan rahmat dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai pada waktunya." (Qur'an, 36: 33-44.)
Kekuatan iman
Anjuran supaya memperhatikan alam ini, menggali segala ketentuan dan hukum yang ada di dalam alam ini serta menjadikannya sebagai pedoman yang akan mengantarkan kita beriman kepada Penciptanya, sudah beratus kali disebutkan dalam pelbagai Surah dalam Qur'an. Semuanya ditujukan kepada tenaga akal pikiran manusia, menyuruh manusia menilainya, merenungkannya, supaya imannya itu didasarkan kepada akal pikiran, dan keyakinan yang jelas. Qur'an mengingatkan supaya jangan menerima begitu saja apa yang ada pada nenek moyangnya, tanpa memperhatikan, tanpa meneliti lebih jauh serta dengan keyakinan pribadi akan kebenaran yang dapat dicapainya itu.
Iman kepada Allah
Iman demikian inilah yang dianjurkan oleh Islam. Dan ini bukan iman yang biasa disebut "iman nenek-nenek," melainkan iman intelektual yang sudah meyakinkan, yang sudah direnungkan lagi, kemudian dipikirkan matang-matang, sesudah itu, dengan renungan dan pemikirannya itu ia akan sampai kepada keyakinan tentang Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya rasa tak ada orang yang sudah dapat merenungkan dengan akal pikiran dan dengan hatinya, yang tidak akan sampai kepada iman. Setiap ia merenungkan lebih dalam, berpikir lebih lama dan berusaha menguasai ruang dan waktu ini serta kesatuan yang terkandung di dalamnya, yang tiada berkesudahan, dengan anggota-anggota alam semesta tiada terbatas, yang selalu berputar ini - sekelumit akan terasa dalam dirinya tentang anggota-anggota alam itu, yang semuanya berjalan menurut hukum yang sudah ditentukan dan dengan tujuan yang hanya diketahui oleh penciptanya. Ia pun akan merasa yakin akan kelemahan dirinya, akan pengetahuannya yang belum cukup, jika saja ia tidak segera dibantu dengan kesadarannya tentang alam ini, dibantu dengan suatu kekuatan diatas kemampuan pancaindera dan otaknya, yang akan menghubungkannya dengan seluruh anggota alam, dan yang akan membuat dia menyadari tempatnya sendiri. Dan kekuatan itu ialah iman.
Jadi iman itu ialah perasaan rohani, yang dirasakan oleh manusia meliputi dirinya setiap ia mengadakan komunikasi dengan alam dan hanyut kedalam ketak-terbatasan ruang dan waktu. Semua makhluk alam ini akan terjelma dalam dirinya. Maka dilihatnya semua itu berjalan menurut hukum yang sudah ditentukan, dan dilihatnya pula sedang memuja Tuhan Maha Pencipta. Ada pun Ia menjelma dalam alam, berhubungan dengan alam, atau berdiri sendiri dan terpisah, masih merupakan suatu perdebatan spekulatif yang kosong saja. Mungkin berhasil, mungkin juga jadi sesat, mungkin menguntungkan dan mungkin juga merugikan. Disamping itu hal ini tidak pula menambah pengetahuan kita. Sudah berapa lama penulis-penulis dan failasuf-failasuf itu satu sama lain berusaha hendak mengetahui zat Maha Pencipta ini, namun usaha dan daya upaya mereka itu sia-sia. Dan ada pula yang mengakui, bahwa itu memang berada di luar jangkauan persepsinya. Kalau memang akal yang sudah tak mampu mencapai pengertian ini, maka ketidak mampuannya itu lebih-lebih lagi memperkuat keimanan kita. Perasaan kita yang meyakinkan tentang adanya Wujud Maha Tinggi, Yang Maha Mengetahui akan segalanya dan bahwa Dialah Maha Pencipta, Maha Perencana, segalanya akan kembali kepadaNya, maka keadaan semacam itu akan sudah meyakinkan kita, bahwa kita takkan mampu menjangkau zatNya betapa pun besarnya iman kita kepadaNya itu
Demikian juga, kalau sampai sekarang kita tak dapat menangkap apa sebenarnya listrik itu meskipun dengan mata kita sendiri kita melihat bekasnya, begitu juga eter yang tidak kita ketahui meskipun sudah dapat ditentukan, bahwa gelombangnya itu dapat inemindahkan suara dan gambar, pengaruh dan bekasnya itu buat kita sudah cukup untuk mempercayai adanya listrik dan adanya eter. Alangkah angkuhnya kita, setiap hari kita menyaksikan keindahan dan kebesaran yang diciptakan Tuhan, kalau kita masih tidak mau percaya sebelum kita mengetahui zatNya. Tuhan Yang Maha Transenden jauh di luar jangkauan yang dapat mereka lukiskan. Kenyataan dalam hidup ialah bahwa mereka yang mencoba menggambarkan zat Tuhan Yang Maha Suci itu ialah mereka yang dengan persepsinya sudah tak berdaya mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi dalam melukiskan apa yang diatas kehidupan insan. Mereka ingin mengukur alam ini serta Pencipta alam menurut ukuran kita yang nisbi dan terbatas sekali dalam batas-batas ilmu kita yang hanya sedikit itu. Sebaliknya mereka yang sudah benar-benar mencapai ilmu, akan teringat oleh mereka firman Tuhan ini:
"Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Jawablah: Ruh itu termasuk urusan Tuhan. Pengetahuan yang diberikan kepada kamu itu hanya sedikit sekali." (Qur'an, 17: 85)
Iman dasar Islam
Kalbu mereka sudah penuh dengan iman kepada Pencipta Ruh dan Pencipta semesta Alam ini, sesudah itu tidak perlu mereka menjerumuskan diri ke dalam perdebatan spekulatif yang kosong, yang takkan memberi hasil, takkan mencapai suatu kesimpulan.
Islam yang dicapai dengan iman dan Islam yang tanpa iman oleh Qur'an dibedakan: "Orang-orang Arab badwi itu berkata: 'Kami sudah beriman.' Katakanlah 'Kamu belum beriman, tapi katakan saja: kami sudah islam.' Iman itu belum lagi masuk ke dalam hati kamu." (Qur'an, 49: 14)
Contoh Islam yang demikian ini ialah yang tunduk kepada ajakan orang karena kehendaknya atau karena takut, karena kagum atau karena mengkultuskan diluar hati yang mau menurut dan memahami benar-benar akan ajaran itu sampai ke batas iman.
Yang demikian ini belum mendapat petunjuk Tuhan sampai kepada iman yang seharusnya dicapai, dengan jalan merenungkan alam dan mengetahui hukum alam, dan yang dengan renungan dan pengetahuannya itu ia akan sampai kepada Penciptanya - melainkan jadi Islam karena suatu keinginan atau karena nenek-moyangnya memang sudah Islam. Oleh karenanya iman itu belum merasuk lagi kedalam hatinya, sekalipun dia sudah Islam. Manusia-manusia Muslim semacam ini ada yang hendak menipu Tuhan dan menipu orang-orang beriman, tetapi sebenarnya mereka sudah menipu diri sendiri dengan tiada mereka sadari. Dalam hati mereka sudah ada penyakit. Maka oleh Tuhan ditambah lagi penyakit mereka itu. Mereka itulah orang-orang beragama tanpa iman; islamnya hanya karena didorong oleh suatu keinginan atau karena takut, sedang jiwanya tetap kerdil, keyakinannya tetap lemah dan hatinya pun bersedia menyerah kepada kehendak manusia, menyerah kepada perintahnya. Sebaliknya mereka, yang keimanannya kepada Allah itu dengan imam yang sungguh-sungguh, diantarkan oleh akal pikiran dan oleh jantung yang hidup, dengan jalan merenungkan alam ini, mereka itulah orang yang beriman. Mereka yang akan menyerahkan persoalannya hanya kepada Tuhan, mereka itulah orang yang tidak mengenal menyerah selain kepada Allah. Dengan Islamnya itu mereka tidak memberi jasa apa-apa kepada orang.
"Tetapi sebenarnya Tuhanlah yang berjasa kepada kamu, karena kamu telah dibimbingNya kepada keimanan, kalau kamu memang orang-orang yang benar." (Qur'an, 49: 17)
Jadi barangsiapa menyerahkan diri patuh kepada Allah dan dalam pada itu melakukan perbuatan baik, mereka tidak perlu merasa takut, tidak usah bersedih hati. Mereka tidak takut akan menghadapi hidup miskin atau hina, sebab dengan iman itu mereka sudah sangat kaya, sangat mendapat kehormatan. Kehormatan yang ada pada Tuhan dan pada orang-orang beriman.
Jiwa yang rela dan tenteram dengan imannya ini, ia merasa lega bila selalu ia berusaha hendak mengetahui rahasia-rahasia dan hukum-hukum alam, yang berarti akan menambah hubungannya dengan Tuhan. Dan langkah kearah pengetahuan ini ialah dengan jalan membahas dan merenungkan segala ciptaan Tuhan yang ada dalam alam ini dengan cara ilmiah seperti dianjurkan oleh Qur'an dan dipraktekkan pula sungguh-sungguh oleh kaum Muslimin dahulu, yaitu seperti cara ilmiah yang modern di Barat sekarang. Hanya saja tujuannya dalam Islam dan dalam kebudayaan Barat itu berbeda. Dalam Islam tujuannya supaya manusia membuat hukum Tuhan dalam alam ini menjadi hukumnya dan peraturannya sendiri, sementara di Barat tujuannya ialah mencari keuntungan materi dan apa yang ada dalam alam ini. Dalam Islam tujuan yang pertama sekali ialah 'irfan - mengenal Tuhan dengan baik, makin dalam 'irfan atau persepsi (pengenalan) kita makin dalam pula iman kita kepada Tuhan. Tujuan ini ialah hendak mencapai 'irfan yang baik dari segi seluruh masyarakat, bukan dari segi pribadi saja. Masalah integritas rohani bukan suatu masalah pribadi semata. Tak ada tempat buat orang mengurung diri sebagai suatu masyarakat tersendiri. Bahkan ia seharusnya menjadi dasar kebudayaan untuk masyarakat manusia sedunia - dari ujung ke ujung. Oleh karena itu seharusnya umat manusia berusaha terus demi integritas (kesempurnaan) rohani itu, yang berarti lebih besar daripada pengamatannya mengenai hakekat indera (sensibilia).
Persepsi2 mengenai rahasia benda-benda dan hukum-hukum alam yang hendak mencapai integritas itu lebih besar daripada persepsi sebagai alat guna mencapai kekuasaan materi atas benda-benda itu.
Dengan mencari pertolongan Tuhan sampai kepada alam
Untuk mencapai integritas rohani ini tidak cukup kita bersandar hanya kepada logika kita saja, malah dengan logika itu kita harus membukakan jalan buat hati kita dan pikiran kita untuk sampai ke tingkat tertinggi. Hal ini bisa terjadi hanya jika manusia mencari pertolongan dari Tuhan, menghadapkan diri kepadaNya dengan sepenuh hati dan jiwa. Hanya kepadaNya kita menyembah dan hanya kepadaNya kita meminta pertolongan, untuk mencapai rahasia-rahasia alam dan undang-undang kehidupan ini. Inilah yang disebut hubungan dengan Tuhan, mensyukuri nikmat Tuhan, supaya bertambah kita mendapat petunjuk akan apa yang belum kita capai, seperti dalam firman Tuhan:
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (katakan) Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang bermohon - apabila dia bermohon kepadaKu. Maka sambutlah seruanKu dan berimanlah kepadaKu, kalau-kalau mereka terbimbing ke jalan yang lurus." (Qur'an 2: 186)
Sembahyang
"Dan carilah pertolongan Tuhan dengan tabah, dan dengan menjalankan sembahyang, dan sembahyang itu memang berat, kecuali bagi orang-orang yang rendah hati-kepada Tuhan. Orang-orang yang menyadari bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan dan kepadaNya mereka kembali." (Qur'an 2: 45-46)
Salat ialah suatu bentuk komunikasi dengan Tuhan secara beriman serta meminta pertolongan kepadaNya. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan salat bukanlah sekadar ruku' dan sujud saja, membaca ayat-ayat Qu'ran atau mengucapkan takbir dan ta'zim demi kebesaran Tuhan tanpa mengisi jiwa dan hati sanubari dengan iman, dengan kekudusan dan keagungan Tuhan. Tetapi yang dimaksudkan dengan salat atau sembahyang ialah arti yang terkandung di dalam takbir, dalam pembacaan, dalam ruku', sujud serta segala keagungan, kekudusan dan iman itu. Jadi beribadat demikian kepada Tuhan ialah suatu ibadat yang ikhlas - demi Tuhan Cahaya langit dan bumi.
"Kebaikan itu bukanlah karena kamu menghadapkan muka ke arah timur dan barat, tetapi kebaikan itu ialah orang yang sudah beriman kepada Allah, kepada Hari Kemudian, malaikat-malaikat, Kitab, dan para nabi serta mengeluarkan harta yang dicintainya itu untuk kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang terlantar dalam perjalanan, orang-orang yang meminta, untuk melepaskan perbudakan, mengerjakan sembahyang dan mengeluarkan zakat, kemudian orang-orang yang suka memenuhi janji bila berjanji, orang-orang yang tabah hati dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan dan di waktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itu orang-orang yang dapat memelihara diri." (Qur'an, 2: 177)
Orang mukmin yang benar-benar beriman ialah yang menghadapkan seluruh kalbunya kepada Allah ketika ia sedang sembahyang, disaksikan oleh rasa takwa kepadaNya, serta mencari pertolongan Tuhan dalam menunaikan kewajiban hidupnya. Ia mencari petunjuk, memohonkan taufik Allah dalam memahami rahasia dan hukum alam ini.
Orang mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah tengah ia sembahyang akan merasakannya sendiri, selalu akan merasa, dirinya adalah sesuatu yang kecil berhadapan dengan kebesaran Allah Yang Maha Agung. Apabila kita dalam pesawat terbang diatas ketinggian seribu atau beberapa ribu meter, kita melihat gunung-gunung, sungai dan kota-kota sebagai gejala-gejala kecil di atas bumi. Kita melihatnya terpampang di depan mata kita seperti jalur-jalur yang tergaris di atas sebuah peta dan seolah permukaannya sudah rata mendatar tak ada gunung atau bangunan yang lebih tinggi, tak ada ngarai, sumur atau sungai yang lebih rendah, warna-warna sambung-menyambung, saling berkait, tercampur, makin tinggi kita terbang warna-warna itu makin tercampur. Seluruh bumi kita ini tidak lebih dari sebuah planet kecil saja. Dalam alam ini terdapat ribuan tata surya dan planet-planet. Semua itu tidak lebih dari sejumlah kecil saja dalam ketakterbatasan seluruh eksistensi ini. Alangkah kecilnya kita, alangkah lemahnya kcadaan kita berhadapan dengan Pencipta dan Pengurus wujud ini. KebesaranNya diatas jangkauan pengertian kita!
Dalam kita menghadapkan seluruh kalbu kita dengan penuh ikhlas kepada Kebesaran Tuhan Yang Maha Suci, kita mengharapkan pertolongan kepadaNya untuk memberikan kekuatan atas kelemahan diri kita ini, memberi petunjuk dalam mencari kebenaran - alangkah wajarnya bila kita dapat melihat persamaan semua manusia dalam kelemahannya itu, yang dalam berhadapan dengan Tuhan tak dapat ia memperkuat diri dengan harta dan kekayaan, selain dengan imannya yang teguh dan tunduk hanya kepada Allah, berbuat kebaikan dan menjaga diri.
Persamaan di hadapan Tuhan
Persamaan yang sesungguhnya dan sempurna ini di hadapan Tuhan tidak sama dengan persamaan yang biasa disebut-sebut dalam kebudayaan Barat waktu-waktu belakangan ini, yaitu persamaan di hadapan hukum. Sudah begitu jauh kebudayaan itu memandang persamaan, sehingga hampir-hampir pula tidak lagi diakui di depan hukum. Buat orang-orang tertentu sudah tidak berlaku lagi untuk menghormatinya. Persamaan di hadapan Tuhan, persamaan yang kenyataannya dapat kita rasakan dikala sembahyang, yang dapat kita capai dengan pandangan kita yang bebas - tidak sama dengan persamaan dalam persaingan untuk mencari kekayaan, persaingan yang membolehkan orang melakukan segala tipu-daya dan bermuka-muka, kemudian orang yang lebih pandai mengelak dan bisa main, ia akan selamat dari kekuasaan hukum.
Persamaan dihadapan Allah ini menuju kepada persaudaraan yang sebenarnya, sebab semua orang dapat merasakan bahwa mereka sebenarnya bersaudara dalam berihadat kepada Allah dan hanya kepadaNya mereka beribadat. Persaudaraan demikian ini didasarkan kepada saling penghargaan yang sehat, renungan serta pandangan yang bebas seperti dianjurkan oleh Qur'an. Adakah kebebasan, persaudaraan dan persamaan yang lebih besar daripada umat ini di hadapan Allah, semua menundukkan kepala kepadaNya, bertakbir, ruku' dan bersujud. Tiada perbedaan antara satu dengan yang lain - semua mengharapkan pengampunan, bertaubat, mengharapkan pertolongan. Tak ada perantara antara mereka itu dengan Tuhan kecuali amalnya yang saleh (perbuatan baik) serta perbuatan baik yang dapat dilakukannya dan menjaga diri dari kejahatan. Persaudaraan yang demikian ini dapat membersihkan hati dari segala noda materi dan menjamin kebahagiaan manusia, juga akan mengantarkan mereka dalam memahami hukum Tuhan dalam kosmos ini, sesuai dengan petunjuk dalam cahaya Tuhan yang telah diberikan kepada mereka.
Tidak semua orang sama kemampuannya dalam melakukan baktinya sebagaimana diperintahkan Allah. Adakalanya tubuh kita membebani jiwa kita, sifat materialisma kita dapat menekan sifat kemanusiaan kita, kalau kita tidak melakukan latihan rohani secara tetap, tidak menghadapkan kalbu kita kepada Allah selama dalam salat kita; dan sudah cukup hanya dengan tatatertib sembahyang, seperti ruku', sujud dan bacaan-bacaan. Oleh karena itu harus diusahakan sekuat tenaga menghentikan daya tubuh yang terlampau memberatkan jiwa, sifat materialisma yang sangat menekan sifat kemanusiaan. Untuk itu Islam telah mewajibkan puasa sebagai suatu langkah mencapai martabat kebaktian (takwa) itu seperti dalam firman Tuhan:
"Orang-orang beriman! Kepadamu telah diwajibkan berpuasa, seperti yang sudah diwajibkan juga kepada mereka yang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa - memelihara diri dari kejahatan." (Qur'an, 2: 183)
Bertakwa dan berbuat baik (birr) itu sama. Yang berbuat baik orang yang bertakwa dan yang berbuat baik ialah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab dan para nabi dan diteruskan dengan ayat yang sudah kita sebutkan.
Puasa bukan suatu tekanan
Kalau tujuan puasa itu supaya tubuh tidak terlampau memberatkan jiwa, sifat materialisma kita jangan terlalu menekan sifat kemanusiaan kita, orang yang menahan diri dari waktu fajar sampai malam, kemudian sesudah itu hanyut dalam berpuas-puas dalam kesenangan, berarti ia sudah mengalihkan tujuan tersebut. Tanpa puasa pun hanyut dalam memuaskan diri itu sudah sangat merusak, apalagi kalau orang berpuasa, sepanjang hari ia menahan diri dari segala makanan, minuman dan segala kesenangan, dan bilamana sudah lewat waktunya ia lalu menyerahkan diri kepada apa saja yang dikiranya di waktu siang ia tak dapat menikmatinya! Kalau begitu Tuhan jugalah yang menyaksikan, bahwa puasanya bukan untuk membersihkan diri, mempertinggi sifat kemanusiaannya, juga ia berpuasa bukan atas kehendak sendiri karena percaya, bahwa puasa itu memberi faedah kedalam rohaninya, tapi ia puasa karena menunaikan suatu kewajiban, tidak disadari oleh pikirannya sendiri perlunya puasa itu. Ia melihatnya sebagai suatu kekangan atas kebebasannya, begitu kebebasan itu berakhir pada malam harinya, begitu hanyut ia kedalam kesenangan, sebagai ganti puasa yang telah mengekangnya tadi. Orang yang melakukan ini sama seperti orang yang tidak mau mencuri, hanya karena undang-undang melarang pencurian, bukan karena jiwanya sudah cukup tinggi untuk tidak melakukan perbuatan itu dan mencegahnya atas kemauan sendiri pula.
Sebenarnya tanggapan orang mengenai puasa sebagai suatu tekanan atau pencegahan dan pembatasan atas kebebasan manusia adalah suatu tanggapan yang salah samasekali, yang akhirnya akan menempatkan fungsi puasa tidak punya arti dan tidak punya tempat lagi. Puasa yang sebenarnya ialah membersihkan jiwa. Orang berpuasa diharuskan oleh pikiran kita yang timbul atas kehendak sendiri, supaya kebebasan kemauan dan kebebasan berpikirnya dapat diperoleh kembali. Apabila kedua kebebasan ini sudah diperolehnya kembali, ia dapat mengangkat ke martabat yang lebih tinggi, setingkat dengan iman yang sebenarnya kepada Allah. Inilah yang dimaksud dengan firman Tuhan - setelah menyebutkan bahwa puasa telah diwajibkan kepada orang-orang beriman seperti sudah diwajibkan juga kepada orang-orang yang sebelum mereka:
"Beberapa hari sudah ditentukan. Tetapi barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau sedang dalam perjalanan, maka dapat diperhitungkan pada kesempatan lain. Dan buat orangorang yang sangat berat menjalankannya, hendaknya ia membayar fid-yah dengan memberi makan kepada orang rniskin, dan barangsiapa mau mengerjakan kebaikan atas kemauan sendiri, itu lebih baik buat dia; dan bila kamu berpuasa, itu lebih baik buat kamu, kalau kamu mengerti." (Qur'an, 2: 184)
Seolah tampak aneh apa yang saya katakan itu, bahwa dengan puasa kita dapat memperoleh kembali kebebasan kemauan dan kebebasan berpikir kalau yang kita maksudkan dengan puasa dengan segala apa yang baik itu untuk kehidupan rohani kita. Ini memang tampak aneh, karena dalam bayangan kita bentuk kebebasan ini telah dirusak oleh pikiran modern, bilamana batas-batas rohani dan mental itu dihancurkan, kemudian batas-batas kebendaannya dipertahankan, yang oleh seorang prajurit dapat dilaksanakan dengan pedang undang-undang. Menurut pikiran modern, manusia tidak bebas dalam hal ia melanda harta atau pribadi orang lain. Akan tetapi ia bebas terhadap dirinya sendiri sekalipun hal ini sudah melampaui batas-batas segala yang dapat diterima akal atau dibenarkan oleh kaidah-kaidah moral. Sedang kenyataan dalam hidup bukan yang demikian. Kenyataannya ialah manusia budak kebiasaannya. Ia sudah biasa makan di waktu pagi; waktu tengah hari, waktu sore. Kalau dikatakan kepadanya: makan pagi dan sore sajalah, maka ini akan dianggapnya suatu pelanggaran atas kebebasannya. Padahal itu adalah pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya, kalau benar ungkapan demikian ini. Orang yang sudah biasa merokok sampai kebatas ia diperbudak oleh kebiasaan merokoknya itu, lalu dikatakan kepadanya: sehari ini kamu jangan merokok, maka ini dianggapnya suatu pelanggaran atas kebebasannya. Padahal sebenarnya itu tidak lebih adalah pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya. Ada lagi orang yang sudah biasa minum kopi atau teh atau minuman lain apa saja dalam waktu-waktu tertentu lalu dikatakan kepadanya: gantilah waktu-waktu itu dengan waktu yang lain, maka pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya itu dianggapnya sebagai pelanggaran atas kebebasannya. Budak kebiasaan serupa ini merusak kemauan, merusak arti yang sebenarnya dari kebebasan dalam bentuknya yang sesungguhnya.
Disamping itu, ini juga merusak cara berpikir sehat, sebab dengan demikian berarti ia telah ditunjukkan oleh pengaruh hajat jasmani dari segi kebendaannya, yang sudah dibentuk oleh kebiasaan itu. Oleh karena itu banyak orang yang telah melakukan puasa dengan cara yang bermacam-macam, yang secara tekun dilakukannya dalam waktu-waktu tertentu setiap minggu atau setiap bulan. Tetapi Tuhan menghendaki yang lebih mudah buat manusia dengan diwajibkan kepada mereka berpuasa selama beberapa hari yang sudah ditentukan, supaya dalam pada itu semua sama, dengan diberikan pula kesempatan fid-yah. Mereka masing-masing yang telah dibebaskan karena dalam keadaan sakit atau sedang dalam perjalanan dapat mengganti puasanya itu pada kesempatan lain.
Kewajiban berpuasa selama hari-hari yang sudah ditentukan untuk memperkuat arti persaudaraan dan persamaan di hadapan Tuhan, sungguh suatu latihan rohani yang luarbiasa. Semua orang, selama menahan diri sejak fajar hingga malam hari mereka telah melaksanakan persamaan itu antara sesama mereka, sama halnya seperti dalam sembahyang jamaah. Dengan persaudaraan demikian selama itu mereka merasakan adanya suatu perasaan yang mengurangi rasa kelebihan mereka dalam mengecap kenikmatan rejeki yang diberikan Tuhan kepadanya. Dengan demikian puasa berarti memperkuat arti kebebasan, persaudaraan dan persamaan dalam jiwa manusia seperti halnya dengan sembahyang.
Kalau kita menyambut puasa dengan kemauan sendiri dengan penuh kesadaran bahwa perintah Tuhan tak mungkin bertentangan dengan cara-cara berpikir yang sehat, yang telah dapat memahami tujuan hidup dalam bentuknya yang paling tinggi, tahulah kita arti puasa yang dapat membebaskan kita dari budak kebiasaan itu, yang juga sebagai latihan dalam menghadapi kemauan dan arti kebebasan kita sendiri. Disamping itu kita pun sudah diingatkan, bahwa apa yang telah ditentukan manusia terhadap dirinya sendiri - dengan kehendak Tuhan - mengenai batas-batas rohani dan mentalnya sehubungan dengan kebebasan yang dimilikinya untuk melepaskan diri dari beberapa kebiasaan dan nafsunya, ialah cara yang paling baik untuk mencapai martabat iman yang paling tinggi itu. Apabila taklid dalam iman belum dapat disebut iman, melainkan baru Islam yang tanpa iman, maka taklid dalam puasa juga belum dapat disebut puasa. Oleh karena itu orang yang bertaklid menganggap puasanya suatu kekangan dan membatasi kebebasannya - sebaliknya daripada dapat memahami arti pembebasan dari belenggu kebiasaan serta konsumsi rohani dan mental yang sangat besar itu.
Zakat
Apabila dengan jalan latihan rohani ini manusia telah sampai kepada arti hukum dan rahasia-rahasia alam dan mengetahui pula dimana tempatnya dan tempat anak manusia ini, cintanya kepada sesama anak manusia akan lebih besar lagi, dan semua anak manusia saling cinta dalam Tuhan. Mereka akan saling tolong-menolong untuk kebaikan dan rasa takwa - menjaga diri dari kejahatan. Yang kuat mengasihi yang lemah, yang kaya mengulurkan tangan kepada yang tidak punya. Ini adalah zakat, dan selebihnya sedekah. Dalam sekian banyak ayat Qur'an selalu mengaitkan zakat dengan salat. Kita sudah membaca firman Tuhan:
"Tetapi kebaikan itu ialah orang yang sudah beriman kepada Allah, kepada hari kemudian, malaikat, Kitab dan para nabi; mengeluarkan harta yang dicintainya itu kepada kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang yang melepaskan perbudakan, mengerjakan salat dan mengeluarkan zakat." (Qur'an, 2: 177)
"Kamu kerjakanlah sembahyang dan keluarkan pula zakat serta tundukkan kepala (ruku') bersama orang-orang yang menundukkan kepala." (Qur'an, 2: 43)
"Beruntunglah orang-orang yang sudah beriman. Mereka yang dengan khusyu' mengerjakan sembahyang. Mereka yang menjauhkan diri dan percakapan yang tiada berguna. Dan mereka yang mengeluarkan zakat." (Qur'an, 23: 1-4)
Ayat-ayat yang mengaitkan zakat dengan salat itu banyak sekali.
Apa yang disebutkan dalam Qur'an tentang zakat dan sedekah cukup menyeluruh dan kuat sekali. Dalam melakukan perbuatan baik, sedekah itu terletak pada tempat pertama, orang yang melakukannya akan mendapat pahala yang amat sempurna. Bahkan ia terletak disamping iman kepada Allah, sehingga kita merasa seolah itu sudah hampir sebanding. Tuhan berfirman:
"Tangkaplah orang itu dan belenggukanlah. Kemudian campakkan kedalam api menyala. Sesudah itu belitkan dengan rantai yang panjangnya tujuhpuluh hasta. Dahulu ia sungguh tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Juga tidak mendorong orang memberi makan orang miskin." (Qur'an, 69: 30-34)
"... Dan sampaikan berita gembira kepada mereka yang taat. Yaitu mereka, yang apabila disebutkan nama Tuhan hatinya merasa takut karena taatnya, dan mereka yang tabah hati terhadap apa yang menimpa mereka serta mereka yang mengerjakan salat dan menafkahkan sebagian rejeki yang diberikan Tuhan kepada mereka."' (Qur'an, 22: 34-35)
"Mereka yang menafkahkan hartanya - baik di waktu malam atau di waktu siang, dengan sembunyi atau terang-terangan, mereka akan mendapat pahala dari Tuhan. Tidak usah mereka takut, juga jangan bersedih hati" (Qur'an, 2: 274)
Qur'an tidak hanya menyebutkan masalah-masalah sedekah serta pahalanya yang akan diberikan Tuhan yang sama seperti pahala orang beriman dan mengerjakan sembahyang, bahkan adab sedekah itu telah dilembagakan pula dengan suatu tatacara yang sungguh baik sekali.
"Bilamana kamu memperlihatkan sedekah itu, itu memang baik sekali. Tetapi kalau pun kamu sembunyikan memberikannya kepada orang fakir, maka itu pun lebih baik lagi buat kamu." (Qur'an, 2: 271)
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai hal-hal yang tidak menyenangkan hati Allah Maha Kaya dan Maha Penyantun. Orang-orang beriman, janganlah kamu hapuskan nilai sedekahmu itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti hati orang." (Qur'an, 2: 263-264)
Firman Tuhan itu memberikan pula penjelasan kepada siapa sedekah itu harus diberikan:
Sedekah itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, orang-orang yang perlu dilunakkan hatinya, untuk melepaskan perbudakan, orang-orang yang dibebani utang, untuk jalan Allah dan mereka yang sedang dalam perjalanan. Inilah yang telah diwajibkan oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Bijaksana." (Qur'an, 9: 60)
Lembaga zakat
Zakat dan sedekah itu salah satu kewajiban dalam Islam, termasuk salah satu rukun Islam. Tetapi apakah kewajiban ini termasuk ibadat, ataukah masuk bagian akhlak? Tentu ini termasuk ibadat. Semua orang beriman bersaudara, dan iman seseorang belum lagi sempurna sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Dengan berpegang pada Nur Ilahi antara sesama mereka, orang-orang beriman saling cinta-mencintai. Kewajiban zakat dan sedekah terikat oleh persaudaraan ini, bukan oleh akhlak dan disiplinnya serta oleh hubungan antar-manusia dengan segala tata-tertibnya. Segala yang terikat oleh persaudaraan, terikat juga oleh iman kepada Allah, dan segala yang terikat oleh iman kepada Allah ialah ibadah. Itu sebabnya maka zakat menjadi salah satu rukun Islam yang lima, dan karena itu pula setelah Nabi wafat Abu Bakr menuntut supaya Muslimin menunaikan zakatnya. Setelah dilihatnya ada sebagian orang yang mau membangkang, Pengganti Muhammad itu melihat pembangkangan ini sebagai suatu kelemahan dalam iman mereka; mereka lebih mengutamakan harta daripada iman, mereka hendak meninggalkan disiplin rohani yang telah ditentukan Qur'an itu. Dengan demikian ini merupakan kemurtadan dari Islam. Karena 'perang ridda' itu jugalah Abu Bakr berhasil mengukuhkan kembali sejarah Islam itu selengkapnya, dan yang tetap menjadi kebanggaan sepanjang sejarah.
Cinta harta
Dengan fungsi zakat dan sedekah sebagai kewajiban yang bertalian dengan iman dalam disiplin rohanl ia dianggap sebagai salah satu unsur yang harus membentuk kebudayaan dunia. Inilah hikmah yang paling tinggi yang akan mengantarkan manusia mencapai kebahagiaannya. Harta dan segala keserakahan orang memupuk-mupuk harta merupakan sebab timbulnya superioritas (rasa keunggulan) seorang kepada yang lain. Sampai sekarang ia masih merupakan sebab timbulnya penderitaan dunia ini dan sumber pemberontakan dan peperangan selalu. Sampai sekarang mammonisma - penyembahan harta - masih tetap merupakan sebab timbulnya dekadensi moral yang selalu menimpa dunia dan dunia tetap bergelimang dibawah bencana itu. Memupuk-mupuk harta dan keserakahan akan harta itulah yang telah menghilangkan rasa persaudaraan umat manusia, dan membuat manusia satu sama lain saling bermusuhan. Sekiranya pandangan mereka itu lebih sehat dengan pikiran yang lebih luhur, tentu akan mereka lihat bahwa persaudaraan itu lebih kuat menanamkan kebahagiaan daripada harta, mereka akan melihat juga bahwa memberikan harta kepada yang membutuhkan akan lebih terhormat pada Tuhan dan pada manusia daripada orang harus tunduk kepada harta itu. Kalau benar-benar mereka beriman kepada Allah tentu mereka akan saling bersaudara, dan manifestasi persaudaraan ini ialah pertolongan kepada orang yang sedang dalam penderitaan, membantu orang yang membutuhkannya dan dapat pula menghapuskan kemiskinan yang akan menjerumuskan manusia kedalam penderitaan itu.
Apabila negara-negara yang sudah tinggi kebudayaannya pada zaman kita sekarang ini mendirikan rumah-rumah sakit, lembaga-lembaga sosial dan amal untuk menolong fakir-miskin, atas nama kasih sayang dan kemanusiaan, maka didirikannya lembaga-lembaga itu karena didorong oleh rasa persaudaraan serta rasa cinta dan syukur kepada Allah atas nikmat yang diterimanya, sungguh ini suatu pikiran yang lebih tinggi dan lebih tepat memberikan kebahagiaan kepada seluruh umat manusia, seperti dalam firman Tuhan:
"Dengan kenikmatan yang telah diberikan Allah kepadamu, carilah kebahagiaan akhirat, tapi jangan kaulupakan nasibmu dalam dunia ini. Berbuatlah kebaikan (kepada orang lain) seperti Tuhan telah berbuat kebaikan kepadamu, dan jangan engkau berbuat bencana di muka bumi ini. Allah sungguh tidak mencintai orang-orang yang berbuat bencana." (Qur'an, 28: 77)
Ibadah haji
Persaudaraan insani ini akan menambah rasa cinta manusia satu sama lain. Dalam Islam, rasa cinta demikian ini tidak seharusnya akan terhenti pada batas-batas tanah air tertentu, atau hanya terbatas pada salah satu benua. Yang seharusnya bahkan tidak boleh mengenal batas samasekali.
Oleh karena itu, dari seluruh pelosok bumi manusia harus saling mengenal, supaya satu sama lain dapat menambah rasa cinta kepada Allah, dan rasa cinta ini akan menambah tebal iman mereka kepada Allah. Untuk mencapai itu manusia dari segenap penjuru bumi harus berkumpul dalam satu irama yang sama, tanpa diskriminasi, dan tempat berkumpul yang terbaik untuk itu ialah di tempat memancarnya cinta ini. Dan tempat itu ialah Baitullah di Mekah, dan inilah yang disebut ibadah haji. Orang-orang beriman tatkala berkumpul disana, tatkala mereka melaksanakan segala upacara, mereka menempuh cara hidup yang luhur sebagai teladan iman kepada Allah, dengan niat yang ikhlas menghadapkan diri kepadaNya.
"Musim haji itu ialah dalam beberapa bulan yang sudah ditentukan. Barangsiapa sudah membulatkan niat selama bulan-bulan itu hendak menunaikan ibadah haji, maka tidak boleh ada suatu percakapan kotor, perbuatan jahat dan berbantah-bantahan selama dalam mengerjakan haji. Segala perbuatan baik yang kamu lakukan, Tuhan mengetahuinya. Bawalah perbekalanmu, dan perbekalan yang paling baik ialah menjaga diri dari perbuatan hina. Patuhilah Aku, wahai orang-orang yang berpikiran sehat." (Qur'an. 2: 197)
Di dataran tinggi ini, di tempat orang-orang beriman menunaikan ibadah haji untuk saling berkenalan, untuk saling mempererat tali persaudaraan, dan tali persaudaraan ini akan lebih memperkuat iman di tempat ini - segala perbedaan dan diskriminasi yang bagaimanapun di kalangan orang-orang beriman itu harus hilang. Mereka harus merasa, bahwa dihadapan Tuhan mereka itu sama. Mereka menghadapkan seluruh hati sanubarinya untuk mernenuhi panggilan Tuhan, benar-benar beriman akan keesaanNya, bersyukur akan nikrnat yang telah diberikanNya. Rasanya tak ada kenikmatan yang lebih besar daripada nikmat iman akan keagungan Tuhan, sumber segala kebahagiaan. Dihadapan cahaya iman serupa ini, segala angan-angan kosong tentang hidup akan sirna, segala kebanggaan dan kecongkakan karena harta, karena turunan, karena kedudukan dan kekuasaan akan lenyap. Dan karena cahaya iman itu juga, maka manusia akan dapat menyadari arti kebenaran, kebaikan dan keindahan yang ada dalam dunia ini, akan dapat memahami undang-undang Tuhan yang abadi, dalam semesta alam ini, yang takkan pernah berubah dan berganti. Suatu pertemuan umum yang luas ini telah dapat melaksanakan arti persaudaraan dan persamaan semua orang beriman dalam bentuknya yang paling luas, luhur dan bersih.
Norma-norma etik dalam Islam
Inilah ketentuan-ketentuan dan kaidah-kaidah Islam seperti yang diwahyukan kepada Muhammad 'alaihissalam. Ini terrnasuk prinsip-prinsip iman seperti sudah kita lihat dalam ayat-ayat yang kita kutip tadi, dan sebagai prinsip-prinsip kehidupan rohani Islam. Sesudah semua kita lihat, akan mudah sekal kita menilai, norrna-norma etika apa yang harus kita terapkan atas dasar itu. Norma-norma ini memang sungguh luhur sekali, yang memang belum ada tandingannya dalam kebudayaan mana pun atau dalam zaman apa pun. Apa yang akan membawa manusia untuk mencapai kesempurnaannya bila saja ia dapat melatih diri sebagaimana mestinya, oleh Qur'an sudah dirumuskan, bukan hanya dalam satu surah saja hal ini disebutkan, bahkan disana-sini juga disebut. Begitu salah satu surah kita baca, kita sudah dibawa ke puncak yang lebih tinggi, yang belum dicapai oleh suatu kebudayaan sebelum itu, juga tidak mungkin akan dicapai oleh kebudayaan yang sesudah itu. Untuk mengetahui betapa agungnya klimaks yang telah dicapai itu cukup kita lihat misalnya adat sopan santun atas dasar rohani ini yang bersumberkan keimanan kepada Allah serta latihan mental dan hati kita atas dasar tersebut, tanpa orang melihat akan mencari keuntungan materi di balik sernua itu.
Insan Kamil dalam Qur'an
Dalam berbagai zaman dan bangsa, penulis-penulis sudah sering sekali melukiskan gambar Manusia Sempurna - atau Superman. Penyair-penyair, para pengarang, filsuf-filsuf dan penulis-penulis drama, sejak zaman dahulu mereka sudah pernah melukiskan gambaran ini, dan sampai sekarang masih terus melukiskan. Tetapi sungguhpun demikian, tidak akan ada sebuah gambaran manusia sempurna yang dilukiskan begitu cemerlang dan unik seperti disebutkan dalam rangkaian Surah al-Isra' (17). Ini baru sebagian saja hikmah yang diwahyukan Allah kepada Rasul, bukan dimaksudkan untuk melukiskan Manusia Sempurna melainkan untuk mengingatkan manusia tentang beberapa kewajiban. Dalam hal ini firman Allah:
"Dan Tuhanmu sudah memerintahkan, jangan ada yang kamu sembah selain Dia dan supaya berbuat baik kepada ibu-bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, janganlah kamu mengucapkan kata "ah" kepada mereka dan jangan pula kamu membentak mereka, tapi ucapkanlah dengan kata-kata yang mulia kepada mereka (93). Dan rendahkanlah harimu dengan penuh kesayangan kepada mereka, dan doakan: 'Ya Allah, beri rahmatlah kepada mereka berdua, seperti kasih-sayang mereka mendidikku sewaktu aku kecil' (24) Tuhan kamu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Kalau kamu orang-orang yang berguna. Dia Maha Pengampun kepada mereka yang mau bertaubat (25). Berikanlah kepada keluarga yang dekat itu bagiannya, begitu juga kepada orang-orang miskin dan orang dalam perjalanan. Tetapi jangan kamu hambur-hamburkan secara boros (26). Pemboros-pemboros itu sungguh golongan setan, sedang setan sungguh ingkar kepada Tuhan (27). Dan jika kamu berpaling dari mereka karena hendak mencari kurnia Tuhan yang kauharapkan, katakanlah kepada mereka dengan kata-kata yang lemah lembut (28). Jangan kaujadikan tanganmu terbelenggu ke kuduk, dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya, supaya engkau tidak jadi tercela dan menyesal (29). Sesungguhnya Tuhan melimpahkan rejeki kepada siapa saja dan menentukan ukurannya. Dia Maha mengetahui akan hamba-hambaNya (30). Dan jangan kamu membunuhi anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami yang memberi rejeki mereka, juga rejeki kamu: sebab membunuh mereka suatu kesalahan besar (31). Janganlah kamu mendekati perjinahan, sebab perbuatan itu sungguh keji, dan cara yang sangat buruk (32). Janganlah kamu menghilangkan nyawa orang yang sudah dilarang Tuhan, kecuali atas dasar yang benar. Dan barangsiapa dibunuh tidak pada tempatnya, maka kepada penggantinya telah kami berikan kekuasaan; tetapi janganlah dia membunuh dengan melanggar batas karena dia pun (yang dibunuh) mendapat pertolongan (33). Harta anak yatim jangan kamu dekati, kecuali dengan cara yang baik sekali - sampai dia dewasa. Dan penuhilah janji itu, sebab setiap janji menghendaki tanggungjawab (34). Jagalah sukatanmu bila kamu menakar, penuhilah dan timbanglah dengan timbangan yang jujur. Itulah cara yang baik dan akan lebih baik sekali kesudahannya (35). Dan janganlah engkau mencampuri persoalan yang tidak kauketahui; sebab segala pendengaran, penglihatan dan isi hati orang, semua itu akan dimintai pertanggunganjawaban (36). Juga janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan congkak, sebab engkau tidak akan dapat menembus bumi ini, juga tidak akan sampai setinggi gunung (37). Semua itu suatu kejahatan yang dalam pandangan Tuhan sangat buruk sekali." (38) (Qur'an, 17: 23 - 38)
Sungguh ini suatu budi pekerti yang luhur, suatu integritas moral yang sempurna sekali! Setiap ayat yang tersebut ini akan membuat pembaca jadi tertegun membacanya, ia akan mengagungkannya melihat susunan yang begitu kuat, begitu indah, dengan daya tarik kata-katanya, artinya yang sangat luhur serta cara melukiskannya yang sudah merupakan suatu mujizat.3 Sayang sekali disini tempatnya tidak mengijinkan kita menyatakan rasa kekaguman itu! Ya, bagaimana akan mungkin, sedang untuk membicarakan keenam belas ayat itu saja seharusnya diperlukan sebuah buku tersendiri yang cukup besar!
Qur'an dan budi-pekerti
Kalau kita mau membawakan satu segi saja dari budi-pekerti dan pendidikan akhlak yang terdapat dalam Qur'an, tentunya bidangnya akan luas sekali, yang tidak mungkin dapat ditampung dalam penutup buku ini. Cukup kiranya kalau kita sebutkan, bahwa tidak ada sebuah buku pun yang pernah memberikan dorongan begitu besar kepada orang supaya melakukan kebaikan, seperti yang diberikan oleh Qur'an itu. Tidak ada buku yang begitu agung mengangkat martabat manusia seperti yang diperlihatkan Qur'an. Juga yang bicara tentang perbuatan baik dan kasih-sayang, tentang persaudaraan dan cinta-kasih, tentang tolong-menolong dan keserasian, tentang kedermawanan dan kemurahan hati, tentang kesetiaan dan menunaikan amanat, tentang kehersihan dan ketulusan hati, keadilan dan sifat pemaat, kesabaran, ketabahan, kerendahan hati dan dorongan melakukan perbuatan terhormat, berbakti dan mencegah melakukan perbuatan jahat, dengan i'jaz4 (mujizat) yang tak ada taranya dalam menyajikan seperti yang dikemukakan oleh Qur'an itu. Tak ada buku melarang sikap lemah dan pengecut, sifat egoisma dan dengki, kebencian dan kezaliman, berdusta dan mengumpat, pemborosan, kekikiran, tuduhan palsu dan perkataan buruk, permusuhan, perusakan, tipu-muslihat, pengkhianatan dan segala sifat dan perbuatan hina dan mungkar - seperti yang dilarang oleh Qur'an, dengan begitu kuat, meyakinkan, dengan i'jaz (mujizat), yang diturunkan dalam wahyu kepada Nabi berbangsa Arab itu. Tiada sebuah surah pun yang kita baca, yang tidak akan memberi anjuran yang mendorong kita melakukan perbuatan baik, menganjurkan kita berbakti dan mencegah kita melakukan perbuatan jahat. Dianjurkannya orang mencapai kesempurnaan yang akan membawa kepada kehidupan harga diri dan budipekerti yang luhur. Kita dengarkan Qur'an mengenai toleransi:
"Tangkislah kejahatan itu dengan cara yang sebaik-baiknya. Kami mengetahui apa yang mereka sebutkan." (Qur'an, 23: 96)
"Kebaikan dan kejahatan itu tidak sama. Tangkislah (kejahatan) itu dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga orang yang tadinya bermusuhan dengan engkau, akan menjadi sahabat yang akrab sekali." (Qur'an, 41: 34)
Tetapi toleransi yang dianjurkan Qur'an ini tidak mendorong orang bersikap lemah, melainkan menyuruh orang supaya berwatak terhormat (nobility of character), selalu berlumba untuk kebaikan dan menjauhkan diri dari segala kehinaan:
"Apabila ada orang memberi salam penghormatan kepadamu, balaslah dengan cara yang lebih baik, atau (setidak-tidaknya) dengan yang serupa." (Qur'an, 4: 86)
"Dan kalau kamu mengadakan (pukulan) pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan terhadap kamu. Tetapi kalau kamu tabah hati, itulah yang paling baik bagi mereka yang berhati tabah (sabar)." (Qur'an, 16: 126)
Dan ini jelas sekali, bahwa toleransi yang dianjurkan itu ialah dalam arti yang terhormat, tanpa bersikap lemah samasekali, melainkan sepenuhnya sikap yang disertai harga diri.
Toleransi yang dianjurkan oleh Qur'an dengan cara yang terhormat ini dasarnya ialah persaudaraan, yang oleh Islam dijadikan tiang kebudayaan, dan yang dimaksud pula menjadi persaudaraan antar-manusia di seluruh jagat. Corak persaudaraan Islam ini ialah yang terjalin dalam keadilan dan kasih-sayang tanpa suatu sikap lemah dan menyerah. Persaudaraan atas dasar persamaan dalam hak, dalam kebaikan dan kebenaran tanpa terpengaruh oleh untung-rugi kehidupan duniawi, sekalipun mereka dalam kekurangan. Mereka ini lebih takut kepada Allah daripada kepada yang lain. Mereka ini orang-orang yang punya harga diri. Sungguhpun begitu mereka sangat rendah hati. Mereka orang-orang yang dapat dipercaya, yang menepati janji bila mereka berjanji, orang-orang yang sabar dan tabah dalam menghadapi kesulitan, yang apabila mendapat musibah, mereka berkata: Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun - 'Kami kepunyaan Allah dan kepadaNya juga kami kembali.' Tak ada yang membuang muka dan berjalan di muka bumi dengan sikap congkak. Tuhan menjauhkan mereka dari sifat serakah dan kikir, tiada berkata dusta, terhadap Tuhan dan kepada sesamanya. Mereka tidak mau menyebarkan perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman, mereka menjauhkan diri dari segala dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah, mereka segera meminta maaf. Mereka dapat menahan amarah dan dapat pula memaafkan orang lain. Sedapat mungkin mereka menghindarkan prasangka, mereka tidak mau saling memata-matai atau saling menggunjing dari belakang. Mereka tidak boleh memakan harta sesamanya dengan cara yang tidak sah, lalu akan membawa perkara itu kepada hakim, supaya mereka dapat memakan harta orang lain dengan cara dosa itu. Jiwa mereka dibersihkan dari segala sifat dengki, tipu-menipu, cakap kosong dan segala perbuatan yang rendah.
Sistem moral
Ciri-ciri khas watak dan etika yang menjadi landasan budi-pekerti dan pendidikan akhlak yang murni itu dasarnya ialah - seperti yang sudah kita sebutkan - disiplin rohani seperti yang ditentukan oleh Qur'an dan yang bertalian pula dengan iman kepada Allah. Inilah soal yang pokok sekali dan ini pula yang akan menjamin adanya sistem moral dalam jiwa orang dengan tetap bersih dari segala noda, jauh dari segala penyusupan yang mungkin akan merusak. Moral yang dasarnya memperhitungkan untung-rugi segera akan diperbesar selama ia yakin bahwa kelemahan demikian itu tidak akan menggangu keuntungannya. Orang yang dasar moralnya memperhitungkan untung-rugi demikian ini sikap luarnya akan berbeda dengan isi hati. Keadaannya yang disembunyikan akan berbeda dengan yang diperlihatkan kepada orang. Ia berpura-pura jujur, tapi tidak akan segan-segan ia menjadikan itu hanya sebagai tameng untuk memancing keuntungan. Ia berpura-pura benar, tapi tidak akan segan-segan ia meninggalkannya kalau dengan meninggalkan itu ia akan mendapat keuntungan. Orang yang pertimbangan moralnya demikian ini dalam menghadapi godaan mudah sekali jadi lemah, mudah sekali terbawa arus nafsu dan tujuan-tujuan tertentu!
Kelemahan ini ialah gejala yang jelas terlihat dalam dunia kita sekarang. Sudah sering sekali orang mendengar adanya perbuatan-perbuatan skandal dan korupsi dimana-mana dalam dunia yang sudah beradab ini. Sebabnya ialah karena kelemahan, orang lebih mencintai harta dan kedudukan atau kekuasaan daripada nilai moral yang tinggi dan iman yang sebenarnya. Tidak sedikit mereka terjerumus masuk ke dalam jurang tragedi moral dan melakukan kejahatan yang paling keji, kita lihat pada mulanya mereka pun berakhlak baik, tetapi masih untung-rugi itu juga yang menjadi dasar moralnya. Tadinya mereka menganggap bahwa sukses dalam hidup ini bergantung pada kejujuran. Lalu mereka bersikap jujur karena ingin sukses, bukan bersikap jujur karena terikat oleh akidahnya -oleh keyakinan batinnya. Mereka berhenti hanya sampai disitu, meskipun ini sangat membahayakan dirinya. Tetapi setelah mereka lihat bahwa mengabaikan masalah kejujuran dalam peradaban abad kini merupakan salah satu jalan mencapai sukses, maka kejujuran itu pun mereka abaikan. Yang demikian ini ada yang tetap tertutup dari mata orang, rahasianya tidak sampai terbongkar dan akan tetap dipandang terhormat, tetapi ada juga yang rahasianya terbongkar dan ia tercemar, yang kadang berakhir dengan bunuh diri.
Jadi pembinaan sistem watak dan moral atas dasar untung-rugi ini sewaktu-waktu akan menjerumuskannya kedalam bahaya. Sebaliknya, apabila pembinaannya itu didasarkan atas sistem rohani seperti dirumuskan oleh Qur'an, ini akan menjamin tetap bertahan, takkan terpengaruh oleh sesuatu kelemahan. Niat yang menjadi pangkal bertolaknya perbuatan ialah dasar perbuatan itu dan sekaligus harus menjadi kriteriumnya pula. Orang yang membeli undian untuk Pembanguman sebuah rumahsakit, ia tidak membelinya dengan niat hendak beramal, melainkan karena mengharapkan keuntungan. Orang yang memberi karena ada orang yang datang meminta secara mendesak dan ia memberi karena ingin melepaskan diri, tidak sama dengan orang yang memberi karena kemauan sendiri, yaitu memberi kepada mereka yang tidak meminta secara mendesak, mereka yang oleh orang yang tidak mengetahui dikira orang-orang yang berkecukupan karena mereka memang tidak mau meminta-minta itu. Orang yang berkata sebenarnya kepada hakim karena takut akan sanksi hukum terhadap seorang saksi palsu, tidak sama dengan orang yang berkata sebenarnya karena ia memang yakin akan arti kebenaran itu. Juga moral yang landasannya perhitungan untung rugi kekuatannya tidak akan sama dengan moral yang sudah diyakini benar bahwa itu bertalian dengan kehormatan dirinya sebagai manusia, bertalian dengan keimanannya kepada Allah. Dalam hatinya sudah tertanam landasan rohani yang dasarnya keimanan kepada Allah itu.
Arti larangan minuman keras dan judi
Qur'an tetap menekankan, bahwa pikiran yang rasionil harus tetap bersih, jangan dimasuki oleh sesuatu yang akan mempengaruhi lukisan iman dan watak yang indah itu. Oleh karenanya minuman keras dan judi itu dipandang kotor sebagai perbuatan setan. Kalaupun ada manfaatnya buat orang, namun dosanya lebih besar dari manfaatnya. Dengan demikian harus dijauhi. Perjudian akan mengalihkan perhatian si penjudi dari persoalan lain, waktunya akan habis dan hiburan ini akan membuatnya lupa dari segala kewajiban moral yang baik. Sedang minuman keras akan menghilangkan pikiran dan harta - untuk meminjam katakata Umar bin'l-Khattab, ketika ia berharap Tuhan akan memberikan penjelasan mengenai hal ini. Sudah wajar sekali pikiran yang rasionil itu akan jadi sesat kalau ia hilang atau berubah, dan kesesatan itu akan lebih mudah mendorong orang melakukan perbuatan rendah, sebaliknya daripada akan menjauhkan diri dari kejahatan.
Sistem moral yang dibawa Qur'an untuk 'negara utama' itu bukan dengan tujuan supaya jiwa manusia samasekali jauh dari kenikmatan hidup yang diberikan Tuhan, sehingga karenanya ia akan hanyut ke dalam hidup pertapaan dalam merenungkan alam, dan menyiksa diri dalam menuntut ilmu untuk itu. Sistem moral ini tidak rela membiarkan manusia menyerahkan diri kepada kesenangan supaya jangan ia tenggelam kedalam jurang kemewahan dan karenanya ia akan melupakan segalanya. Bahkan moral ini hendak membuat manusia menjadi umat pertengahan, mengarahkan mereka kepada lembaga budi yang lebih murni, lembaga yang mengenal alam dan segala isinya ini.
Qur'an dan ilmu pengetahuan
Qur'an bicara tentang ciptaan Tuhan yang ada dalam alam ini dengan suatu pengarahan yang hendak mengantarkan kita sejauh mungkin dapat kita ketahui. Ia bicara tentang bulan hari Pertama, tentang matahari dan bulan, tentang siang dan malam, tentang bumi dan apa yang dihasilkan bumi, tentang langit dan bintang-bintang yang menghiasinya, tentang samudera, dengan kapal yang berlayar supaya kita dapat menikmati karunia Tuhan, tentang binatang untuk beban dan ternak, tentang ilmu dan segala cabangnya yang terdapat dalam alam ini. Qur'an bicara tentang semua ini, dan menyuruh kita merenungkan dan mempelajarinya, supaya kita menikmati segala peninggalan dan hasilnya itu sebagai tanda kita bersyukur kepada Allah. Apabila Qur'an telah mengajarkan etika Qur'an kepada manusia, menganjurkan mereka supaya berusaha terus untuk mengetahui segala yang ada dalam alam ini, sudah sepatutnya pula bila dari pengamatan mereka dengan jalan akal pikiran itu, mereka akan sampai ke tujuan sejauh yang dapat ditangkap oleh akal pikirannya itu. Sudah sepatutnya pula mereka membangun sistem ekonominya itu atas dasar yang sempurna.
Sistem ekonomi
Sistem ekonomi yang dibangun atas dasar moral dan rohani seperti yang sudah kita sebutkan itu, sudah seharusnya akan mengantarkan manusia ke dalam hidup bahagia, dan menghapus segala penderitaan dari muka bumi ini. Prinsip-prinsip agung yang oleh Qur'an ditekankan sekali supaya ditanamkan kedalam jiwa seperti di tempat akidah dan iman itu, akan membuat orang tidak sudi melihat masih adanya penderitaan di muka bumi ini, atau masih adanya kekurangan yang dapat diberantas tapi tidak dilakukan. Bagi orang yang sudah mendapat ajaran ini yang pertama sekali akan ditolaknya ialah riba yang menjadi dasar kehidupan ekonomi dewasa ini, dan yang menjadi sumber pendieritaan seluruh umat manusia. Oleh karena itu Qur'an secara tegas sekali mengharamkan, seperti dalam firman Tuhan:
Larangan riba
"Mereka yang memakan riba tidak akan dapat berdiri, kalau pun berdiri hanya akan seperti orang yang sudah kemasukan setan karena penyakit gila." (Qur'an 2: 275)
"Setiap riba yang kamu lakukan untuk menambah harta orang lain dalam pandangan Allah tidak akan dapat bertambah. Tetapi zakat yang kamu lakukan demi keridaan Allah, mereka itu yang akan mendapat balasan berlipat ganda." (Qur'an 30: 39)
Diharamkannya riba adalah norma dasar untuk kebudayaan yang akan dapat menjamin kebahagiaan dunia. Bahaya riba dalam bentuknya yang paling kecil ialah ikut sertanya orang yang tidak bekerja dalam suatu hasil usaha orang lain hanya karena ia sudah meminjamkan uang kepadanya, dengan alasan lagi bahwa dengan meminjamkan itu ia sudah membantu orang lain memperoleh hasil keuntungan itu. Sebaliknya kalau ini tidak dilakukan si peminjam tidak akan dapat berusaha dan dengan sendirinya takkan dapat memungut keuntungan. Kalau hanya ini saja satu-satunya bentuk riba itu, ini pun takkan dapat dijadikan alasan. Kalau orang yang meminjamkan uang itu mampu menjalankan sendiri, ia tidak akan meminjamkannya kepada orang lain, dan kalau uang itu tetap ditangannya sendiri tidak dijalankan dalam usaha, maka uang itu pun tidak akan mendatangkan keuntungan. Sebaliknya, sedikit demi sedikit uangnya itu akan habis dimakan pemiliknya sendiri. Jika ia akan meminta bantuan orang lain menjalankan uangnya dengan bagi hasil menurut keuntungan yang akan diperoleh, tentu caranya bukan dengan jalan dipinjamkan sebagai modal dengan laba tertentu, melainkan dengan cara si pemilik uang itu ikut serta dengan orang yang menjalankan uangnya atas dasar bagi untung. Kalau si pengusaha beruntung, maka si pemilik modal itu pun akan mendapat bagian keuntungan; kalau rugi, dia pun akan turut memikul kerugiannya. Sebaliknya kalau kepada pemilik modal itu akan ditentukan suatu laba, meskipun yang mengusahakan tidak mendapat keuntungan apa-apa, maka itu adalah suatu eksploitasi illegal, suatu pemerasan yang tidak sah.
Dan tidak akan dapat terjadi bahwa harta itu dapat diperlakukan seperti yang lain-lain, dapat dipersewakan seperti menyewakan tanah atau menyewakan hewan, dan bahwa laba uang tunai harus sesuai dengan hasil sewa barang-barang yang lain itu. Uang yang dapat dipakai untuk pengeluaran dan dapat juga dipakai untuk produksi, yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan dan juga dapat menimbulkan kejahatan (dosa), dengan harta bergerak dan tidak bergerak lainnya, besar sekali perbedaannya. Orang yang menyewa tanah, rumah, hewan atau barang apa pun, tentu karena ingin dimanfaatkan, yang berarti akan sangat berguna buat dia, kecuali jika dia memang orang bodoh atau orang edan, yang segala gerak-geriknya sudah tidak lagi diperhitungkan orang.
Sebaliknya yang mengenai uang modal, yang biasanya dipinjam untuk tujuan-tujuan perdagangan yang sebaik-baiknya. Perdagangan itu senantiasa dihadapkan kepada soal untung atau rugi. Sedang mengenai sewa-menyewa barang-barang bergerak dan tidak bergerak untuk dijalankan dalam usaha, sedikit sekali yang mengalami kerugian, kecuali dalam keadaan yang abnormal, yang tidak masuk dalam keadaan biasa. Apabila keadaan abnormal ini yang terjadi, maka kekuasaan hukum segera pula campur tangan antara si pemilik dengan si penyewa - seperti yang sering terjadi dalam semua negara di dunia - untuk menghilangkan ketidak adilan terhadap si penyewa serta menolongnya dari tindakan si pemilik yang hanya akan memungut laba dari usahanya itu. Sebaliknya, dengan menentukan bunga uang tunai, dengan lebih-kurang 7% atau 9%, maka ini tidak akan mengubah, bahwa si peminjam dapat terancam oleh kerugian modal, disamping kerugian usahanya sendiri. Apabila disamping itu dia masih juga lagi dituntut dengan bunga, maka inilah yang disebut kejahatan (dosa). Akibat ini akan menimbulkan permusuhan, sebaliknya daripada persaudaraan; akan menimbulkan kebencian, bukan cinta kasih. Inilah sumber kesengsaraan dan segala krisis yang diderita umat manusia dewasa ini.
Bahaya riba yang lain
Kalau memang inilah bahaya riba dalam bentuknya yang paling kecil, dan begitu pula akibat-akibat yang timbul, apalagi dengan bentuk lain tatkala si pemberi pinjaman itu sudah lebih mendekati binatang buas daripada manusia, atau sipeminjam itu sudah sangat membutuhkan uang di luar keperluan penanaman modal atau produksi. Adakalanya ia sangat membutuhkan uang untuk keperluan nafkah yang konsumtif, untuk keperluan makannya atau makan keluarganya. Ketika itulah perhatiannya hanya pada yang lebih mudah saja dulu, sebelum ia dapat memegang sesuatu pekerjaan yang dapat menjamin keperluan hidupnya dan kemudian dapat membayar kembali utangnya. Ini sudah merupakan satu tugas perikemanusiaan sebagai langkah pertama. Dan ini pula yang dirumuskan oleh Qur'an. Bukankah dalam keadaan serupa ini pemberian pinjaman dengan riba sudah merupakan suatu kejahatan yang sama dengan pembunuhan? Yang lebih parah lagi dari kejahatan ini ialah adanya segala macam tipu-muslihat dengan jalan riba itu untuk merampas harta orang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak pandai menjaga hartanya. Tipu muslihat ini tidak kurang pula jahatnya dari pencurian yang rendah. Dan setiap pelaku ke arah ini harus dihukum seperti pencuri atau lebih keras lagi.
Riba dan penjajahan
Riba adalah salah satu faktor yang turut menjerumuskan dunia ke dalam bencana penjajahan, dengan segala macam penderitaan yang ditimbulkan oleh penjajahan itu. Sebagian besar masalah penjaJahan itu dimulai oleh sekelompok tukang-tukang riba - secara perseorangan atau dalam bentuk badan-badan usaha - yang mendatangi beberapa negara dengan memberikan pinjaman kepada penduduk. Kemudian mereka menyusup masuk lebih dalam lagi sampai mereka dapat menguasai sumber-sumber kekayaan. Bilamana kelak anak negeri sudah menyadari kembali dan hendak mempertahankan diri dan harta mereka, orang-orang asing itu cepat-cepat meminta bantuan negaranya. Negara ini pun kemudian masuk atas nama hendak melindungi rakyatmya. Kemudian ia menyusup juga masuk lebih dalam lagi, lalu berkuasa sebagai penjajah. Sekarang mereka sebagai yang dipertuan. Kemerdekaan orang lain dirampas. Sebagian besar sumber-sumber kskayaan negeri itu mereka kuasai. Dengan demikian kekayaan mereka jadi hilang, penderitaan mulai mencekam seluruh kawasan itu dan bayangan kesengsaraan sudah pula merayap-rayap kedalam hati mereka. Pikiran mereka jadi kacau, moral jadi lemah, iman mereka pun mulai goyah. Martabat mereka jadi turun dari taraf manusia yang sebenarnya ke taraf yang lebih hina, yang bagi orang yang beriman kepada Allah tidak akan sudi hidup demikian, sebab, hanya kepada Allah semata orang merendahkan diri dan harus mengabdi.
Juga penjajahan itu sumber peperangan, sumber penderitaan besar yang sangat menekan kehidupan seluruh umat manusia dewasa ini. Selama ada riba, selama ada penjajahan, jangan diharap manusia akan dapat kembali ke masa persaudaraan dan saling cinta antara sesamanya. Harapan akan kembali ke masa serupa itu tidak akan ada, kecuali jika kebudayaan atas dasar yang dibawa oleh Islam dan diwahyukan dalam Qur'an itu dapat dibangun kembali.
Sosialisma Islam
Didalam Qur'an ada konsepsi sosialisma yang belum lagi dibahas orang. Sosialisma ini tidak didasarkan kepada perang modal dan perjuangan kelas, seperti yang terdapat sekarang dalam sosialisma Barat, melainkan dasarnya ialah karakter dan moral yang tinggi yang akan menjamin adanya persaudaraan kelas, adanya kerja-sama dan saling bantu atas dasar kebaikan dan kebaktian, bukan kejahatan dan saling permusuhan. Tidak sulit orang akan melihat landasan sosialisma atas dasar persaudaraan ini, seperti yang sudah ditentukan oleh Qur'an mengenai zakat dan sedekah misalnya. Orang dapat menilai, bahwa ini bukanlah sosialisma dengan dominasi suatu kelas atas kelas yang lain, atau kekuasaan suatu golongan atas golongan yang lain. Kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an tidak mengenal adanya dominasi atau sikap berkuasa, melainkan atas dasar persaudaraan yang sungguh-sungguh yang didorong oleh keyakinan yang kuat akan persaudaraan itu; suatu keyakinan yang membuat orang dengan mengingat karunia Tuhan itu mau memberi untuk si miskin, orang melarat, orany yang membutuhkan dan segala yang diperlukannya akan makanan, tempat tinggal, obat-obatan, pengajaran dan pendidikan. Mereka memberikan itu atas dasar keikhlasan dan kejujuran. Dengan demikian penderitaan dapat dihilangkan, karunia Tuhan dan kebahagiaan dapat merata kepada umat manusia.
Tidak menghapuskan hak milik secara mutlak
Sosialisma Islam ini tidak sampai menghapuskan hak milik secara mutlak, seperti halnya dengan sosialisma Barat. Kenyataan sudah membuktikan - bolsyevisma di Rusia dan negara-negara sosialis lainnya - bahwa menghapuskan hak milik itu suatu hal yang tidak mungkin. Sungguhpun begitu, namun perusahaan-perusahaan negara harus tetap menjadi milik bersama untuk kepentingan semua orang. Mengenai ketentuan perusahaan-perusahaan negara itu terserah kepada negara. Oleh karena itu mengenai ketentuan ini sejak abad-abad permulaan dalam sejarah Islam sudah terdapat perbedaan pendapat. Dari kalangan sahabat-sahabat Nabi sendiri ada yang terlampau keras menjalankan ketentuan sosialisma ini, sehingga segala yang diciptakan Tuhan dijadikan milik bersama dan untuk kepentingan umum. Mereka memandang tanah dan segala yang terkandung, sama dengan air dan udara, tidak boleh menjadi milik pribadi. Yang boleh dimiliki hanya hasilnya, yang disesuaikan dengan usaha dan perjuangan masing-masing. Ada juga yang tidak berpendapat demikian. Mereka menyatakan bahwa tanah boleh dimiliki dan dianggap sebagai barang-barang yang boleh dipertukarkan.
Sistem sosialisma yang sudah mantap
Akan tetapi persetujuan yang sudah dicapai di kalangan mereka ialah sama dengan yang berlaku di Eropa sekarang, yaitu menentukan bahwa setiap orang harus mencurahkan segala kemampuannya untuk kepentingan masyarakat, dan masyarakat harus pula berusaha, untuk kepentingan pribadi dalam mengatasi segala keperluannya. Setiap Muslim berhak menerima kebutuhannya serta kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya dari baitulmal (perbendaharaan negara) Muslimin, selama ia belum mendapat pekerjaan yang akan menjamin keperluan hidupnya, atau selama pekerjaan yang dipegangnya itu tidak mencukupi keperluannya dan keperluan keluarganya.
Selama norma-norma etik di dalam Qur'an seperti yang sudah kita sebutkan itu dijalankan, maka tidak akan ada orang yang mau berdusta; tidak akan ada orang yang mau mengatakan, bahwa ia penganggur, padahal yang sebenarnya dia tidak mau bekerja, tidak akan ada orang yang mau menyatakan, bahwa penghasilan dari pekerjaannya tidak mencukupi, padahal sebenarnya sudah lebih dari cukup. Khalifah-khalifah pada masa permulaan Islam dahulu sudah mewajibkan diri menyelidiki sendiri keadaan umat Islam untuk kemudian dapat mengatasi segala keperluan orang yang memang berada dalam kebutuhan.
Sosialisma dasarnya persaudaraan
Dari sini dapat kita lihat bahwa sosialisma dalam Islam bukanlah sosialisma harta serta pembagiannya, melainkan sosialisma yang menyeluruh, yang dasarnya persaudaraan dalam kehidupan rohani dan moral serta dalam kehidupan ekonomi. Kalau seseorang belum sempurna imannya sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, maka imannya itu pun memang tidak sempurna kalau tidak dapat ia turut mendukung orang memberantas kemiskinan dan memberikan derma atau dana untuk kemakmuran bersama, membagikan kekayaan sebagai karunia Tuhan itu, baik dengan diketahui, atau tidak diketahui orang. Makin besar cintanya kepada orang lain, makin dekat ia kepada Tuhan. Dia sedikit pun merasa lebih gembira. Apabila Tuhan telah membuat manusia itu bertingkat-tingkat, memberikan rejeki kepada siapa saja yang dikehendakiNya serta menentukan pula, maka manusia takkan lebih baik keadaannya kalau tak ada rasa saling hormat, yang kecil menghormati yang lebih besar, yang besar mencintai yang lebih kecil, si kaya mau memberi untuk si miskin demi Allah semata, karena rasa syukur.
Rasanya tidak perlu kita menyebutkan lagi apa yang sudah disebutkan Qur'an tentang sistem ekonomi, tentang waris, tentang wasiat (testamen), tentang perjanjian-perjanjian, perdagangan dan sebagainya. Dalam memberikan isyarat yang singkat sekalipun mengenai masalah-masalah hukum atau soal-soal kemasyarakatan, akan memerlukan ruangan sekian kali lebih banyak dari pasal ini. Cukup kalau kita sebutkan saja, bahwa apa yang sudah disebutkan dalam Qur'an sehubungan dengan masalah-masalah tersebut kiranya sampai sekarang belum ada suatu undang-undang yang lebih baik dari itu. Bahkan orang akan terkejut sekali bila ia melihat adanya beberapa penjelasan seperti perjanjian tertulis mengenai utang-piutang sampai pada waktu tertentu kecuali dalam perdagangan, atau seperti dalam mengirimkan dua orang juru pendamai jika dikuatirkan akan terjadi perceraian antara suami isteri, atau terhadap dua golongan yang sedang berperang dan pihak yang menyerang dengan sewenang-wenang dan tidak mau diajak damai itu harus diperangi sampai ia mau kembali kepada perintah Tuhan - sungguh orang akan kagum sekali melihat semua ini. Apalagi akan membandingkannya dengan berbagai macam undang-undang yang pernah ada, kalau pun perundang-undangan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diletakkan Qur'an itu sudah memang cukup baik.
Jadi tidak mengherankan sekali - seperti yang sudah kita sebutkan tentang riba dan tentang sosialisma Islam sebagai dasar sistem ekonomi, yang dilukiskan di dalam Qur'an dengan penjelasan hukum sebagai suatu penyusunan undang-undang yang terbaik yang pernah ada dalam sejarah - kalau kebudayaan Islam itu juga yang menjadi kebudayaan yang layak buat umat manusia dan yang benar-benar akan memberikan hidup bahagia.
Mungkin ada yang menjadi keberatan pihak Barat
Setelah melihat apa yang sudah kita kemukakan mengenai lukisan Qur'an tentang kebudayaan serta landasannya, mungkin ada beberapa penulis Barat yang berpendapat bahwa sifat manusia tidak sesuai dengan sistem yang hendak memaksanya ke tingkat yang lebih tinggi diatas kemampuan kodratnya sendiri, dan bahwa sistem demikian ini tidak akan mampu hidup atau akan bertahan lama. Manusia menurut tanggapan mereka, digerakkan oleh rasa harap dan cemas, oleh keinginan dan nafsu, sama halnya dengan makhluk hewan, hanya saja dia makhluk berpikir homo sapiens. Bahwa manusia akan menganut suatu sistem kebudayaan seperti yang digambarkan oleh Islam itu, adalah suatu hal yang tidak mungkin, sekurang-kurangnya tidak mudah. Paling jauh yang dapat kita lakukan dalam menyusun kehidupan masyarakat manusia ini ialah memperbaiki nafsu itu, mengarahkan pikiran tentang harap dan cemas itu sebaik-baiknya dari segi materialisma ekonomi semata. Sedang yang di luar itu masyarakat tidak akan mampu melaksanakannya. Mungkin yang menjadi alasan mereka ialah karena sistem Islam itu - seperti yang digambarkan Qur'an dan sudah saya coba menguraikannya disini secara ringkas - belum dapat diharapkan didalam masyarakat Islam sendiri kecuali pada masa Nabi dan pada masa permulaan sejarah Islam. Kalau sistem ini memang sesuai dengan struktur kehidupan, tentu didalam lingkungan Islam dahulu sudah dapat dijalankan dan dari sana akan sudah tersebar ke seluruh dunia. Akan tetapi bilamana hal ini tidak terjadi, bahkan sebaliknya yang terjadi, maka anggapan bahwa sistem ini sangat layak, dan dapat menjamin kebahagiaan umat manusia, adalah anggapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Keberatan yang salah
Atas keberatan ini kiranya pengakuan mereka sendiri sudah cukup untuk menggugurkannya, yaitu bahwa sistem Islam itu berjalan dan dipraktekkan pada masa Nabi dan pada permulaan sejarah Islam. Dan Muhammad sendiri teladan yang paling baik dalam pelaksanaan itu. Kemudian teladan yang baik itu diteruskan oleh para khalifah yang mula-mula. Mereka terus berjalan dengan sistem itu sampai mencapai tujuan yang sempurna sebagaimana mestinya. Akan tetapi, adanya intrik-intrik dan ambisi-ambisi yang timbul kemudian kadang dengan jalan Israiliat, kadang pula dengan jalan rasialisma, itulah yang sedikit demi sedikit telah mengancam dasar-dasar Islam yang sebenarnya.
Akibat daripada semua itu orang berangsur-angsur kembali mengganti kehidupan rohani dengan materi, sifat kemanusiaan dengan kebinatangan. Dan berhenti hanya sampai pada batas lingkaran peradaban dewasa ini berada, yang hakekatnya hendak menjerumuskan umat manusia kedalam penderitaan.
Teladan yang diberikan Muhammad
Muhammad sendiri teladan yang baik sekali dalam melaksanakan kebudayaan seperti dilukiskan Qur'an itu. Dalam buku ini contoh itu sudah kita lihat, bagaimana rasa persaudaraannya terhadap seluruh umat manusia dengan cara yang sangat tinggi dan sungguh-sungguh itu dilaksanakan. Saudara-saudaranya di Mekah semua sama dengan dia sendiri dalam menanggung duka dan sengsara. Bahkan dia sendiri yang lebih banyak menanggungnya. Sesudah hijrah ke Medinah, dipersaudarakannya orang-orang Muhajirin dengan Anshar demikian rupa, sehingga mereka berada dalam status saudara sedarah. Persaudaraan sesama orang-orang beriman secara umum itu adalah persaudaraan kasih-sayang untuk membangun suatu sendi kebudayaan yang masih muda waktu itu. Yang memperkuat persaudaraan ini ialah keimanan yang sungguh-sungguh kepada Allah dengan demikian kuatnya sehingga dibawanya Muhammad kedalam komunikasi dengan Tuhan, Zat Yang Maha Agung. Sikapnya dalam perang Badr, bagaimana ia berdoa kepada Tuhan mengharapkan pertolongan yang dijanjikan kepadanya. Ia minta pertolongan itu dilaksanakan, dengan menyebutkan bahwa bilamana angkatan Badr ini hancur, tak ada lagi ibadat. Ini merupakan suatu manifestasi yang kuat dalam komunikasi.
Begitu juga tindakan-tindakannya yang lain diluar Badr menunjukkan, bahwa dia selalu dalam komunikasi dengan Tuhan, diluar saat-saat tertentu sewaktu wahyu turun. Komunikasinya ini ialah melalui keimanannya dengan sungguh-sungguh, keimanan yang sampai membuat mati itu tiada arti lagi. Maut malah dihadapinya dan diharapkannya. Orang yang sungguh-sungguh dalam imannya tidak pernah takut mati, bahkan mengharapkannya selalu. Ajal sudah ditentukan. Dimana pun manusia berada, maut akan mencapainya selalu, sekalipun di dalam benteng-benteng yang kukuh. Iman inilah yang membuat Muhammad tetap tabah ketika melihat kaum Muslimin lari tunggang-langgang pada permulaan pecah perang Hunain. Dipanggilnya orang-orang itu tanpa menghiraukan maut yang sedang mengepungnya, dengan sejuinlah kecil orang-orang yang masih bertahan bersama-sama dia. Iman inilah yang membuat dia memberikan apa saja yang ada padanya tanpa ia sendiri takut kekurangan. Ia telah mencapai puncak nilai-nilai kebaikan seperti yang diserukan oleh Kitabullah.
Dengan teladan baik yang diberikannya itu dalam permulaan sejarah Islam kaum Muslimin telah mengikuti jejaknya.
Semua itu, dengan Muslimin pada permulaan sejarah Islam, yang telah mengikuti teladan baik yang diberikannya, telah membuat Islam begitu pesat berkembang pada dasawarsa pertama, yang kemudian disusul dengan berpulangnya Nabi ke rahmatullah. Islam tersebar ke seluruh kawasan, panji-panji Islam berkibar tinggi sesuai dengan kebudayaan yang berlaku. Dari bangsa-bangsa yang tadinya sangat lemah dan berantakan, telah dapat pula dibangun menjadi bangsa-bangsa dan negara-negara yang kuat, dan menjadi pelopor ilmu pengetahuan. Dengan jalan ini telah banyak sekali rahasia-rahasia alam yang dapat diketahuinya. Karena itu diciptakannya pula karya-karya besar yang menjadi kebanggaan zaman sekarang, yang sudah dianggap sebagai zaman keemasan dan ilmu, tanpa memperkosa kebahagiaan umat manusia karena pengabdiannya kepada materi dan imannya kepada Tuhan yang masih lemah itu.
Ulama yang menyesatkan
Seperti dalam kebudayaan lain, kebudayaan Islam juga banyak dimasuki oleh ambisi-ambisi rasialisma dan Israiliat. Soalnya ialah karena ada segolongan ulama yang seharusnya menjadi pewaris para nabi malah mereka ini lebih menyukai kekuasaan daripada kebenaran, daripada nilai moral. Ilmu yang ada pada mereka dipakai alat untuk menyesatkan orang-orang awam dan generasi mudanya, sama halnya dengan kebanyakan ulama-ulama sekarang yang juga mau menyesatkan orang-orang awam beserta angkatan mudanya itu. Ulama-ulama demikian ini ialah pembela-pembela setan, yang akan lebih berat memikul tanggungjõawab dihadapan Tuhan.
Maka kewajiban pertama buat setiap ulama yang benar-benar ikhlas demi ilmu dan demi Tuhan, ialah harus siap melawan mereka dan memberantas semua bibit yang merusak itu. Mereka hendak membelokkan orang dari kebenaran, hendak menyesatkan orang dari jalan yang lurus. Apabila ulama-ulama (pendeta-pendeta) yang menyesatkan di Barat itu telah ikut memegang peranan dalam melibatkan gereja dan ilmu kedalam kancah saling berperang dalam merebut kekuasaan, maka peranan demikian tidak ada buat mereka di negeri-negeri Islam, sebab dalam kebudayaan Islam agama dan ilmu saling terjalin, sebab agama tanpa ilmu suatu kekufuran, ilmu tanpa agama sesat. Sekiranya dunia ini sampai bernaung dibawah kebudayaan Islam seperti yang dilukiskan Qur'an, dan tidak diperkosa oleh adanya penaklukan-penaklukan Mongolia dan yang semacamnya yang telah masuk Islam tapi tidak menjalankan prinsip-prinsip Islam atau berusaha menyebarkannya, malah Islam dipakainya sebagai alat untuk menguasai orang-orang awam di kalangan Muslimin dengan prinsip yang sama sekali bertentangan dengan prinsip-prinsip persaudaraan Islam - tentu keadaan dunia ini tidak akan seperti ini, umat manusia akan selamat dari beberapa hal yang kini menjerumuskan mereka kedalam jurang penderitaan.
Kebudayaan Islam dalam dunia kita sekarang
Saya yakin, bahwa kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an itu akan tersebar ke dunia luas kalau saja korps ulama ini mau tampil ke depan dengan suatu ajakan yang ilmiah caranya, jauh dari segala cara berpikir yang beku dan fanatik. Kebudayaan ini akan berdialog dengan hati, juga akan berdialog dengan pikiran, dan dapat dijamin manusia dari segala bangsa akan menerimanya dengan hati terbuka tanpa dapat dicegah oleh ambisi-ambisi pribadi. Untuk ini yang diperlukan oleh ulama-ulama itu tidak lebih dari hanya supaya mereka menjadi orang-orang yang benar-benar beriman, mengajak orang kepada ajaran Tuhan yang sebenarnya dan kepada kebudayaan yang demikian ini dengan hati yang ikhlas demi agama. Ketika itulah orang merasa bahagia dengan persaudaraannya dalam Tuhan seperti pada zaman Nabi, mereka merasa bahagia.
Apa yang terjadi pada masa Nabi dan pada permulaan sejarah Islam sudah tidak memerlukan pembuktian lagi; dengan apa yang sudah saya sebutkan dalam pengantar buku ini, bahwa revolusi rohani yang sinarnya sudah dipancarkan oleh Muhammad ke seluruh dunia ini sudah seharusnya akan membukakan jalan umat manusia kepada kebudayaan baru yang selama ini dicarinya. Dan saya tidak pernah ragu sekejap pun mengenai hal ini.
Akan tetapi ada beberapa sarjana Barat yang menyatakan beberapa keberatan dengan menghubungkannya pada jiwa yang menjadi sumber konsepsi kebudayaan Islam itu. Atas dasar itu mereka mengambil kesimpulan, bahwa Islamlah yang menjadi sebab mundurnya bangsa-bangsa yang menganut agama ini. Yang penting diantaranya ialah apa yang mereka katakan, bahwa jabariah Islam itulah yang membuat semangat umat Islam jadi kendor, membuat mereka malas menghadapi perjuangan hidup, sehingga mereka menjadi golongan yang hina-dina. Dalam menghadapi tantangan ini dan apa yang sejalan dengan itu, inilah yang akan menjadi pokok pembahasan kedua pada bagian penutup buku ini.
Catatan kaki:
1 Lihat halaman xlvii (A).
2 Kata 'irfan dan ma'rifat yang kadang mempunyai arti yang sama, disini kata ma'rifat tidak saya pergunakan sebagai istilah ilmiah yang umum dalam tasauf dan ilmu kalam, juga tidak saya salin dengan gnosis atau connaissance, melainkan mengingat persoalannya secara konotatif saya pergunakan kata persepsi, yakni pengamatan, pengenalan dan kesadaran batin (A).
3 Sudah tentu terjemahan ayat-ayat Qur'an di atas begitu juga yang lain tidak akan dapat mengungkapkan keagungan dan keindahan yang terkandung dalam bahasa aslinya, yang memang tidak mungkin dapat ditiru atau diterjemahkan dengan gaya yang sama (A).
4 I'jaz, 'yang tak dapat ditiru,' ciri khas Qur'an yang luar biasa, yang juga dari akar kata yang sama dengan mujizat (A).
MUHAMMAD telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh dunia. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, dan akan demikian, bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.
Kalau pun kebudayaan Islam ini didasarkan kepada metoda-metoda ilmu pengetahuan dan kemampuan rasio, - dan dalam hal ini sama seperti yang menjadi pegangan kebudayaan Barat masa kita sekarang, dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang pada pemikiran yang subyektif dan pada pemikiran metafisika namun hubungan antara ketentuan-ketentuan agama dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. Soalnya ialah karena cara pemikiran yang metafisik dan perasaan yang subyektif di satu pihak, dengan kaidah-kaidah logika dan kemampuan ilmu pengetahuan di pihak lain oleh Islam dipersatukan dengan satu ikatan, yang mau tidak mau memang perlu dicari sampai dapat ditemukan, untuk kemudian tetap menjadi orang Islam dengan iman yang kuat pula. Dari segi ini kebudayaan Islam berbeda sekali dengan kebudayaan Barat yang sekarang menguasai dunia, juga dalam melukiskan hidup dan dasar yang menjadi landasannya berbeda. Perbedaan kedua kebudayaan ini, antara yang satu dengan yang lain sebenarnya prinsip sekali, yang sampai menyebabkan dasar keduanya itu satu sama lain saling bertolak belakang.
Pertentangan gereja dan negara
Timbulnya pertentangan ini ialah karena alasan-alasan sejarah, seperti sudah kita singgung dalam prakata dan kata pengantar cetakan kedua buku ini. Pertentangan di Barat antara kekuasaan agama dan kekuasaan temporal1 sebagai bangsa yang menganut agama Kristen atau dengan bahasa sekarang antara gereja dengan negara menyebabkan keduanya itu harus berpisah, dan kekuasaan negara harus ditegakkan untuk tidak mengakui kekuasaan gereja. Adanya konflik kekuasaan itu ada juga pengaruhnya dalam pemikiran Barat secara keseluruhan. Akibat pertama dari pengaruh itu ialah adanya permisahan antara perasaan manusia dengar pikiran manusia, antara pemikiran metafisik dengan ketentuan-ketentuan ilmu positif (knowledge of reality) yang berlandaskan tinjauan materialisma. Kemenangan pikiran materialisma ini besar sekali pengaruhnya terhadap lahirnya suatu sistem ekonomi yang telah menjadi dasar utama kebudayaan Barat.
Sistem ekonomi dasar kebudayaan Barat
Sebagai akibatnya, di Barat telah timbul pula aliran-aliran yang hendak membuat segala yang ada di muka bumi ini tunduk kepada kehidupan dunia ekonomi. Begitu juga tidak sedikit orang rang ingin menempatkan sejarah umat manusia dari segi agamanya, seni, f1lsafat, cara berpikir dan pengetahuannya - dalam segala pasang surutnya pada berbagai bangsa - dengan ukuran ekonomi. Pikiran ini tidak terbatas hanya pada sejarah dan penulisannya, bahkan beberapa aliran filsafat Barat telah pula membuat pola-pola etik atas dasar kemanfaatan materi ini semata-mata. Sungguh pun aliran-aliran demikian ini dalam pemikirannya sudah begitu tinggi dengan daya ciptanya yang besar sekali, namun perkembangan pikiran di Barat itu telah membatasinya pada batas-batas keuntungan materi yang secara kolektif dibuat oleh pola-pola etik itu secara keseluruhan. Dan dari segi pembahasan ilmiah hal ini sudah merupakan suatu keharusan yang sangat mendesak.
Sebaliknya mengenai masalah rohani, masalah spiritual, dalam pandangan kebudayaan Barat ini adalah masalah pribadi semata, orang tidak perlu memberikan perhatian bersama untuk itu. Oleh karenanya membiarkan masalah kepercayaan ini secara bebas di Barat merupakan suatu hal yang diagungkan sekali, melebihi kebebasan dalam soal etik. Sudah begitu rupa mereka mengagungkan masalah kebebasan etik itu demi kebebasan ekonomi yang sudah sama sekali terikat oleh undang-undang. Undang-undang ini akan dilaksanakan oleh tentara atau oleh negara dengan segala kekuatan yang ada.
Kisah kebudayaan Barat mencari kebahagiaan umat manusia
Kebudayaan yang hendak menjadikan kehidupan ekonomi sebagai dasarnya, dan pola-pola etik didasarkan pula pada kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap penting arti kepercayaan dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat manusia mencapai kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu, menurut hemat saya tidak akan mencapai tujuan. Bahkan tanggapan terhadap hidup demikian ini sudah sepatutnya bila akan menjerumuskan umat manusia ke dalam penderitaan berat seperti yang dialami dalam abad-abad belakangan ini. Sudah seharusnya pula apabila segala pikiran dalam usaha mencegah perang dan mengusahakan perdamaian dunia tidak banyak membawa arti dan hasilnya pun tidak seberapa. Selama hubungan saya dengan saudara dasarnya adalah sekerat roti yang saya makan atau yang saudara makan, kita berebut, bersaing dan bertengkar untuk itu, masing-masing berpendirian atas dasar kekuatan hewaninya, maka akan selalu kita masing-masing menunggu kesempatan baik untuk secara licik memperoleh sekerat roti yang di tangan temannya itu. Masing-masing kita satu sama lain akan selalu melihat teman itu sebagai lawan, bukan sebagai saudara. Dasar etik yang tersembunyi dalam diri kita ini akan selalu bersifat hewani, sekali pun masih tetap tersembunyi sampai pada waktunya nanti ia akan timbul. Yang selalu akan menjadi pegangan dasar etik ini satu-satunya ialah keuntungan. Sementara arti perikemanusiaan yang tinggi, prinsip-prinsip akhlak yang terpuji, altruisma, cinta kasih dan persaudaraan akan jatuh tergelincir, dan hampir-harnpir sudah tak dapat dipegang lagi.
Apa yang terjadi dalam dunia dewasa ini ialah bukti yang paling nyata atas apa yang saya sebutkan itu. Persaingan dan pertentangan ialah gejala pertama dalam sistem ekonomi, dan itu pula gejala pertamanya dalam kebudayaan Barat, baik dalam paham yang individualistis, maupun sosialistis sama saja adanya. Dalam paham individualisma, buruh bersaing dengan buruh, pemilik modal dengan pemilik modal. Buruh dengan pemilik modal ialah dua lawan yang saling bersaing. Pendukung-pendukung paham ini berpendapat bahwa persaingan dan pertentangan ini akan membawa kebaikan dan kemajuan kepada umat manusia. Menurut mereka ini merupakan perangsang supaya bekerja lebih tekun dan perangsang untuk pembagian kerja, dan akan menjadi neraca yang adil dalam membagi kekayaan.
Sebaliknya paham sosialisma yang berpendapat bahwa perjuangan kelas yang harus disudahi dengan kekuasaan berada di tangan kaum buruh, merupakan salah satu keharusan alam. Selama persaingan dan perjuangan mengenai harta itu dijadikan pokok kehidupan, selama pertentangan antar-kelas itu wajar, maka pertentangan antar-bangsa juga wajar, dengan tujuan yang sama seperti pada perjuangan kelas. Dari sinilah konsepsi nasionalisma itu, dengan sendirinya, memberi pengaruh yang menentukan terhadap sistem ekonomi. Apabila perjuangan bangsa-bangsa untuk menguasai harta itu wajar, apabila adanya penjajahan untuk itu wajar pula, bagaimana mungkin perang dapat dicegah dan perdamaian di dunia dapat dijamin? Pada menjelang akhir abad ke-20 ini kita telah dapat menyaksikan - dan masih dapat kita saksikan - adanya bukti-bukti, bahwa perdamaian di muka bumi dengan dasar kebudayaan yang semacam ini hanya dalam impian saja dapat dilaksanakan, hanya dalam cita-cita yang manis bermadu, tetapi dalam kenyataannya tiada lebih dari suatu fatamorgana yang kosong belaka.
Dasar kebudayaan Islam
Kebudayaan Islam lahir atas dasar yang bertolak belakang dengan dasar kebudayaan Barat. Ia lahir atas dasar rohani yang mengajak manusia supaya pertama sekali dapat menyadari hubungannya dengan alam dan tempatnya dalam alam ini dengan sebaik-baiknya. Kalau kesadaran demikian ini sudah sampai ke batas iman, maka imannya itu mengajaknya supaya ia tetap terus-menerus mendidik dan melatih diri, membersihkan hatinya selalu, mengisi jantung dan pikirannya dengan prinsip-prinsip yang lebih luhur - prinsip-prinsip harga diri, persaudaraan, cinta kasih, kebaikan dan berbakti. Atas dasar prinsip-prinsip inilah manusia hendaknya menyusun kehidupan ekonominya. Cara bertahap demikian ini adalah dasar kebudayaan Islam, seperti wahyu yang telah diturunkan kepada Muhammad, yakni mula-mula kebudayaan rohani, dan sistem kerohanian disini ialah dasar sistem pendidikan serta dasar pola-pola etik (akhlak). Dan prinsip-prinsip etik ini ialah dasar sistem ekonominya. Tidak dapat dibenarkan tentunya dengan cara apa pun mengorbankan prinsip-prinsip etik ini untuk kepentingan sistem ekonomi tadi.
Tanggapan Islam tentang kebudayaan demikian ini menurut hemat saya ialah tanggapan yang sesuai dengan kodrat manusia, yang akan menjamin kebahagiaan baginya. Kalau ini yang ditanamkan dalam jiwa kita dan kehidupan seperti dalam kebudayaan Barat itu kesana pula jalannya, niscaya corak umat manusia itu akan berubah, prinsip-prinsip yang selama ini menjadi pegangan orang akan runtuh, dan sebagai gantinya akan timbul prinsip-prinsip yang lebih luhur, yang akan dapat mengobati krisis dunia kita sekarang ini sesuai dengan tuntunannya yang lebih cemerlang.
Sekarang orang di Barat dan di Timur berusaha hendak mengatasi krisis ini, tanpa mereka sadari - dan kaum Muslimin sendiri pun tidak pula menyadari - bahwa Islam dapat menjamin mengatasinya. Orang-orang di Barat dewasa ini sedang mencari suatu pegangan rohani yang baru, yang akan dapat menanting mereka dari paganisma yang sedang menjerumuskan mereka; dan sebab timbulnya penderitaan mereka itu, penyakit yang menancapkan mereka ke dalam kancah peperangan antara sesama mereka, ialah mammonisma - penyembahan kepada harta. Orang-orang Barat mencari pegangan baru itu didalam beberapa ajaran di India dan di Timur Jauh; padahal itu akan dapat mereka peroleh tidak jauh dari mereka, akan mereka dapati itu sudah ada ketentuannya didalam Qu'ran, sudah dilukiskan dengan indah sekali dengan teladan yang sangat baik diberikan oleh Nabi kepada manusia selama masa hidupnya.
Bukan maksud saya hendak melukiskan kebudayaan Islam dengan segala ketentuannya itu disini. Lukisan demikian menghendaki suatu pembahasan yang mendalam, yang akan meminta tempat sebesar buku ini atau lebih besar lagi. Akan tetapi - setelah dasar rohani yang menjadi landasannya itu saya singgung seperlunya - lukisan kebudayaan itu disini ingin saya simpulkan, kalau-kalau dengan demikian ajaran Islam dalam keseluruhannya dapat pula saya gambarkan dan dengan penggambaran itu saya akan merambah jalan ke arah pembahasan yang lebih dalam lagi. Dan sebelum melangkah ke arah itu kiranya akan ada baiknya juga saya memberi sekadar isyarat, bahwa sebenarnya dalam sejarah Islam memang tak ada pertentangan antara kekuasaan agama (theokrasi) dengan kekuasaan temporal, yakni antara gereja dengan negara. Hal ini dapat menyelamatkan Islam dari pertentangan yang telah ditinggalkan Barat dalam pikiran dan dalam haluan sejarahnya.
Dalam Islam tak ada pertentangan agama dengan negara
Islam dapat diselamatkan dari pertentangan serta segala pengaruhnya itu, sebabnya ialah karena Islam tidak kenal apa yang namanya gereja itu atau kekuasaan agama seperti yang dikenal oleh agama Kristen. Belum ada orang di kalangan Muslimin - sekalipun ia seorang khalifah - yang akan mengharuskan sesuatu perintah kepada orang, atas nama agama, dan akan mendakwakan dirinya mampu memberi pengampunan dosa kepada siapa saja yang melanggar perintah itu. Juga belum ada di kalangan Muslimin - sekalipun ia seorang khalifah - yang akan mengharuskan sesuatu kepada orang selain yang sudah ditentukan Tuhan di dalam Qur'an. Bahkan semua orarg Islam sama di hadapan Tuhan. Yang seorang tidak lebih mulia dari yang lain, kecuali tergantung kepada takwanya - kepada baktinya. Seorang penguasa tidak dapat menuntut kesetiaan seorang Muslim apabila dia sendiri melakukan perbuatan dosa dan melanggar penntah Tuhan. Atau seperti kata Abu Bakr ash-Shiddiq kepada kaum Muslimin dalam pidato pelantikannya sebagai Khalifah "Taatilah saya selama saya taat kepada (perintah) Allah dan RasulNya. Tetapi apabila saya melanggar (perintah) Allah dan Rasul maka gugurkanlah kesetiaanmu kepada saya."
Kendatipun pemerintahan dalam Islam sesudah itu kemudian dipegang oleh seorang raja tirani, kendatipun di kalangan Muslimin pernah timbul perang saudara, namun kaum Muslimin tetap berpegang kepada kebebasan pribadi yang besar itu, yang sudah ditentukan oleh agama, kebebasan yang sampai menempatkan akal sebagai patokan dalam segala hal, bahkan dijadikan patokan didalam agama dan iman sekalipun. Kebebasan ini tetap mereka pegang sekalipun sampai pada waktu datangnya penguasa-penguasa orang-orang Islam yang mendakwakan diri sebagai pengganti Tuhan di muka bumi ini - bukan lagi sebagai pengganti Rasulullah. Padahal segala persoalan Muslimin sudah mereka kuasai belaka, sampai-sampai ke soal hidup dan matinya.
Sebagai bukti misalnya apa yang sudah terjadi pada masa Ma'mun, tatkala orang berselisih mengenai Qur'an: makhluk atau bukan makhluk - yang diciptakan atau bukan diciptakan! Banyak sekali orang yang menentang pendapat Khalifah waktu itu, padahal mereka mengetahui akibat apa yang akan mereka terima jika berani menentangnya.
Dalam segala hal akallah patokan dalam Islam
Dalam segala hal akal pikiran oleh Islam telah dijadikan patokan. Juga dalam hal agama dan iman ia dijadikan patokan. Dalam firman Tuhan:
"Perumpamaan orang-orang yang tidak beriman ialah seperti (gembala) yang meneriakkan (ternaknya) yang tidak mendengar selain suara panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, sebab mereka tidak menggunakan akal pikiran." (Qur'an, 2: 171)
Oleh Syaikh Muhammad Abduh ditafsirkan, dengan mengatakan: "Ayat ini jelas sekali menyebutkan, bahwa taklid (menerima begitu saja) tanpa pertimbangan akal pikiran atau suatu pedoman ialah bawaan orang-orang tidak beriman. Orang tidak bisa beriman kalau agamanya tidak disadari dengan akalnya, tidak diketahuinya sendiri sampai dapat ia yakin. Kalau orang dibesarkan dengan biasa menerima begitu saja tanpa disadari dengan akal pikirannya, maka dalam melakukan suatu perbuatan, meskipun perbuatan yang baik, tanpa diketahuinya benar, dia bukan orang beriman. Dengan beriman bukan dimaksudkan supaya orang merendah-rendahkan diri melakukan kebaikan seperti binatang yang hina, tapi yang dimaksudkan supaya orang dapat meningkatkan daya akal pikirannya, dapat meningkatkan diri dengan ilmu pengetahuan, sehingga dalam berbuat kebaikan itu benar-benar ia sadar, bahwa kebaikannya itu memang berguna, dapat diterima Tuhan. Dalam meninggalkan kejahatan pun juga dia mengerti benar bahaya dan berapa jauhnya kejahatan itu akan membawa akibat."
Inilah yang dikatakan Syaikh Muhammad Abduh dalam menafsirkan ayat ini, yang di dalam Qur'an, selain ayat tersebut sudah banyak pula ayat-ayat lain yang disebutkan secara jelas sekali. Qur'an menghendaki manusia supaya merenungkan alam semesta ini, supaya mengetahui berita-berita sekitar itu, yang kelak renungan demikian itu akan mengantarkannya kepada kesadaran tentang wujud Tuhan, tentang keesaanNya, seperti dalam firman Allah:
"Bahwasanya dalam penciptaan langit dan bumi, dalam pergantian malam dan siang, bahtera yang mengarungi lautan membawa apa yang berguna buat umat manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkanNya bumi yang sudah mati kering, kemudian disebarkanNya di bumi itu segala jenis hewan, pengisaran angin dan awan yang dikemudikan dari antara langit dan bumi - adalah tanda-tanda (akan keesaan dan kebesaran Tuhan) buat mereka yang menggunakan akal pikiran." (Qur'an, 2: 164) "
Dan sebagai suatu tanda buat mereka, ialah bumi yang mati kering. Kami hidupkan kembali dan Kami keluarkan dari sana benih yang sebagian dapat dimakan. Disana Kami adakan kebun-kebun kurma dan palm dan anggur dan disana pula Kami pancarkan mata air - supaya dapat mereka makan buahnya. Semua itu bukan usaha tangan mereka. Kenapa mereka tidak berterima kasih. Maha Suci Yang telah menciptakan semua yang ditumbuhkan bumi berpasang-pasangan, dan dalam diri mereka sendiri serta segala apa yang tiada mereka ketahui. Juga sebagai suatu tanda buat mereka - ialah malam. Kami lepaskan siang, maka mereka pun berada dalam kegelapan. Matahari pun beredar menurut ketetapan yang sudah ditentukan. Itulah ukuran dari Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. Juga bulan, sudah Kami tentukan tempat-tempatnya sampai ia kembali lagi seperti mayang yang sudah tua. Matahari tiada sepatutnya akan mengejar bulan dan malam pun tiada akan mendahului siang. Masing-masing berjalan dalam peredarannya. Juga sebagai suatu tanda buat mereka - ialah turunan mereka yang Kami angkut dalam kapal yang penuh muatan. Dan buat mereka Kami ciptakan pula yang serupa, yang dapat mereka kendarai. Kalau Kami kehendaki, Kami karamkan mereka. Tiada penolong lagi buat mereka, juga mereka tak dapat diselamatkan. Kecuali dengan rahmat dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai pada waktunya." (Qur'an, 36: 33-44.)
Kekuatan iman
Anjuran supaya memperhatikan alam ini, menggali segala ketentuan dan hukum yang ada di dalam alam ini serta menjadikannya sebagai pedoman yang akan mengantarkan kita beriman kepada Penciptanya, sudah beratus kali disebutkan dalam pelbagai Surah dalam Qur'an. Semuanya ditujukan kepada tenaga akal pikiran manusia, menyuruh manusia menilainya, merenungkannya, supaya imannya itu didasarkan kepada akal pikiran, dan keyakinan yang jelas. Qur'an mengingatkan supaya jangan menerima begitu saja apa yang ada pada nenek moyangnya, tanpa memperhatikan, tanpa meneliti lebih jauh serta dengan keyakinan pribadi akan kebenaran yang dapat dicapainya itu.
Iman kepada Allah
Iman demikian inilah yang dianjurkan oleh Islam. Dan ini bukan iman yang biasa disebut "iman nenek-nenek," melainkan iman intelektual yang sudah meyakinkan, yang sudah direnungkan lagi, kemudian dipikirkan matang-matang, sesudah itu, dengan renungan dan pemikirannya itu ia akan sampai kepada keyakinan tentang Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya rasa tak ada orang yang sudah dapat merenungkan dengan akal pikiran dan dengan hatinya, yang tidak akan sampai kepada iman. Setiap ia merenungkan lebih dalam, berpikir lebih lama dan berusaha menguasai ruang dan waktu ini serta kesatuan yang terkandung di dalamnya, yang tiada berkesudahan, dengan anggota-anggota alam semesta tiada terbatas, yang selalu berputar ini - sekelumit akan terasa dalam dirinya tentang anggota-anggota alam itu, yang semuanya berjalan menurut hukum yang sudah ditentukan dan dengan tujuan yang hanya diketahui oleh penciptanya. Ia pun akan merasa yakin akan kelemahan dirinya, akan pengetahuannya yang belum cukup, jika saja ia tidak segera dibantu dengan kesadarannya tentang alam ini, dibantu dengan suatu kekuatan diatas kemampuan pancaindera dan otaknya, yang akan menghubungkannya dengan seluruh anggota alam, dan yang akan membuat dia menyadari tempatnya sendiri. Dan kekuatan itu ialah iman.
Jadi iman itu ialah perasaan rohani, yang dirasakan oleh manusia meliputi dirinya setiap ia mengadakan komunikasi dengan alam dan hanyut kedalam ketak-terbatasan ruang dan waktu. Semua makhluk alam ini akan terjelma dalam dirinya. Maka dilihatnya semua itu berjalan menurut hukum yang sudah ditentukan, dan dilihatnya pula sedang memuja Tuhan Maha Pencipta. Ada pun Ia menjelma dalam alam, berhubungan dengan alam, atau berdiri sendiri dan terpisah, masih merupakan suatu perdebatan spekulatif yang kosong saja. Mungkin berhasil, mungkin juga jadi sesat, mungkin menguntungkan dan mungkin juga merugikan. Disamping itu hal ini tidak pula menambah pengetahuan kita. Sudah berapa lama penulis-penulis dan failasuf-failasuf itu satu sama lain berusaha hendak mengetahui zat Maha Pencipta ini, namun usaha dan daya upaya mereka itu sia-sia. Dan ada pula yang mengakui, bahwa itu memang berada di luar jangkauan persepsinya. Kalau memang akal yang sudah tak mampu mencapai pengertian ini, maka ketidak mampuannya itu lebih-lebih lagi memperkuat keimanan kita. Perasaan kita yang meyakinkan tentang adanya Wujud Maha Tinggi, Yang Maha Mengetahui akan segalanya dan bahwa Dialah Maha Pencipta, Maha Perencana, segalanya akan kembali kepadaNya, maka keadaan semacam itu akan sudah meyakinkan kita, bahwa kita takkan mampu menjangkau zatNya betapa pun besarnya iman kita kepadaNya itu
Demikian juga, kalau sampai sekarang kita tak dapat menangkap apa sebenarnya listrik itu meskipun dengan mata kita sendiri kita melihat bekasnya, begitu juga eter yang tidak kita ketahui meskipun sudah dapat ditentukan, bahwa gelombangnya itu dapat inemindahkan suara dan gambar, pengaruh dan bekasnya itu buat kita sudah cukup untuk mempercayai adanya listrik dan adanya eter. Alangkah angkuhnya kita, setiap hari kita menyaksikan keindahan dan kebesaran yang diciptakan Tuhan, kalau kita masih tidak mau percaya sebelum kita mengetahui zatNya. Tuhan Yang Maha Transenden jauh di luar jangkauan yang dapat mereka lukiskan. Kenyataan dalam hidup ialah bahwa mereka yang mencoba menggambarkan zat Tuhan Yang Maha Suci itu ialah mereka yang dengan persepsinya sudah tak berdaya mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi dalam melukiskan apa yang diatas kehidupan insan. Mereka ingin mengukur alam ini serta Pencipta alam menurut ukuran kita yang nisbi dan terbatas sekali dalam batas-batas ilmu kita yang hanya sedikit itu. Sebaliknya mereka yang sudah benar-benar mencapai ilmu, akan teringat oleh mereka firman Tuhan ini:
"Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Jawablah: Ruh itu termasuk urusan Tuhan. Pengetahuan yang diberikan kepada kamu itu hanya sedikit sekali." (Qur'an, 17: 85)
Iman dasar Islam
Kalbu mereka sudah penuh dengan iman kepada Pencipta Ruh dan Pencipta semesta Alam ini, sesudah itu tidak perlu mereka menjerumuskan diri ke dalam perdebatan spekulatif yang kosong, yang takkan memberi hasil, takkan mencapai suatu kesimpulan.
Islam yang dicapai dengan iman dan Islam yang tanpa iman oleh Qur'an dibedakan: "Orang-orang Arab badwi itu berkata: 'Kami sudah beriman.' Katakanlah 'Kamu belum beriman, tapi katakan saja: kami sudah islam.' Iman itu belum lagi masuk ke dalam hati kamu." (Qur'an, 49: 14)
Contoh Islam yang demikian ini ialah yang tunduk kepada ajakan orang karena kehendaknya atau karena takut, karena kagum atau karena mengkultuskan diluar hati yang mau menurut dan memahami benar-benar akan ajaran itu sampai ke batas iman.
Yang demikian ini belum mendapat petunjuk Tuhan sampai kepada iman yang seharusnya dicapai, dengan jalan merenungkan alam dan mengetahui hukum alam, dan yang dengan renungan dan pengetahuannya itu ia akan sampai kepada Penciptanya - melainkan jadi Islam karena suatu keinginan atau karena nenek-moyangnya memang sudah Islam. Oleh karenanya iman itu belum merasuk lagi kedalam hatinya, sekalipun dia sudah Islam. Manusia-manusia Muslim semacam ini ada yang hendak menipu Tuhan dan menipu orang-orang beriman, tetapi sebenarnya mereka sudah menipu diri sendiri dengan tiada mereka sadari. Dalam hati mereka sudah ada penyakit. Maka oleh Tuhan ditambah lagi penyakit mereka itu. Mereka itulah orang-orang beragama tanpa iman; islamnya hanya karena didorong oleh suatu keinginan atau karena takut, sedang jiwanya tetap kerdil, keyakinannya tetap lemah dan hatinya pun bersedia menyerah kepada kehendak manusia, menyerah kepada perintahnya. Sebaliknya mereka, yang keimanannya kepada Allah itu dengan imam yang sungguh-sungguh, diantarkan oleh akal pikiran dan oleh jantung yang hidup, dengan jalan merenungkan alam ini, mereka itulah orang yang beriman. Mereka yang akan menyerahkan persoalannya hanya kepada Tuhan, mereka itulah orang yang tidak mengenal menyerah selain kepada Allah. Dengan Islamnya itu mereka tidak memberi jasa apa-apa kepada orang.
"Tetapi sebenarnya Tuhanlah yang berjasa kepada kamu, karena kamu telah dibimbingNya kepada keimanan, kalau kamu memang orang-orang yang benar." (Qur'an, 49: 17)
Jadi barangsiapa menyerahkan diri patuh kepada Allah dan dalam pada itu melakukan perbuatan baik, mereka tidak perlu merasa takut, tidak usah bersedih hati. Mereka tidak takut akan menghadapi hidup miskin atau hina, sebab dengan iman itu mereka sudah sangat kaya, sangat mendapat kehormatan. Kehormatan yang ada pada Tuhan dan pada orang-orang beriman.
Jiwa yang rela dan tenteram dengan imannya ini, ia merasa lega bila selalu ia berusaha hendak mengetahui rahasia-rahasia dan hukum-hukum alam, yang berarti akan menambah hubungannya dengan Tuhan. Dan langkah kearah pengetahuan ini ialah dengan jalan membahas dan merenungkan segala ciptaan Tuhan yang ada dalam alam ini dengan cara ilmiah seperti dianjurkan oleh Qur'an dan dipraktekkan pula sungguh-sungguh oleh kaum Muslimin dahulu, yaitu seperti cara ilmiah yang modern di Barat sekarang. Hanya saja tujuannya dalam Islam dan dalam kebudayaan Barat itu berbeda. Dalam Islam tujuannya supaya manusia membuat hukum Tuhan dalam alam ini menjadi hukumnya dan peraturannya sendiri, sementara di Barat tujuannya ialah mencari keuntungan materi dan apa yang ada dalam alam ini. Dalam Islam tujuan yang pertama sekali ialah 'irfan - mengenal Tuhan dengan baik, makin dalam 'irfan atau persepsi (pengenalan) kita makin dalam pula iman kita kepada Tuhan. Tujuan ini ialah hendak mencapai 'irfan yang baik dari segi seluruh masyarakat, bukan dari segi pribadi saja. Masalah integritas rohani bukan suatu masalah pribadi semata. Tak ada tempat buat orang mengurung diri sebagai suatu masyarakat tersendiri. Bahkan ia seharusnya menjadi dasar kebudayaan untuk masyarakat manusia sedunia - dari ujung ke ujung. Oleh karena itu seharusnya umat manusia berusaha terus demi integritas (kesempurnaan) rohani itu, yang berarti lebih besar daripada pengamatannya mengenai hakekat indera (sensibilia).
Persepsi2 mengenai rahasia benda-benda dan hukum-hukum alam yang hendak mencapai integritas itu lebih besar daripada persepsi sebagai alat guna mencapai kekuasaan materi atas benda-benda itu.
Dengan mencari pertolongan Tuhan sampai kepada alam
Untuk mencapai integritas rohani ini tidak cukup kita bersandar hanya kepada logika kita saja, malah dengan logika itu kita harus membukakan jalan buat hati kita dan pikiran kita untuk sampai ke tingkat tertinggi. Hal ini bisa terjadi hanya jika manusia mencari pertolongan dari Tuhan, menghadapkan diri kepadaNya dengan sepenuh hati dan jiwa. Hanya kepadaNya kita menyembah dan hanya kepadaNya kita meminta pertolongan, untuk mencapai rahasia-rahasia alam dan undang-undang kehidupan ini. Inilah yang disebut hubungan dengan Tuhan, mensyukuri nikmat Tuhan, supaya bertambah kita mendapat petunjuk akan apa yang belum kita capai, seperti dalam firman Tuhan:
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (katakan) Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang bermohon - apabila dia bermohon kepadaKu. Maka sambutlah seruanKu dan berimanlah kepadaKu, kalau-kalau mereka terbimbing ke jalan yang lurus." (Qur'an 2: 186)
Sembahyang
"Dan carilah pertolongan Tuhan dengan tabah, dan dengan menjalankan sembahyang, dan sembahyang itu memang berat, kecuali bagi orang-orang yang rendah hati-kepada Tuhan. Orang-orang yang menyadari bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan dan kepadaNya mereka kembali." (Qur'an 2: 45-46)
Salat ialah suatu bentuk komunikasi dengan Tuhan secara beriman serta meminta pertolongan kepadaNya. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan salat bukanlah sekadar ruku' dan sujud saja, membaca ayat-ayat Qu'ran atau mengucapkan takbir dan ta'zim demi kebesaran Tuhan tanpa mengisi jiwa dan hati sanubari dengan iman, dengan kekudusan dan keagungan Tuhan. Tetapi yang dimaksudkan dengan salat atau sembahyang ialah arti yang terkandung di dalam takbir, dalam pembacaan, dalam ruku', sujud serta segala keagungan, kekudusan dan iman itu. Jadi beribadat demikian kepada Tuhan ialah suatu ibadat yang ikhlas - demi Tuhan Cahaya langit dan bumi.
"Kebaikan itu bukanlah karena kamu menghadapkan muka ke arah timur dan barat, tetapi kebaikan itu ialah orang yang sudah beriman kepada Allah, kepada Hari Kemudian, malaikat-malaikat, Kitab, dan para nabi serta mengeluarkan harta yang dicintainya itu untuk kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang terlantar dalam perjalanan, orang-orang yang meminta, untuk melepaskan perbudakan, mengerjakan sembahyang dan mengeluarkan zakat, kemudian orang-orang yang suka memenuhi janji bila berjanji, orang-orang yang tabah hati dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan dan di waktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itu orang-orang yang dapat memelihara diri." (Qur'an, 2: 177)
Orang mukmin yang benar-benar beriman ialah yang menghadapkan seluruh kalbunya kepada Allah ketika ia sedang sembahyang, disaksikan oleh rasa takwa kepadaNya, serta mencari pertolongan Tuhan dalam menunaikan kewajiban hidupnya. Ia mencari petunjuk, memohonkan taufik Allah dalam memahami rahasia dan hukum alam ini.
Orang mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah tengah ia sembahyang akan merasakannya sendiri, selalu akan merasa, dirinya adalah sesuatu yang kecil berhadapan dengan kebesaran Allah Yang Maha Agung. Apabila kita dalam pesawat terbang diatas ketinggian seribu atau beberapa ribu meter, kita melihat gunung-gunung, sungai dan kota-kota sebagai gejala-gejala kecil di atas bumi. Kita melihatnya terpampang di depan mata kita seperti jalur-jalur yang tergaris di atas sebuah peta dan seolah permukaannya sudah rata mendatar tak ada gunung atau bangunan yang lebih tinggi, tak ada ngarai, sumur atau sungai yang lebih rendah, warna-warna sambung-menyambung, saling berkait, tercampur, makin tinggi kita terbang warna-warna itu makin tercampur. Seluruh bumi kita ini tidak lebih dari sebuah planet kecil saja. Dalam alam ini terdapat ribuan tata surya dan planet-planet. Semua itu tidak lebih dari sejumlah kecil saja dalam ketakterbatasan seluruh eksistensi ini. Alangkah kecilnya kita, alangkah lemahnya kcadaan kita berhadapan dengan Pencipta dan Pengurus wujud ini. KebesaranNya diatas jangkauan pengertian kita!
Dalam kita menghadapkan seluruh kalbu kita dengan penuh ikhlas kepada Kebesaran Tuhan Yang Maha Suci, kita mengharapkan pertolongan kepadaNya untuk memberikan kekuatan atas kelemahan diri kita ini, memberi petunjuk dalam mencari kebenaran - alangkah wajarnya bila kita dapat melihat persamaan semua manusia dalam kelemahannya itu, yang dalam berhadapan dengan Tuhan tak dapat ia memperkuat diri dengan harta dan kekayaan, selain dengan imannya yang teguh dan tunduk hanya kepada Allah, berbuat kebaikan dan menjaga diri.
Persamaan di hadapan Tuhan
Persamaan yang sesungguhnya dan sempurna ini di hadapan Tuhan tidak sama dengan persamaan yang biasa disebut-sebut dalam kebudayaan Barat waktu-waktu belakangan ini, yaitu persamaan di hadapan hukum. Sudah begitu jauh kebudayaan itu memandang persamaan, sehingga hampir-hampir pula tidak lagi diakui di depan hukum. Buat orang-orang tertentu sudah tidak berlaku lagi untuk menghormatinya. Persamaan di hadapan Tuhan, persamaan yang kenyataannya dapat kita rasakan dikala sembahyang, yang dapat kita capai dengan pandangan kita yang bebas - tidak sama dengan persamaan dalam persaingan untuk mencari kekayaan, persaingan yang membolehkan orang melakukan segala tipu-daya dan bermuka-muka, kemudian orang yang lebih pandai mengelak dan bisa main, ia akan selamat dari kekuasaan hukum.
Persamaan dihadapan Allah ini menuju kepada persaudaraan yang sebenarnya, sebab semua orang dapat merasakan bahwa mereka sebenarnya bersaudara dalam berihadat kepada Allah dan hanya kepadaNya mereka beribadat. Persaudaraan demikian ini didasarkan kepada saling penghargaan yang sehat, renungan serta pandangan yang bebas seperti dianjurkan oleh Qur'an. Adakah kebebasan, persaudaraan dan persamaan yang lebih besar daripada umat ini di hadapan Allah, semua menundukkan kepala kepadaNya, bertakbir, ruku' dan bersujud. Tiada perbedaan antara satu dengan yang lain - semua mengharapkan pengampunan, bertaubat, mengharapkan pertolongan. Tak ada perantara antara mereka itu dengan Tuhan kecuali amalnya yang saleh (perbuatan baik) serta perbuatan baik yang dapat dilakukannya dan menjaga diri dari kejahatan. Persaudaraan yang demikian ini dapat membersihkan hati dari segala noda materi dan menjamin kebahagiaan manusia, juga akan mengantarkan mereka dalam memahami hukum Tuhan dalam kosmos ini, sesuai dengan petunjuk dalam cahaya Tuhan yang telah diberikan kepada mereka.
Tidak semua orang sama kemampuannya dalam melakukan baktinya sebagaimana diperintahkan Allah. Adakalanya tubuh kita membebani jiwa kita, sifat materialisma kita dapat menekan sifat kemanusiaan kita, kalau kita tidak melakukan latihan rohani secara tetap, tidak menghadapkan kalbu kita kepada Allah selama dalam salat kita; dan sudah cukup hanya dengan tatatertib sembahyang, seperti ruku', sujud dan bacaan-bacaan. Oleh karena itu harus diusahakan sekuat tenaga menghentikan daya tubuh yang terlampau memberatkan jiwa, sifat materialisma yang sangat menekan sifat kemanusiaan. Untuk itu Islam telah mewajibkan puasa sebagai suatu langkah mencapai martabat kebaktian (takwa) itu seperti dalam firman Tuhan:
"Orang-orang beriman! Kepadamu telah diwajibkan berpuasa, seperti yang sudah diwajibkan juga kepada mereka yang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa - memelihara diri dari kejahatan." (Qur'an, 2: 183)
Bertakwa dan berbuat baik (birr) itu sama. Yang berbuat baik orang yang bertakwa dan yang berbuat baik ialah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab dan para nabi dan diteruskan dengan ayat yang sudah kita sebutkan.
Puasa bukan suatu tekanan
Kalau tujuan puasa itu supaya tubuh tidak terlampau memberatkan jiwa, sifat materialisma kita jangan terlalu menekan sifat kemanusiaan kita, orang yang menahan diri dari waktu fajar sampai malam, kemudian sesudah itu hanyut dalam berpuas-puas dalam kesenangan, berarti ia sudah mengalihkan tujuan tersebut. Tanpa puasa pun hanyut dalam memuaskan diri itu sudah sangat merusak, apalagi kalau orang berpuasa, sepanjang hari ia menahan diri dari segala makanan, minuman dan segala kesenangan, dan bilamana sudah lewat waktunya ia lalu menyerahkan diri kepada apa saja yang dikiranya di waktu siang ia tak dapat menikmatinya! Kalau begitu Tuhan jugalah yang menyaksikan, bahwa puasanya bukan untuk membersihkan diri, mempertinggi sifat kemanusiaannya, juga ia berpuasa bukan atas kehendak sendiri karena percaya, bahwa puasa itu memberi faedah kedalam rohaninya, tapi ia puasa karena menunaikan suatu kewajiban, tidak disadari oleh pikirannya sendiri perlunya puasa itu. Ia melihatnya sebagai suatu kekangan atas kebebasannya, begitu kebebasan itu berakhir pada malam harinya, begitu hanyut ia kedalam kesenangan, sebagai ganti puasa yang telah mengekangnya tadi. Orang yang melakukan ini sama seperti orang yang tidak mau mencuri, hanya karena undang-undang melarang pencurian, bukan karena jiwanya sudah cukup tinggi untuk tidak melakukan perbuatan itu dan mencegahnya atas kemauan sendiri pula.
Sebenarnya tanggapan orang mengenai puasa sebagai suatu tekanan atau pencegahan dan pembatasan atas kebebasan manusia adalah suatu tanggapan yang salah samasekali, yang akhirnya akan menempatkan fungsi puasa tidak punya arti dan tidak punya tempat lagi. Puasa yang sebenarnya ialah membersihkan jiwa. Orang berpuasa diharuskan oleh pikiran kita yang timbul atas kehendak sendiri, supaya kebebasan kemauan dan kebebasan berpikirnya dapat diperoleh kembali. Apabila kedua kebebasan ini sudah diperolehnya kembali, ia dapat mengangkat ke martabat yang lebih tinggi, setingkat dengan iman yang sebenarnya kepada Allah. Inilah yang dimaksud dengan firman Tuhan - setelah menyebutkan bahwa puasa telah diwajibkan kepada orang-orang beriman seperti sudah diwajibkan juga kepada orang-orang yang sebelum mereka:
"Beberapa hari sudah ditentukan. Tetapi barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau sedang dalam perjalanan, maka dapat diperhitungkan pada kesempatan lain. Dan buat orangorang yang sangat berat menjalankannya, hendaknya ia membayar fid-yah dengan memberi makan kepada orang rniskin, dan barangsiapa mau mengerjakan kebaikan atas kemauan sendiri, itu lebih baik buat dia; dan bila kamu berpuasa, itu lebih baik buat kamu, kalau kamu mengerti." (Qur'an, 2: 184)
Seolah tampak aneh apa yang saya katakan itu, bahwa dengan puasa kita dapat memperoleh kembali kebebasan kemauan dan kebebasan berpikir kalau yang kita maksudkan dengan puasa dengan segala apa yang baik itu untuk kehidupan rohani kita. Ini memang tampak aneh, karena dalam bayangan kita bentuk kebebasan ini telah dirusak oleh pikiran modern, bilamana batas-batas rohani dan mental itu dihancurkan, kemudian batas-batas kebendaannya dipertahankan, yang oleh seorang prajurit dapat dilaksanakan dengan pedang undang-undang. Menurut pikiran modern, manusia tidak bebas dalam hal ia melanda harta atau pribadi orang lain. Akan tetapi ia bebas terhadap dirinya sendiri sekalipun hal ini sudah melampaui batas-batas segala yang dapat diterima akal atau dibenarkan oleh kaidah-kaidah moral. Sedang kenyataan dalam hidup bukan yang demikian. Kenyataannya ialah manusia budak kebiasaannya. Ia sudah biasa makan di waktu pagi; waktu tengah hari, waktu sore. Kalau dikatakan kepadanya: makan pagi dan sore sajalah, maka ini akan dianggapnya suatu pelanggaran atas kebebasannya. Padahal itu adalah pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya, kalau benar ungkapan demikian ini. Orang yang sudah biasa merokok sampai kebatas ia diperbudak oleh kebiasaan merokoknya itu, lalu dikatakan kepadanya: sehari ini kamu jangan merokok, maka ini dianggapnya suatu pelanggaran atas kebebasannya. Padahal sebenarnya itu tidak lebih adalah pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya. Ada lagi orang yang sudah biasa minum kopi atau teh atau minuman lain apa saja dalam waktu-waktu tertentu lalu dikatakan kepadanya: gantilah waktu-waktu itu dengan waktu yang lain, maka pelanggaran atas perbudakan kebiasaannya itu dianggapnya sebagai pelanggaran atas kebebasannya. Budak kebiasaan serupa ini merusak kemauan, merusak arti yang sebenarnya dari kebebasan dalam bentuknya yang sesungguhnya.
Disamping itu, ini juga merusak cara berpikir sehat, sebab dengan demikian berarti ia telah ditunjukkan oleh pengaruh hajat jasmani dari segi kebendaannya, yang sudah dibentuk oleh kebiasaan itu. Oleh karena itu banyak orang yang telah melakukan puasa dengan cara yang bermacam-macam, yang secara tekun dilakukannya dalam waktu-waktu tertentu setiap minggu atau setiap bulan. Tetapi Tuhan menghendaki yang lebih mudah buat manusia dengan diwajibkan kepada mereka berpuasa selama beberapa hari yang sudah ditentukan, supaya dalam pada itu semua sama, dengan diberikan pula kesempatan fid-yah. Mereka masing-masing yang telah dibebaskan karena dalam keadaan sakit atau sedang dalam perjalanan dapat mengganti puasanya itu pada kesempatan lain.
Kewajiban berpuasa selama hari-hari yang sudah ditentukan untuk memperkuat arti persaudaraan dan persamaan di hadapan Tuhan, sungguh suatu latihan rohani yang luarbiasa. Semua orang, selama menahan diri sejak fajar hingga malam hari mereka telah melaksanakan persamaan itu antara sesama mereka, sama halnya seperti dalam sembahyang jamaah. Dengan persaudaraan demikian selama itu mereka merasakan adanya suatu perasaan yang mengurangi rasa kelebihan mereka dalam mengecap kenikmatan rejeki yang diberikan Tuhan kepadanya. Dengan demikian puasa berarti memperkuat arti kebebasan, persaudaraan dan persamaan dalam jiwa manusia seperti halnya dengan sembahyang.
Kalau kita menyambut puasa dengan kemauan sendiri dengan penuh kesadaran bahwa perintah Tuhan tak mungkin bertentangan dengan cara-cara berpikir yang sehat, yang telah dapat memahami tujuan hidup dalam bentuknya yang paling tinggi, tahulah kita arti puasa yang dapat membebaskan kita dari budak kebiasaan itu, yang juga sebagai latihan dalam menghadapi kemauan dan arti kebebasan kita sendiri. Disamping itu kita pun sudah diingatkan, bahwa apa yang telah ditentukan manusia terhadap dirinya sendiri - dengan kehendak Tuhan - mengenai batas-batas rohani dan mentalnya sehubungan dengan kebebasan yang dimilikinya untuk melepaskan diri dari beberapa kebiasaan dan nafsunya, ialah cara yang paling baik untuk mencapai martabat iman yang paling tinggi itu. Apabila taklid dalam iman belum dapat disebut iman, melainkan baru Islam yang tanpa iman, maka taklid dalam puasa juga belum dapat disebut puasa. Oleh karena itu orang yang bertaklid menganggap puasanya suatu kekangan dan membatasi kebebasannya - sebaliknya daripada dapat memahami arti pembebasan dari belenggu kebiasaan serta konsumsi rohani dan mental yang sangat besar itu.
Zakat
Apabila dengan jalan latihan rohani ini manusia telah sampai kepada arti hukum dan rahasia-rahasia alam dan mengetahui pula dimana tempatnya dan tempat anak manusia ini, cintanya kepada sesama anak manusia akan lebih besar lagi, dan semua anak manusia saling cinta dalam Tuhan. Mereka akan saling tolong-menolong untuk kebaikan dan rasa takwa - menjaga diri dari kejahatan. Yang kuat mengasihi yang lemah, yang kaya mengulurkan tangan kepada yang tidak punya. Ini adalah zakat, dan selebihnya sedekah. Dalam sekian banyak ayat Qur'an selalu mengaitkan zakat dengan salat. Kita sudah membaca firman Tuhan:
"Tetapi kebaikan itu ialah orang yang sudah beriman kepada Allah, kepada hari kemudian, malaikat, Kitab dan para nabi; mengeluarkan harta yang dicintainya itu kepada kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang yang melepaskan perbudakan, mengerjakan salat dan mengeluarkan zakat." (Qur'an, 2: 177)
"Kamu kerjakanlah sembahyang dan keluarkan pula zakat serta tundukkan kepala (ruku') bersama orang-orang yang menundukkan kepala." (Qur'an, 2: 43)
"Beruntunglah orang-orang yang sudah beriman. Mereka yang dengan khusyu' mengerjakan sembahyang. Mereka yang menjauhkan diri dan percakapan yang tiada berguna. Dan mereka yang mengeluarkan zakat." (Qur'an, 23: 1-4)
Ayat-ayat yang mengaitkan zakat dengan salat itu banyak sekali.
Apa yang disebutkan dalam Qur'an tentang zakat dan sedekah cukup menyeluruh dan kuat sekali. Dalam melakukan perbuatan baik, sedekah itu terletak pada tempat pertama, orang yang melakukannya akan mendapat pahala yang amat sempurna. Bahkan ia terletak disamping iman kepada Allah, sehingga kita merasa seolah itu sudah hampir sebanding. Tuhan berfirman:
"Tangkaplah orang itu dan belenggukanlah. Kemudian campakkan kedalam api menyala. Sesudah itu belitkan dengan rantai yang panjangnya tujuhpuluh hasta. Dahulu ia sungguh tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Juga tidak mendorong orang memberi makan orang miskin." (Qur'an, 69: 30-34)
"... Dan sampaikan berita gembira kepada mereka yang taat. Yaitu mereka, yang apabila disebutkan nama Tuhan hatinya merasa takut karena taatnya, dan mereka yang tabah hati terhadap apa yang menimpa mereka serta mereka yang mengerjakan salat dan menafkahkan sebagian rejeki yang diberikan Tuhan kepada mereka."' (Qur'an, 22: 34-35)
"Mereka yang menafkahkan hartanya - baik di waktu malam atau di waktu siang, dengan sembunyi atau terang-terangan, mereka akan mendapat pahala dari Tuhan. Tidak usah mereka takut, juga jangan bersedih hati" (Qur'an, 2: 274)
Qur'an tidak hanya menyebutkan masalah-masalah sedekah serta pahalanya yang akan diberikan Tuhan yang sama seperti pahala orang beriman dan mengerjakan sembahyang, bahkan adab sedekah itu telah dilembagakan pula dengan suatu tatacara yang sungguh baik sekali.
"Bilamana kamu memperlihatkan sedekah itu, itu memang baik sekali. Tetapi kalau pun kamu sembunyikan memberikannya kepada orang fakir, maka itu pun lebih baik lagi buat kamu." (Qur'an, 2: 271)
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai hal-hal yang tidak menyenangkan hati Allah Maha Kaya dan Maha Penyantun. Orang-orang beriman, janganlah kamu hapuskan nilai sedekahmu itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti hati orang." (Qur'an, 2: 263-264)
Firman Tuhan itu memberikan pula penjelasan kepada siapa sedekah itu harus diberikan:
Sedekah itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, orang-orang yang perlu dilunakkan hatinya, untuk melepaskan perbudakan, orang-orang yang dibebani utang, untuk jalan Allah dan mereka yang sedang dalam perjalanan. Inilah yang telah diwajibkan oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Bijaksana." (Qur'an, 9: 60)
Lembaga zakat
Zakat dan sedekah itu salah satu kewajiban dalam Islam, termasuk salah satu rukun Islam. Tetapi apakah kewajiban ini termasuk ibadat, ataukah masuk bagian akhlak? Tentu ini termasuk ibadat. Semua orang beriman bersaudara, dan iman seseorang belum lagi sempurna sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Dengan berpegang pada Nur Ilahi antara sesama mereka, orang-orang beriman saling cinta-mencintai. Kewajiban zakat dan sedekah terikat oleh persaudaraan ini, bukan oleh akhlak dan disiplinnya serta oleh hubungan antar-manusia dengan segala tata-tertibnya. Segala yang terikat oleh persaudaraan, terikat juga oleh iman kepada Allah, dan segala yang terikat oleh iman kepada Allah ialah ibadah. Itu sebabnya maka zakat menjadi salah satu rukun Islam yang lima, dan karena itu pula setelah Nabi wafat Abu Bakr menuntut supaya Muslimin menunaikan zakatnya. Setelah dilihatnya ada sebagian orang yang mau membangkang, Pengganti Muhammad itu melihat pembangkangan ini sebagai suatu kelemahan dalam iman mereka; mereka lebih mengutamakan harta daripada iman, mereka hendak meninggalkan disiplin rohani yang telah ditentukan Qur'an itu. Dengan demikian ini merupakan kemurtadan dari Islam. Karena 'perang ridda' itu jugalah Abu Bakr berhasil mengukuhkan kembali sejarah Islam itu selengkapnya, dan yang tetap menjadi kebanggaan sepanjang sejarah.
Cinta harta
Dengan fungsi zakat dan sedekah sebagai kewajiban yang bertalian dengan iman dalam disiplin rohanl ia dianggap sebagai salah satu unsur yang harus membentuk kebudayaan dunia. Inilah hikmah yang paling tinggi yang akan mengantarkan manusia mencapai kebahagiaannya. Harta dan segala keserakahan orang memupuk-mupuk harta merupakan sebab timbulnya superioritas (rasa keunggulan) seorang kepada yang lain. Sampai sekarang ia masih merupakan sebab timbulnya penderitaan dunia ini dan sumber pemberontakan dan peperangan selalu. Sampai sekarang mammonisma - penyembahan harta - masih tetap merupakan sebab timbulnya dekadensi moral yang selalu menimpa dunia dan dunia tetap bergelimang dibawah bencana itu. Memupuk-mupuk harta dan keserakahan akan harta itulah yang telah menghilangkan rasa persaudaraan umat manusia, dan membuat manusia satu sama lain saling bermusuhan. Sekiranya pandangan mereka itu lebih sehat dengan pikiran yang lebih luhur, tentu akan mereka lihat bahwa persaudaraan itu lebih kuat menanamkan kebahagiaan daripada harta, mereka akan melihat juga bahwa memberikan harta kepada yang membutuhkan akan lebih terhormat pada Tuhan dan pada manusia daripada orang harus tunduk kepada harta itu. Kalau benar-benar mereka beriman kepada Allah tentu mereka akan saling bersaudara, dan manifestasi persaudaraan ini ialah pertolongan kepada orang yang sedang dalam penderitaan, membantu orang yang membutuhkannya dan dapat pula menghapuskan kemiskinan yang akan menjerumuskan manusia kedalam penderitaan itu.
Apabila negara-negara yang sudah tinggi kebudayaannya pada zaman kita sekarang ini mendirikan rumah-rumah sakit, lembaga-lembaga sosial dan amal untuk menolong fakir-miskin, atas nama kasih sayang dan kemanusiaan, maka didirikannya lembaga-lembaga itu karena didorong oleh rasa persaudaraan serta rasa cinta dan syukur kepada Allah atas nikmat yang diterimanya, sungguh ini suatu pikiran yang lebih tinggi dan lebih tepat memberikan kebahagiaan kepada seluruh umat manusia, seperti dalam firman Tuhan:
"Dengan kenikmatan yang telah diberikan Allah kepadamu, carilah kebahagiaan akhirat, tapi jangan kaulupakan nasibmu dalam dunia ini. Berbuatlah kebaikan (kepada orang lain) seperti Tuhan telah berbuat kebaikan kepadamu, dan jangan engkau berbuat bencana di muka bumi ini. Allah sungguh tidak mencintai orang-orang yang berbuat bencana." (Qur'an, 28: 77)
Ibadah haji
Persaudaraan insani ini akan menambah rasa cinta manusia satu sama lain. Dalam Islam, rasa cinta demikian ini tidak seharusnya akan terhenti pada batas-batas tanah air tertentu, atau hanya terbatas pada salah satu benua. Yang seharusnya bahkan tidak boleh mengenal batas samasekali.
Oleh karena itu, dari seluruh pelosok bumi manusia harus saling mengenal, supaya satu sama lain dapat menambah rasa cinta kepada Allah, dan rasa cinta ini akan menambah tebal iman mereka kepada Allah. Untuk mencapai itu manusia dari segenap penjuru bumi harus berkumpul dalam satu irama yang sama, tanpa diskriminasi, dan tempat berkumpul yang terbaik untuk itu ialah di tempat memancarnya cinta ini. Dan tempat itu ialah Baitullah di Mekah, dan inilah yang disebut ibadah haji. Orang-orang beriman tatkala berkumpul disana, tatkala mereka melaksanakan segala upacara, mereka menempuh cara hidup yang luhur sebagai teladan iman kepada Allah, dengan niat yang ikhlas menghadapkan diri kepadaNya.
"Musim haji itu ialah dalam beberapa bulan yang sudah ditentukan. Barangsiapa sudah membulatkan niat selama bulan-bulan itu hendak menunaikan ibadah haji, maka tidak boleh ada suatu percakapan kotor, perbuatan jahat dan berbantah-bantahan selama dalam mengerjakan haji. Segala perbuatan baik yang kamu lakukan, Tuhan mengetahuinya. Bawalah perbekalanmu, dan perbekalan yang paling baik ialah menjaga diri dari perbuatan hina. Patuhilah Aku, wahai orang-orang yang berpikiran sehat." (Qur'an. 2: 197)
Di dataran tinggi ini, di tempat orang-orang beriman menunaikan ibadah haji untuk saling berkenalan, untuk saling mempererat tali persaudaraan, dan tali persaudaraan ini akan lebih memperkuat iman di tempat ini - segala perbedaan dan diskriminasi yang bagaimanapun di kalangan orang-orang beriman itu harus hilang. Mereka harus merasa, bahwa dihadapan Tuhan mereka itu sama. Mereka menghadapkan seluruh hati sanubarinya untuk mernenuhi panggilan Tuhan, benar-benar beriman akan keesaanNya, bersyukur akan nikrnat yang telah diberikanNya. Rasanya tak ada kenikmatan yang lebih besar daripada nikmat iman akan keagungan Tuhan, sumber segala kebahagiaan. Dihadapan cahaya iman serupa ini, segala angan-angan kosong tentang hidup akan sirna, segala kebanggaan dan kecongkakan karena harta, karena turunan, karena kedudukan dan kekuasaan akan lenyap. Dan karena cahaya iman itu juga, maka manusia akan dapat menyadari arti kebenaran, kebaikan dan keindahan yang ada dalam dunia ini, akan dapat memahami undang-undang Tuhan yang abadi, dalam semesta alam ini, yang takkan pernah berubah dan berganti. Suatu pertemuan umum yang luas ini telah dapat melaksanakan arti persaudaraan dan persamaan semua orang beriman dalam bentuknya yang paling luas, luhur dan bersih.
Norma-norma etik dalam Islam
Inilah ketentuan-ketentuan dan kaidah-kaidah Islam seperti yang diwahyukan kepada Muhammad 'alaihissalam. Ini terrnasuk prinsip-prinsip iman seperti sudah kita lihat dalam ayat-ayat yang kita kutip tadi, dan sebagai prinsip-prinsip kehidupan rohani Islam. Sesudah semua kita lihat, akan mudah sekal kita menilai, norrna-norma etika apa yang harus kita terapkan atas dasar itu. Norma-norma ini memang sungguh luhur sekali, yang memang belum ada tandingannya dalam kebudayaan mana pun atau dalam zaman apa pun. Apa yang akan membawa manusia untuk mencapai kesempurnaannya bila saja ia dapat melatih diri sebagaimana mestinya, oleh Qur'an sudah dirumuskan, bukan hanya dalam satu surah saja hal ini disebutkan, bahkan disana-sini juga disebut. Begitu salah satu surah kita baca, kita sudah dibawa ke puncak yang lebih tinggi, yang belum dicapai oleh suatu kebudayaan sebelum itu, juga tidak mungkin akan dicapai oleh kebudayaan yang sesudah itu. Untuk mengetahui betapa agungnya klimaks yang telah dicapai itu cukup kita lihat misalnya adat sopan santun atas dasar rohani ini yang bersumberkan keimanan kepada Allah serta latihan mental dan hati kita atas dasar tersebut, tanpa orang melihat akan mencari keuntungan materi di balik sernua itu.
Insan Kamil dalam Qur'an
Dalam berbagai zaman dan bangsa, penulis-penulis sudah sering sekali melukiskan gambar Manusia Sempurna - atau Superman. Penyair-penyair, para pengarang, filsuf-filsuf dan penulis-penulis drama, sejak zaman dahulu mereka sudah pernah melukiskan gambaran ini, dan sampai sekarang masih terus melukiskan. Tetapi sungguhpun demikian, tidak akan ada sebuah gambaran manusia sempurna yang dilukiskan begitu cemerlang dan unik seperti disebutkan dalam rangkaian Surah al-Isra' (17). Ini baru sebagian saja hikmah yang diwahyukan Allah kepada Rasul, bukan dimaksudkan untuk melukiskan Manusia Sempurna melainkan untuk mengingatkan manusia tentang beberapa kewajiban. Dalam hal ini firman Allah:
"Dan Tuhanmu sudah memerintahkan, jangan ada yang kamu sembah selain Dia dan supaya berbuat baik kepada ibu-bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, janganlah kamu mengucapkan kata "ah" kepada mereka dan jangan pula kamu membentak mereka, tapi ucapkanlah dengan kata-kata yang mulia kepada mereka (93). Dan rendahkanlah harimu dengan penuh kesayangan kepada mereka, dan doakan: 'Ya Allah, beri rahmatlah kepada mereka berdua, seperti kasih-sayang mereka mendidikku sewaktu aku kecil' (24) Tuhan kamu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Kalau kamu orang-orang yang berguna. Dia Maha Pengampun kepada mereka yang mau bertaubat (25). Berikanlah kepada keluarga yang dekat itu bagiannya, begitu juga kepada orang-orang miskin dan orang dalam perjalanan. Tetapi jangan kamu hambur-hamburkan secara boros (26). Pemboros-pemboros itu sungguh golongan setan, sedang setan sungguh ingkar kepada Tuhan (27). Dan jika kamu berpaling dari mereka karena hendak mencari kurnia Tuhan yang kauharapkan, katakanlah kepada mereka dengan kata-kata yang lemah lembut (28). Jangan kaujadikan tanganmu terbelenggu ke kuduk, dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya, supaya engkau tidak jadi tercela dan menyesal (29). Sesungguhnya Tuhan melimpahkan rejeki kepada siapa saja dan menentukan ukurannya. Dia Maha mengetahui akan hamba-hambaNya (30). Dan jangan kamu membunuhi anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami yang memberi rejeki mereka, juga rejeki kamu: sebab membunuh mereka suatu kesalahan besar (31). Janganlah kamu mendekati perjinahan, sebab perbuatan itu sungguh keji, dan cara yang sangat buruk (32). Janganlah kamu menghilangkan nyawa orang yang sudah dilarang Tuhan, kecuali atas dasar yang benar. Dan barangsiapa dibunuh tidak pada tempatnya, maka kepada penggantinya telah kami berikan kekuasaan; tetapi janganlah dia membunuh dengan melanggar batas karena dia pun (yang dibunuh) mendapat pertolongan (33). Harta anak yatim jangan kamu dekati, kecuali dengan cara yang baik sekali - sampai dia dewasa. Dan penuhilah janji itu, sebab setiap janji menghendaki tanggungjawab (34). Jagalah sukatanmu bila kamu menakar, penuhilah dan timbanglah dengan timbangan yang jujur. Itulah cara yang baik dan akan lebih baik sekali kesudahannya (35). Dan janganlah engkau mencampuri persoalan yang tidak kauketahui; sebab segala pendengaran, penglihatan dan isi hati orang, semua itu akan dimintai pertanggunganjawaban (36). Juga janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan congkak, sebab engkau tidak akan dapat menembus bumi ini, juga tidak akan sampai setinggi gunung (37). Semua itu suatu kejahatan yang dalam pandangan Tuhan sangat buruk sekali." (38) (Qur'an, 17: 23 - 38)
Sungguh ini suatu budi pekerti yang luhur, suatu integritas moral yang sempurna sekali! Setiap ayat yang tersebut ini akan membuat pembaca jadi tertegun membacanya, ia akan mengagungkannya melihat susunan yang begitu kuat, begitu indah, dengan daya tarik kata-katanya, artinya yang sangat luhur serta cara melukiskannya yang sudah merupakan suatu mujizat.3 Sayang sekali disini tempatnya tidak mengijinkan kita menyatakan rasa kekaguman itu! Ya, bagaimana akan mungkin, sedang untuk membicarakan keenam belas ayat itu saja seharusnya diperlukan sebuah buku tersendiri yang cukup besar!
Qur'an dan budi-pekerti
Kalau kita mau membawakan satu segi saja dari budi-pekerti dan pendidikan akhlak yang terdapat dalam Qur'an, tentunya bidangnya akan luas sekali, yang tidak mungkin dapat ditampung dalam penutup buku ini. Cukup kiranya kalau kita sebutkan, bahwa tidak ada sebuah buku pun yang pernah memberikan dorongan begitu besar kepada orang supaya melakukan kebaikan, seperti yang diberikan oleh Qur'an itu. Tidak ada buku yang begitu agung mengangkat martabat manusia seperti yang diperlihatkan Qur'an. Juga yang bicara tentang perbuatan baik dan kasih-sayang, tentang persaudaraan dan cinta-kasih, tentang tolong-menolong dan keserasian, tentang kedermawanan dan kemurahan hati, tentang kesetiaan dan menunaikan amanat, tentang kehersihan dan ketulusan hati, keadilan dan sifat pemaat, kesabaran, ketabahan, kerendahan hati dan dorongan melakukan perbuatan terhormat, berbakti dan mencegah melakukan perbuatan jahat, dengan i'jaz4 (mujizat) yang tak ada taranya dalam menyajikan seperti yang dikemukakan oleh Qur'an itu. Tak ada buku melarang sikap lemah dan pengecut, sifat egoisma dan dengki, kebencian dan kezaliman, berdusta dan mengumpat, pemborosan, kekikiran, tuduhan palsu dan perkataan buruk, permusuhan, perusakan, tipu-muslihat, pengkhianatan dan segala sifat dan perbuatan hina dan mungkar - seperti yang dilarang oleh Qur'an, dengan begitu kuat, meyakinkan, dengan i'jaz (mujizat), yang diturunkan dalam wahyu kepada Nabi berbangsa Arab itu. Tiada sebuah surah pun yang kita baca, yang tidak akan memberi anjuran yang mendorong kita melakukan perbuatan baik, menganjurkan kita berbakti dan mencegah kita melakukan perbuatan jahat. Dianjurkannya orang mencapai kesempurnaan yang akan membawa kepada kehidupan harga diri dan budipekerti yang luhur. Kita dengarkan Qur'an mengenai toleransi:
"Tangkislah kejahatan itu dengan cara yang sebaik-baiknya. Kami mengetahui apa yang mereka sebutkan." (Qur'an, 23: 96)
"Kebaikan dan kejahatan itu tidak sama. Tangkislah (kejahatan) itu dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga orang yang tadinya bermusuhan dengan engkau, akan menjadi sahabat yang akrab sekali." (Qur'an, 41: 34)
Tetapi toleransi yang dianjurkan Qur'an ini tidak mendorong orang bersikap lemah, melainkan menyuruh orang supaya berwatak terhormat (nobility of character), selalu berlumba untuk kebaikan dan menjauhkan diri dari segala kehinaan:
"Apabila ada orang memberi salam penghormatan kepadamu, balaslah dengan cara yang lebih baik, atau (setidak-tidaknya) dengan yang serupa." (Qur'an, 4: 86)
"Dan kalau kamu mengadakan (pukulan) pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan terhadap kamu. Tetapi kalau kamu tabah hati, itulah yang paling baik bagi mereka yang berhati tabah (sabar)." (Qur'an, 16: 126)
Dan ini jelas sekali, bahwa toleransi yang dianjurkan itu ialah dalam arti yang terhormat, tanpa bersikap lemah samasekali, melainkan sepenuhnya sikap yang disertai harga diri.
Toleransi yang dianjurkan oleh Qur'an dengan cara yang terhormat ini dasarnya ialah persaudaraan, yang oleh Islam dijadikan tiang kebudayaan, dan yang dimaksud pula menjadi persaudaraan antar-manusia di seluruh jagat. Corak persaudaraan Islam ini ialah yang terjalin dalam keadilan dan kasih-sayang tanpa suatu sikap lemah dan menyerah. Persaudaraan atas dasar persamaan dalam hak, dalam kebaikan dan kebenaran tanpa terpengaruh oleh untung-rugi kehidupan duniawi, sekalipun mereka dalam kekurangan. Mereka ini lebih takut kepada Allah daripada kepada yang lain. Mereka ini orang-orang yang punya harga diri. Sungguhpun begitu mereka sangat rendah hati. Mereka orang-orang yang dapat dipercaya, yang menepati janji bila mereka berjanji, orang-orang yang sabar dan tabah dalam menghadapi kesulitan, yang apabila mendapat musibah, mereka berkata: Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun - 'Kami kepunyaan Allah dan kepadaNya juga kami kembali.' Tak ada yang membuang muka dan berjalan di muka bumi dengan sikap congkak. Tuhan menjauhkan mereka dari sifat serakah dan kikir, tiada berkata dusta, terhadap Tuhan dan kepada sesamanya. Mereka tidak mau menyebarkan perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman, mereka menjauhkan diri dari segala dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah, mereka segera meminta maaf. Mereka dapat menahan amarah dan dapat pula memaafkan orang lain. Sedapat mungkin mereka menghindarkan prasangka, mereka tidak mau saling memata-matai atau saling menggunjing dari belakang. Mereka tidak boleh memakan harta sesamanya dengan cara yang tidak sah, lalu akan membawa perkara itu kepada hakim, supaya mereka dapat memakan harta orang lain dengan cara dosa itu. Jiwa mereka dibersihkan dari segala sifat dengki, tipu-menipu, cakap kosong dan segala perbuatan yang rendah.
Sistem moral
Ciri-ciri khas watak dan etika yang menjadi landasan budi-pekerti dan pendidikan akhlak yang murni itu dasarnya ialah - seperti yang sudah kita sebutkan - disiplin rohani seperti yang ditentukan oleh Qur'an dan yang bertalian pula dengan iman kepada Allah. Inilah soal yang pokok sekali dan ini pula yang akan menjamin adanya sistem moral dalam jiwa orang dengan tetap bersih dari segala noda, jauh dari segala penyusupan yang mungkin akan merusak. Moral yang dasarnya memperhitungkan untung-rugi segera akan diperbesar selama ia yakin bahwa kelemahan demikian itu tidak akan menggangu keuntungannya. Orang yang dasar moralnya memperhitungkan untung-rugi demikian ini sikap luarnya akan berbeda dengan isi hati. Keadaannya yang disembunyikan akan berbeda dengan yang diperlihatkan kepada orang. Ia berpura-pura jujur, tapi tidak akan segan-segan ia menjadikan itu hanya sebagai tameng untuk memancing keuntungan. Ia berpura-pura benar, tapi tidak akan segan-segan ia meninggalkannya kalau dengan meninggalkan itu ia akan mendapat keuntungan. Orang yang pertimbangan moralnya demikian ini dalam menghadapi godaan mudah sekali jadi lemah, mudah sekali terbawa arus nafsu dan tujuan-tujuan tertentu!
Kelemahan ini ialah gejala yang jelas terlihat dalam dunia kita sekarang. Sudah sering sekali orang mendengar adanya perbuatan-perbuatan skandal dan korupsi dimana-mana dalam dunia yang sudah beradab ini. Sebabnya ialah karena kelemahan, orang lebih mencintai harta dan kedudukan atau kekuasaan daripada nilai moral yang tinggi dan iman yang sebenarnya. Tidak sedikit mereka terjerumus masuk ke dalam jurang tragedi moral dan melakukan kejahatan yang paling keji, kita lihat pada mulanya mereka pun berakhlak baik, tetapi masih untung-rugi itu juga yang menjadi dasar moralnya. Tadinya mereka menganggap bahwa sukses dalam hidup ini bergantung pada kejujuran. Lalu mereka bersikap jujur karena ingin sukses, bukan bersikap jujur karena terikat oleh akidahnya -oleh keyakinan batinnya. Mereka berhenti hanya sampai disitu, meskipun ini sangat membahayakan dirinya. Tetapi setelah mereka lihat bahwa mengabaikan masalah kejujuran dalam peradaban abad kini merupakan salah satu jalan mencapai sukses, maka kejujuran itu pun mereka abaikan. Yang demikian ini ada yang tetap tertutup dari mata orang, rahasianya tidak sampai terbongkar dan akan tetap dipandang terhormat, tetapi ada juga yang rahasianya terbongkar dan ia tercemar, yang kadang berakhir dengan bunuh diri.
Jadi pembinaan sistem watak dan moral atas dasar untung-rugi ini sewaktu-waktu akan menjerumuskannya kedalam bahaya. Sebaliknya, apabila pembinaannya itu didasarkan atas sistem rohani seperti dirumuskan oleh Qur'an, ini akan menjamin tetap bertahan, takkan terpengaruh oleh sesuatu kelemahan. Niat yang menjadi pangkal bertolaknya perbuatan ialah dasar perbuatan itu dan sekaligus harus menjadi kriteriumnya pula. Orang yang membeli undian untuk Pembanguman sebuah rumahsakit, ia tidak membelinya dengan niat hendak beramal, melainkan karena mengharapkan keuntungan. Orang yang memberi karena ada orang yang datang meminta secara mendesak dan ia memberi karena ingin melepaskan diri, tidak sama dengan orang yang memberi karena kemauan sendiri, yaitu memberi kepada mereka yang tidak meminta secara mendesak, mereka yang oleh orang yang tidak mengetahui dikira orang-orang yang berkecukupan karena mereka memang tidak mau meminta-minta itu. Orang yang berkata sebenarnya kepada hakim karena takut akan sanksi hukum terhadap seorang saksi palsu, tidak sama dengan orang yang berkata sebenarnya karena ia memang yakin akan arti kebenaran itu. Juga moral yang landasannya perhitungan untung rugi kekuatannya tidak akan sama dengan moral yang sudah diyakini benar bahwa itu bertalian dengan kehormatan dirinya sebagai manusia, bertalian dengan keimanannya kepada Allah. Dalam hatinya sudah tertanam landasan rohani yang dasarnya keimanan kepada Allah itu.
Arti larangan minuman keras dan judi
Qur'an tetap menekankan, bahwa pikiran yang rasionil harus tetap bersih, jangan dimasuki oleh sesuatu yang akan mempengaruhi lukisan iman dan watak yang indah itu. Oleh karenanya minuman keras dan judi itu dipandang kotor sebagai perbuatan setan. Kalaupun ada manfaatnya buat orang, namun dosanya lebih besar dari manfaatnya. Dengan demikian harus dijauhi. Perjudian akan mengalihkan perhatian si penjudi dari persoalan lain, waktunya akan habis dan hiburan ini akan membuatnya lupa dari segala kewajiban moral yang baik. Sedang minuman keras akan menghilangkan pikiran dan harta - untuk meminjam katakata Umar bin'l-Khattab, ketika ia berharap Tuhan akan memberikan penjelasan mengenai hal ini. Sudah wajar sekali pikiran yang rasionil itu akan jadi sesat kalau ia hilang atau berubah, dan kesesatan itu akan lebih mudah mendorong orang melakukan perbuatan rendah, sebaliknya daripada akan menjauhkan diri dari kejahatan.
Sistem moral yang dibawa Qur'an untuk 'negara utama' itu bukan dengan tujuan supaya jiwa manusia samasekali jauh dari kenikmatan hidup yang diberikan Tuhan, sehingga karenanya ia akan hanyut ke dalam hidup pertapaan dalam merenungkan alam, dan menyiksa diri dalam menuntut ilmu untuk itu. Sistem moral ini tidak rela membiarkan manusia menyerahkan diri kepada kesenangan supaya jangan ia tenggelam kedalam jurang kemewahan dan karenanya ia akan melupakan segalanya. Bahkan moral ini hendak membuat manusia menjadi umat pertengahan, mengarahkan mereka kepada lembaga budi yang lebih murni, lembaga yang mengenal alam dan segala isinya ini.
Qur'an dan ilmu pengetahuan
Qur'an bicara tentang ciptaan Tuhan yang ada dalam alam ini dengan suatu pengarahan yang hendak mengantarkan kita sejauh mungkin dapat kita ketahui. Ia bicara tentang bulan hari Pertama, tentang matahari dan bulan, tentang siang dan malam, tentang bumi dan apa yang dihasilkan bumi, tentang langit dan bintang-bintang yang menghiasinya, tentang samudera, dengan kapal yang berlayar supaya kita dapat menikmati karunia Tuhan, tentang binatang untuk beban dan ternak, tentang ilmu dan segala cabangnya yang terdapat dalam alam ini. Qur'an bicara tentang semua ini, dan menyuruh kita merenungkan dan mempelajarinya, supaya kita menikmati segala peninggalan dan hasilnya itu sebagai tanda kita bersyukur kepada Allah. Apabila Qur'an telah mengajarkan etika Qur'an kepada manusia, menganjurkan mereka supaya berusaha terus untuk mengetahui segala yang ada dalam alam ini, sudah sepatutnya pula bila dari pengamatan mereka dengan jalan akal pikiran itu, mereka akan sampai ke tujuan sejauh yang dapat ditangkap oleh akal pikirannya itu. Sudah sepatutnya pula mereka membangun sistem ekonominya itu atas dasar yang sempurna.
Sistem ekonomi
Sistem ekonomi yang dibangun atas dasar moral dan rohani seperti yang sudah kita sebutkan itu, sudah seharusnya akan mengantarkan manusia ke dalam hidup bahagia, dan menghapus segala penderitaan dari muka bumi ini. Prinsip-prinsip agung yang oleh Qur'an ditekankan sekali supaya ditanamkan kedalam jiwa seperti di tempat akidah dan iman itu, akan membuat orang tidak sudi melihat masih adanya penderitaan di muka bumi ini, atau masih adanya kekurangan yang dapat diberantas tapi tidak dilakukan. Bagi orang yang sudah mendapat ajaran ini yang pertama sekali akan ditolaknya ialah riba yang menjadi dasar kehidupan ekonomi dewasa ini, dan yang menjadi sumber pendieritaan seluruh umat manusia. Oleh karena itu Qur'an secara tegas sekali mengharamkan, seperti dalam firman Tuhan:
Larangan riba
"Mereka yang memakan riba tidak akan dapat berdiri, kalau pun berdiri hanya akan seperti orang yang sudah kemasukan setan karena penyakit gila." (Qur'an 2: 275)
"Setiap riba yang kamu lakukan untuk menambah harta orang lain dalam pandangan Allah tidak akan dapat bertambah. Tetapi zakat yang kamu lakukan demi keridaan Allah, mereka itu yang akan mendapat balasan berlipat ganda." (Qur'an 30: 39)
Diharamkannya riba adalah norma dasar untuk kebudayaan yang akan dapat menjamin kebahagiaan dunia. Bahaya riba dalam bentuknya yang paling kecil ialah ikut sertanya orang yang tidak bekerja dalam suatu hasil usaha orang lain hanya karena ia sudah meminjamkan uang kepadanya, dengan alasan lagi bahwa dengan meminjamkan itu ia sudah membantu orang lain memperoleh hasil keuntungan itu. Sebaliknya kalau ini tidak dilakukan si peminjam tidak akan dapat berusaha dan dengan sendirinya takkan dapat memungut keuntungan. Kalau hanya ini saja satu-satunya bentuk riba itu, ini pun takkan dapat dijadikan alasan. Kalau orang yang meminjamkan uang itu mampu menjalankan sendiri, ia tidak akan meminjamkannya kepada orang lain, dan kalau uang itu tetap ditangannya sendiri tidak dijalankan dalam usaha, maka uang itu pun tidak akan mendatangkan keuntungan. Sebaliknya, sedikit demi sedikit uangnya itu akan habis dimakan pemiliknya sendiri. Jika ia akan meminta bantuan orang lain menjalankan uangnya dengan bagi hasil menurut keuntungan yang akan diperoleh, tentu caranya bukan dengan jalan dipinjamkan sebagai modal dengan laba tertentu, melainkan dengan cara si pemilik uang itu ikut serta dengan orang yang menjalankan uangnya atas dasar bagi untung. Kalau si pengusaha beruntung, maka si pemilik modal itu pun akan mendapat bagian keuntungan; kalau rugi, dia pun akan turut memikul kerugiannya. Sebaliknya kalau kepada pemilik modal itu akan ditentukan suatu laba, meskipun yang mengusahakan tidak mendapat keuntungan apa-apa, maka itu adalah suatu eksploitasi illegal, suatu pemerasan yang tidak sah.
Dan tidak akan dapat terjadi bahwa harta itu dapat diperlakukan seperti yang lain-lain, dapat dipersewakan seperti menyewakan tanah atau menyewakan hewan, dan bahwa laba uang tunai harus sesuai dengan hasil sewa barang-barang yang lain itu. Uang yang dapat dipakai untuk pengeluaran dan dapat juga dipakai untuk produksi, yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan dan juga dapat menimbulkan kejahatan (dosa), dengan harta bergerak dan tidak bergerak lainnya, besar sekali perbedaannya. Orang yang menyewa tanah, rumah, hewan atau barang apa pun, tentu karena ingin dimanfaatkan, yang berarti akan sangat berguna buat dia, kecuali jika dia memang orang bodoh atau orang edan, yang segala gerak-geriknya sudah tidak lagi diperhitungkan orang.
Sebaliknya yang mengenai uang modal, yang biasanya dipinjam untuk tujuan-tujuan perdagangan yang sebaik-baiknya. Perdagangan itu senantiasa dihadapkan kepada soal untung atau rugi. Sedang mengenai sewa-menyewa barang-barang bergerak dan tidak bergerak untuk dijalankan dalam usaha, sedikit sekali yang mengalami kerugian, kecuali dalam keadaan yang abnormal, yang tidak masuk dalam keadaan biasa. Apabila keadaan abnormal ini yang terjadi, maka kekuasaan hukum segera pula campur tangan antara si pemilik dengan si penyewa - seperti yang sering terjadi dalam semua negara di dunia - untuk menghilangkan ketidak adilan terhadap si penyewa serta menolongnya dari tindakan si pemilik yang hanya akan memungut laba dari usahanya itu. Sebaliknya, dengan menentukan bunga uang tunai, dengan lebih-kurang 7% atau 9%, maka ini tidak akan mengubah, bahwa si peminjam dapat terancam oleh kerugian modal, disamping kerugian usahanya sendiri. Apabila disamping itu dia masih juga lagi dituntut dengan bunga, maka inilah yang disebut kejahatan (dosa). Akibat ini akan menimbulkan permusuhan, sebaliknya daripada persaudaraan; akan menimbulkan kebencian, bukan cinta kasih. Inilah sumber kesengsaraan dan segala krisis yang diderita umat manusia dewasa ini.
Bahaya riba yang lain
Kalau memang inilah bahaya riba dalam bentuknya yang paling kecil, dan begitu pula akibat-akibat yang timbul, apalagi dengan bentuk lain tatkala si pemberi pinjaman itu sudah lebih mendekati binatang buas daripada manusia, atau sipeminjam itu sudah sangat membutuhkan uang di luar keperluan penanaman modal atau produksi. Adakalanya ia sangat membutuhkan uang untuk keperluan nafkah yang konsumtif, untuk keperluan makannya atau makan keluarganya. Ketika itulah perhatiannya hanya pada yang lebih mudah saja dulu, sebelum ia dapat memegang sesuatu pekerjaan yang dapat menjamin keperluan hidupnya dan kemudian dapat membayar kembali utangnya. Ini sudah merupakan satu tugas perikemanusiaan sebagai langkah pertama. Dan ini pula yang dirumuskan oleh Qur'an. Bukankah dalam keadaan serupa ini pemberian pinjaman dengan riba sudah merupakan suatu kejahatan yang sama dengan pembunuhan? Yang lebih parah lagi dari kejahatan ini ialah adanya segala macam tipu-muslihat dengan jalan riba itu untuk merampas harta orang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak pandai menjaga hartanya. Tipu muslihat ini tidak kurang pula jahatnya dari pencurian yang rendah. Dan setiap pelaku ke arah ini harus dihukum seperti pencuri atau lebih keras lagi.
Riba dan penjajahan
Riba adalah salah satu faktor yang turut menjerumuskan dunia ke dalam bencana penjajahan, dengan segala macam penderitaan yang ditimbulkan oleh penjajahan itu. Sebagian besar masalah penjaJahan itu dimulai oleh sekelompok tukang-tukang riba - secara perseorangan atau dalam bentuk badan-badan usaha - yang mendatangi beberapa negara dengan memberikan pinjaman kepada penduduk. Kemudian mereka menyusup masuk lebih dalam lagi sampai mereka dapat menguasai sumber-sumber kekayaan. Bilamana kelak anak negeri sudah menyadari kembali dan hendak mempertahankan diri dan harta mereka, orang-orang asing itu cepat-cepat meminta bantuan negaranya. Negara ini pun kemudian masuk atas nama hendak melindungi rakyatmya. Kemudian ia menyusup juga masuk lebih dalam lagi, lalu berkuasa sebagai penjajah. Sekarang mereka sebagai yang dipertuan. Kemerdekaan orang lain dirampas. Sebagian besar sumber-sumber kskayaan negeri itu mereka kuasai. Dengan demikian kekayaan mereka jadi hilang, penderitaan mulai mencekam seluruh kawasan itu dan bayangan kesengsaraan sudah pula merayap-rayap kedalam hati mereka. Pikiran mereka jadi kacau, moral jadi lemah, iman mereka pun mulai goyah. Martabat mereka jadi turun dari taraf manusia yang sebenarnya ke taraf yang lebih hina, yang bagi orang yang beriman kepada Allah tidak akan sudi hidup demikian, sebab, hanya kepada Allah semata orang merendahkan diri dan harus mengabdi.
Juga penjajahan itu sumber peperangan, sumber penderitaan besar yang sangat menekan kehidupan seluruh umat manusia dewasa ini. Selama ada riba, selama ada penjajahan, jangan diharap manusia akan dapat kembali ke masa persaudaraan dan saling cinta antara sesamanya. Harapan akan kembali ke masa serupa itu tidak akan ada, kecuali jika kebudayaan atas dasar yang dibawa oleh Islam dan diwahyukan dalam Qur'an itu dapat dibangun kembali.
Sosialisma Islam
Didalam Qur'an ada konsepsi sosialisma yang belum lagi dibahas orang. Sosialisma ini tidak didasarkan kepada perang modal dan perjuangan kelas, seperti yang terdapat sekarang dalam sosialisma Barat, melainkan dasarnya ialah karakter dan moral yang tinggi yang akan menjamin adanya persaudaraan kelas, adanya kerja-sama dan saling bantu atas dasar kebaikan dan kebaktian, bukan kejahatan dan saling permusuhan. Tidak sulit orang akan melihat landasan sosialisma atas dasar persaudaraan ini, seperti yang sudah ditentukan oleh Qur'an mengenai zakat dan sedekah misalnya. Orang dapat menilai, bahwa ini bukanlah sosialisma dengan dominasi suatu kelas atas kelas yang lain, atau kekuasaan suatu golongan atas golongan yang lain. Kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an tidak mengenal adanya dominasi atau sikap berkuasa, melainkan atas dasar persaudaraan yang sungguh-sungguh yang didorong oleh keyakinan yang kuat akan persaudaraan itu; suatu keyakinan yang membuat orang dengan mengingat karunia Tuhan itu mau memberi untuk si miskin, orang melarat, orany yang membutuhkan dan segala yang diperlukannya akan makanan, tempat tinggal, obat-obatan, pengajaran dan pendidikan. Mereka memberikan itu atas dasar keikhlasan dan kejujuran. Dengan demikian penderitaan dapat dihilangkan, karunia Tuhan dan kebahagiaan dapat merata kepada umat manusia.
Tidak menghapuskan hak milik secara mutlak
Sosialisma Islam ini tidak sampai menghapuskan hak milik secara mutlak, seperti halnya dengan sosialisma Barat. Kenyataan sudah membuktikan - bolsyevisma di Rusia dan negara-negara sosialis lainnya - bahwa menghapuskan hak milik itu suatu hal yang tidak mungkin. Sungguhpun begitu, namun perusahaan-perusahaan negara harus tetap menjadi milik bersama untuk kepentingan semua orang. Mengenai ketentuan perusahaan-perusahaan negara itu terserah kepada negara. Oleh karena itu mengenai ketentuan ini sejak abad-abad permulaan dalam sejarah Islam sudah terdapat perbedaan pendapat. Dari kalangan sahabat-sahabat Nabi sendiri ada yang terlampau keras menjalankan ketentuan sosialisma ini, sehingga segala yang diciptakan Tuhan dijadikan milik bersama dan untuk kepentingan umum. Mereka memandang tanah dan segala yang terkandung, sama dengan air dan udara, tidak boleh menjadi milik pribadi. Yang boleh dimiliki hanya hasilnya, yang disesuaikan dengan usaha dan perjuangan masing-masing. Ada juga yang tidak berpendapat demikian. Mereka menyatakan bahwa tanah boleh dimiliki dan dianggap sebagai barang-barang yang boleh dipertukarkan.
Sistem sosialisma yang sudah mantap
Akan tetapi persetujuan yang sudah dicapai di kalangan mereka ialah sama dengan yang berlaku di Eropa sekarang, yaitu menentukan bahwa setiap orang harus mencurahkan segala kemampuannya untuk kepentingan masyarakat, dan masyarakat harus pula berusaha, untuk kepentingan pribadi dalam mengatasi segala keperluannya. Setiap Muslim berhak menerima kebutuhannya serta kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya dari baitulmal (perbendaharaan negara) Muslimin, selama ia belum mendapat pekerjaan yang akan menjamin keperluan hidupnya, atau selama pekerjaan yang dipegangnya itu tidak mencukupi keperluannya dan keperluan keluarganya.
Selama norma-norma etik di dalam Qur'an seperti yang sudah kita sebutkan itu dijalankan, maka tidak akan ada orang yang mau berdusta; tidak akan ada orang yang mau mengatakan, bahwa ia penganggur, padahal yang sebenarnya dia tidak mau bekerja, tidak akan ada orang yang mau menyatakan, bahwa penghasilan dari pekerjaannya tidak mencukupi, padahal sebenarnya sudah lebih dari cukup. Khalifah-khalifah pada masa permulaan Islam dahulu sudah mewajibkan diri menyelidiki sendiri keadaan umat Islam untuk kemudian dapat mengatasi segala keperluan orang yang memang berada dalam kebutuhan.
Sosialisma dasarnya persaudaraan
Dari sini dapat kita lihat bahwa sosialisma dalam Islam bukanlah sosialisma harta serta pembagiannya, melainkan sosialisma yang menyeluruh, yang dasarnya persaudaraan dalam kehidupan rohani dan moral serta dalam kehidupan ekonomi. Kalau seseorang belum sempurna imannya sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, maka imannya itu pun memang tidak sempurna kalau tidak dapat ia turut mendukung orang memberantas kemiskinan dan memberikan derma atau dana untuk kemakmuran bersama, membagikan kekayaan sebagai karunia Tuhan itu, baik dengan diketahui, atau tidak diketahui orang. Makin besar cintanya kepada orang lain, makin dekat ia kepada Tuhan. Dia sedikit pun merasa lebih gembira. Apabila Tuhan telah membuat manusia itu bertingkat-tingkat, memberikan rejeki kepada siapa saja yang dikehendakiNya serta menentukan pula, maka manusia takkan lebih baik keadaannya kalau tak ada rasa saling hormat, yang kecil menghormati yang lebih besar, yang besar mencintai yang lebih kecil, si kaya mau memberi untuk si miskin demi Allah semata, karena rasa syukur.
Rasanya tidak perlu kita menyebutkan lagi apa yang sudah disebutkan Qur'an tentang sistem ekonomi, tentang waris, tentang wasiat (testamen), tentang perjanjian-perjanjian, perdagangan dan sebagainya. Dalam memberikan isyarat yang singkat sekalipun mengenai masalah-masalah hukum atau soal-soal kemasyarakatan, akan memerlukan ruangan sekian kali lebih banyak dari pasal ini. Cukup kalau kita sebutkan saja, bahwa apa yang sudah disebutkan dalam Qur'an sehubungan dengan masalah-masalah tersebut kiranya sampai sekarang belum ada suatu undang-undang yang lebih baik dari itu. Bahkan orang akan terkejut sekali bila ia melihat adanya beberapa penjelasan seperti perjanjian tertulis mengenai utang-piutang sampai pada waktu tertentu kecuali dalam perdagangan, atau seperti dalam mengirimkan dua orang juru pendamai jika dikuatirkan akan terjadi perceraian antara suami isteri, atau terhadap dua golongan yang sedang berperang dan pihak yang menyerang dengan sewenang-wenang dan tidak mau diajak damai itu harus diperangi sampai ia mau kembali kepada perintah Tuhan - sungguh orang akan kagum sekali melihat semua ini. Apalagi akan membandingkannya dengan berbagai macam undang-undang yang pernah ada, kalau pun perundang-undangan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diletakkan Qur'an itu sudah memang cukup baik.
Jadi tidak mengherankan sekali - seperti yang sudah kita sebutkan tentang riba dan tentang sosialisma Islam sebagai dasar sistem ekonomi, yang dilukiskan di dalam Qur'an dengan penjelasan hukum sebagai suatu penyusunan undang-undang yang terbaik yang pernah ada dalam sejarah - kalau kebudayaan Islam itu juga yang menjadi kebudayaan yang layak buat umat manusia dan yang benar-benar akan memberikan hidup bahagia.
Mungkin ada yang menjadi keberatan pihak Barat
Setelah melihat apa yang sudah kita kemukakan mengenai lukisan Qur'an tentang kebudayaan serta landasannya, mungkin ada beberapa penulis Barat yang berpendapat bahwa sifat manusia tidak sesuai dengan sistem yang hendak memaksanya ke tingkat yang lebih tinggi diatas kemampuan kodratnya sendiri, dan bahwa sistem demikian ini tidak akan mampu hidup atau akan bertahan lama. Manusia menurut tanggapan mereka, digerakkan oleh rasa harap dan cemas, oleh keinginan dan nafsu, sama halnya dengan makhluk hewan, hanya saja dia makhluk berpikir homo sapiens. Bahwa manusia akan menganut suatu sistem kebudayaan seperti yang digambarkan oleh Islam itu, adalah suatu hal yang tidak mungkin, sekurang-kurangnya tidak mudah. Paling jauh yang dapat kita lakukan dalam menyusun kehidupan masyarakat manusia ini ialah memperbaiki nafsu itu, mengarahkan pikiran tentang harap dan cemas itu sebaik-baiknya dari segi materialisma ekonomi semata. Sedang yang di luar itu masyarakat tidak akan mampu melaksanakannya. Mungkin yang menjadi alasan mereka ialah karena sistem Islam itu - seperti yang digambarkan Qur'an dan sudah saya coba menguraikannya disini secara ringkas - belum dapat diharapkan didalam masyarakat Islam sendiri kecuali pada masa Nabi dan pada masa permulaan sejarah Islam. Kalau sistem ini memang sesuai dengan struktur kehidupan, tentu didalam lingkungan Islam dahulu sudah dapat dijalankan dan dari sana akan sudah tersebar ke seluruh dunia. Akan tetapi bilamana hal ini tidak terjadi, bahkan sebaliknya yang terjadi, maka anggapan bahwa sistem ini sangat layak, dan dapat menjamin kebahagiaan umat manusia, adalah anggapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Keberatan yang salah
Atas keberatan ini kiranya pengakuan mereka sendiri sudah cukup untuk menggugurkannya, yaitu bahwa sistem Islam itu berjalan dan dipraktekkan pada masa Nabi dan pada permulaan sejarah Islam. Dan Muhammad sendiri teladan yang paling baik dalam pelaksanaan itu. Kemudian teladan yang baik itu diteruskan oleh para khalifah yang mula-mula. Mereka terus berjalan dengan sistem itu sampai mencapai tujuan yang sempurna sebagaimana mestinya. Akan tetapi, adanya intrik-intrik dan ambisi-ambisi yang timbul kemudian kadang dengan jalan Israiliat, kadang pula dengan jalan rasialisma, itulah yang sedikit demi sedikit telah mengancam dasar-dasar Islam yang sebenarnya.
Akibat daripada semua itu orang berangsur-angsur kembali mengganti kehidupan rohani dengan materi, sifat kemanusiaan dengan kebinatangan. Dan berhenti hanya sampai pada batas lingkaran peradaban dewasa ini berada, yang hakekatnya hendak menjerumuskan umat manusia kedalam penderitaan.
Teladan yang diberikan Muhammad
Muhammad sendiri teladan yang baik sekali dalam melaksanakan kebudayaan seperti dilukiskan Qur'an itu. Dalam buku ini contoh itu sudah kita lihat, bagaimana rasa persaudaraannya terhadap seluruh umat manusia dengan cara yang sangat tinggi dan sungguh-sungguh itu dilaksanakan. Saudara-saudaranya di Mekah semua sama dengan dia sendiri dalam menanggung duka dan sengsara. Bahkan dia sendiri yang lebih banyak menanggungnya. Sesudah hijrah ke Medinah, dipersaudarakannya orang-orang Muhajirin dengan Anshar demikian rupa, sehingga mereka berada dalam status saudara sedarah. Persaudaraan sesama orang-orang beriman secara umum itu adalah persaudaraan kasih-sayang untuk membangun suatu sendi kebudayaan yang masih muda waktu itu. Yang memperkuat persaudaraan ini ialah keimanan yang sungguh-sungguh kepada Allah dengan demikian kuatnya sehingga dibawanya Muhammad kedalam komunikasi dengan Tuhan, Zat Yang Maha Agung. Sikapnya dalam perang Badr, bagaimana ia berdoa kepada Tuhan mengharapkan pertolongan yang dijanjikan kepadanya. Ia minta pertolongan itu dilaksanakan, dengan menyebutkan bahwa bilamana angkatan Badr ini hancur, tak ada lagi ibadat. Ini merupakan suatu manifestasi yang kuat dalam komunikasi.
Begitu juga tindakan-tindakannya yang lain diluar Badr menunjukkan, bahwa dia selalu dalam komunikasi dengan Tuhan, diluar saat-saat tertentu sewaktu wahyu turun. Komunikasinya ini ialah melalui keimanannya dengan sungguh-sungguh, keimanan yang sampai membuat mati itu tiada arti lagi. Maut malah dihadapinya dan diharapkannya. Orang yang sungguh-sungguh dalam imannya tidak pernah takut mati, bahkan mengharapkannya selalu. Ajal sudah ditentukan. Dimana pun manusia berada, maut akan mencapainya selalu, sekalipun di dalam benteng-benteng yang kukuh. Iman inilah yang membuat Muhammad tetap tabah ketika melihat kaum Muslimin lari tunggang-langgang pada permulaan pecah perang Hunain. Dipanggilnya orang-orang itu tanpa menghiraukan maut yang sedang mengepungnya, dengan sejuinlah kecil orang-orang yang masih bertahan bersama-sama dia. Iman inilah yang membuat dia memberikan apa saja yang ada padanya tanpa ia sendiri takut kekurangan. Ia telah mencapai puncak nilai-nilai kebaikan seperti yang diserukan oleh Kitabullah.
Dengan teladan baik yang diberikannya itu dalam permulaan sejarah Islam kaum Muslimin telah mengikuti jejaknya.
Semua itu, dengan Muslimin pada permulaan sejarah Islam, yang telah mengikuti teladan baik yang diberikannya, telah membuat Islam begitu pesat berkembang pada dasawarsa pertama, yang kemudian disusul dengan berpulangnya Nabi ke rahmatullah. Islam tersebar ke seluruh kawasan, panji-panji Islam berkibar tinggi sesuai dengan kebudayaan yang berlaku. Dari bangsa-bangsa yang tadinya sangat lemah dan berantakan, telah dapat pula dibangun menjadi bangsa-bangsa dan negara-negara yang kuat, dan menjadi pelopor ilmu pengetahuan. Dengan jalan ini telah banyak sekali rahasia-rahasia alam yang dapat diketahuinya. Karena itu diciptakannya pula karya-karya besar yang menjadi kebanggaan zaman sekarang, yang sudah dianggap sebagai zaman keemasan dan ilmu, tanpa memperkosa kebahagiaan umat manusia karena pengabdiannya kepada materi dan imannya kepada Tuhan yang masih lemah itu.
Ulama yang menyesatkan
Seperti dalam kebudayaan lain, kebudayaan Islam juga banyak dimasuki oleh ambisi-ambisi rasialisma dan Israiliat. Soalnya ialah karena ada segolongan ulama yang seharusnya menjadi pewaris para nabi malah mereka ini lebih menyukai kekuasaan daripada kebenaran, daripada nilai moral. Ilmu yang ada pada mereka dipakai alat untuk menyesatkan orang-orang awam dan generasi mudanya, sama halnya dengan kebanyakan ulama-ulama sekarang yang juga mau menyesatkan orang-orang awam beserta angkatan mudanya itu. Ulama-ulama demikian ini ialah pembela-pembela setan, yang akan lebih berat memikul tanggungjõawab dihadapan Tuhan.
Maka kewajiban pertama buat setiap ulama yang benar-benar ikhlas demi ilmu dan demi Tuhan, ialah harus siap melawan mereka dan memberantas semua bibit yang merusak itu. Mereka hendak membelokkan orang dari kebenaran, hendak menyesatkan orang dari jalan yang lurus. Apabila ulama-ulama (pendeta-pendeta) yang menyesatkan di Barat itu telah ikut memegang peranan dalam melibatkan gereja dan ilmu kedalam kancah saling berperang dalam merebut kekuasaan, maka peranan demikian tidak ada buat mereka di negeri-negeri Islam, sebab dalam kebudayaan Islam agama dan ilmu saling terjalin, sebab agama tanpa ilmu suatu kekufuran, ilmu tanpa agama sesat. Sekiranya dunia ini sampai bernaung dibawah kebudayaan Islam seperti yang dilukiskan Qur'an, dan tidak diperkosa oleh adanya penaklukan-penaklukan Mongolia dan yang semacamnya yang telah masuk Islam tapi tidak menjalankan prinsip-prinsip Islam atau berusaha menyebarkannya, malah Islam dipakainya sebagai alat untuk menguasai orang-orang awam di kalangan Muslimin dengan prinsip yang sama sekali bertentangan dengan prinsip-prinsip persaudaraan Islam - tentu keadaan dunia ini tidak akan seperti ini, umat manusia akan selamat dari beberapa hal yang kini menjerumuskan mereka kedalam jurang penderitaan.
Kebudayaan Islam dalam dunia kita sekarang
Saya yakin, bahwa kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an itu akan tersebar ke dunia luas kalau saja korps ulama ini mau tampil ke depan dengan suatu ajakan yang ilmiah caranya, jauh dari segala cara berpikir yang beku dan fanatik. Kebudayaan ini akan berdialog dengan hati, juga akan berdialog dengan pikiran, dan dapat dijamin manusia dari segala bangsa akan menerimanya dengan hati terbuka tanpa dapat dicegah oleh ambisi-ambisi pribadi. Untuk ini yang diperlukan oleh ulama-ulama itu tidak lebih dari hanya supaya mereka menjadi orang-orang yang benar-benar beriman, mengajak orang kepada ajaran Tuhan yang sebenarnya dan kepada kebudayaan yang demikian ini dengan hati yang ikhlas demi agama. Ketika itulah orang merasa bahagia dengan persaudaraannya dalam Tuhan seperti pada zaman Nabi, mereka merasa bahagia.
Apa yang terjadi pada masa Nabi dan pada permulaan sejarah Islam sudah tidak memerlukan pembuktian lagi; dengan apa yang sudah saya sebutkan dalam pengantar buku ini, bahwa revolusi rohani yang sinarnya sudah dipancarkan oleh Muhammad ke seluruh dunia ini sudah seharusnya akan membukakan jalan umat manusia kepada kebudayaan baru yang selama ini dicarinya. Dan saya tidak pernah ragu sekejap pun mengenai hal ini.
Akan tetapi ada beberapa sarjana Barat yang menyatakan beberapa keberatan dengan menghubungkannya pada jiwa yang menjadi sumber konsepsi kebudayaan Islam itu. Atas dasar itu mereka mengambil kesimpulan, bahwa Islamlah yang menjadi sebab mundurnya bangsa-bangsa yang menganut agama ini. Yang penting diantaranya ialah apa yang mereka katakan, bahwa jabariah Islam itulah yang membuat semangat umat Islam jadi kendor, membuat mereka malas menghadapi perjuangan hidup, sehingga mereka menjadi golongan yang hina-dina. Dalam menghadapi tantangan ini dan apa yang sejalan dengan itu, inilah yang akan menjadi pokok pembahasan kedua pada bagian penutup buku ini.
Catatan kaki:
1 Lihat halaman xlvii (A).
2 Kata 'irfan dan ma'rifat yang kadang mempunyai arti yang sama, disini kata ma'rifat tidak saya pergunakan sebagai istilah ilmiah yang umum dalam tasauf dan ilmu kalam, juga tidak saya salin dengan gnosis atau connaissance, melainkan mengingat persoalannya secara konotatif saya pergunakan kata persepsi, yakni pengamatan, pengenalan dan kesadaran batin (A).
3 Sudah tentu terjemahan ayat-ayat Qur'an di atas begitu juga yang lain tidak akan dapat mengungkapkan keagungan dan keindahan yang terkandung dalam bahasa aslinya, yang memang tidak mungkin dapat ditiru atau diterjemahkan dengan gaya yang sama (A).
4 I'jaz, 'yang tak dapat ditiru,' ciri khas Qur'an yang luar biasa, yang juga dari akar kata yang sama dengan mujizat (A).
Langganan:
Postingan (Atom)